Pelaksanaannya tanpa membebankan beaya, alias free dan tak ada unsur paksaan. Pun tak menjual proposal. Pasalnya, Mas Selamet Hariadi selaku pembina klub menulis di SMK industri Al Kaaffah tempatnya mengabdi, ingin siswanya dapat membuat buku seperti yang Bolang hasilkan. Gayung bersambut, Bolang mengagendakannya menjadi salah satu program komunitas.
Selain siswa, guru dipilih sebagai sasaran edukasi menulis, karena para pendidik membutuhkan karya tulis sebagai salah satu persyaratan naik pangkat. Pertimbangannya, jika guru berhasil membuat buku yang ber-ISBN, mereka juga berpotensi dapat menyebarluaskan virus menulis di lingkungannya, baik melalui tulisan mandiri maupun kolaborasi, bahkan melalui event-event kompetisi antar sekolah.
Targetnya, tercipta produk berupa karya tulis sederhana, apapun bentuknya, seperti buku kumpulan puisi, cerita pendek, reportase, opini, atau bahan tutorial. Bolang hanya memfasilitasi dan menghubungkannya dengan penerbit. Bukankah sesungguhnya mereka adalah narasumber warga atau pakar unik di bidangnya masing-masing?
Hasil tulisan dipublikasikan di media yang sudah ada, setidaknya siswa dapat menempelkan karyanya di majalah dinding (mading) sekolah atau menguploadnya di Blog Kompasiana. Sementara guru dapat menyusun buku atau bahan turorial sederhana yang menarik.
Karena itu, Bolang memilih melakukan hal sederhana tapi perlu. Hal kecil tapi tepat sasaran. Gak penting tapi relevan. Kata kuncinya, memulai aktivitas dengan nyaman dan melakukan hal sederhana yang bertujuan. Selanjutnya, biarlah hukum alam bekerja mengikuti mekanismenya sendiri.
Kedua, Tahap Implementasi Gagasan
Sabtu siang itu, Bolang hadir sekitar pukul 10.30 Wib di SMK Al Kaaffah, Malang. Bolang berkeliling mengamati lingkungan sekolah dan mengamati aneka karya yang dipajang di mading.
Tampak asrama siswa dengan kolam yang dikitari aneka tanaman menghijau. Karya fly wheel, ekperimen energi baru terbarukan penghasil energi listrik rakyat dipajang di sisi gedung SMK ini. Sementara bus sekolah parkir di depan halaman.