Desain bangunanya yang tinggi dan sirkulasi udaranya yang segar, membuat suasana pasar tidak pengap. Pasar Rakyat yang telah diresmikan sejak April 2016 lalu itu, dilengkapi dengan toilet dan mushalla. Di sekitarnya, tumbuh aneka tanaman menghijau, sehingga berasa sejuk dan segar.
Toilet di Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Mushalla di Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Bagi ibu-ibu menyusui, tak harus merasa malu saat harus memberikan Air Susu Ibu (ASI) di Pasar Rakyat, karena tersedia ruang laktasi bercat hijau yang nyaman dan pintunya selalu terbuka.
Ruang Laktasi Untuk Ibu Menyusui/Dok. Pribadi
Lokasi pasar cukup strategis dan tampak asri, karena bersebelahan dengan
Hutan Kota Malabar. Nah, di bagian ini, terdapat “Pintu Barat” yang menghubungkan Pasar oro Dowo dengan area parkir dan hutan tengah kota itu.
Pasar Rakyat ini mudah diakses dan dekat pusat kota, seperti Balaikota Malang, Stadion Gajayana, Simpang Balapan Jl. Ijen, Stasiun Kota, Taman Merbabu dan
Hotel the Graha Cakra serta banyak penginapan lain yang bertebaran di dekat kawasan ini.
Hutan Kota Malabar, Bersebelahan dengan Pasar Oro Oro Dowo/Dok. Pribadi
Meski berukuran relatif kecil dibandingkan pasar sejenis di Kota Malang seperti Pasar Besar, Pasar Gadang, Pasar Blimbing, dan Pasar Dinoyo, namun Pasar Rakyat “Oro Oro Dowo” berkesan lebih bersih dan nyaman, sehingga layak menjadi bagian penting dari contoh pengembangan Pasar Rakyat secara nasional.
Refleksi: Esensi Revitalisasi Pasar Rakyat
Harap dimaklumi, apabila sebagian besar pasar tradisional di Indonesia masih terkesan kumuh dan kurang nyaman. Maka wajar, jika pasar rakyat kalah bersaing dengan pasar modern. Saya kira, cukup mudah mencari contoh bagaimana gambaran pasar rakyat semacam ini.
Pasar Oro Oro Dowo Dilengkapi Pengeras Suara Mini/Dok. Pribadi
Data menunjukkan, sementara ini ada tiga pasar yang telah memenuhi Pasar Rakyat ber-SNI, yakni Pasar Manggis, Pasar Pondok Indah, dan Pasar Cibubur (
Antarajatim.com, 21/11/2016). Maka gerakan untuk menjadikan pasar-pasar rakyat sebagai kebanggaan dan simpul kekuatan ekonomi lokal patut diapresiasi.
Bukan perubahan nama “Pasar Tradisional” menjadi “Pasar Rakyat” atau penetapan “Hari Pasar Rakyat Nasional” yang lebih urgen, tapi esensinya adalah mendorong pasar rakyat sebagai penggerak ekonomi daerah, mampu bersaing dengan pasar modern, akses yang lebih ramah terhadap semua, serta manajemen pasar yang menghargai aspek fisik, sosial budaya, dan kearifan lokal. Bagaimana pandangan Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Money Selengkapnya