Saya hanya bisa manggut-manggut. Pikirku, Bali aman dari pencurian bukanlah isapan jempol belaka. Entah bagaimana situasinya saat ini.
Keunikan lainnya, pasar itu ditempati oleh para pedagang secara bergantian. Di waktu pagi, pedagang kecil membuka lapak-lapaknya di pelataran Pasar Ubud. Sementara kios-kios permanen di lantai dua, baru buka usai pedagang temporer menutup lapak-lapaknya, sekira pukul 09.00-an ke atas. Aktivitas pasar berhenti kala jelang senja tiba.
Hemat saya, Pasar Ubud populer lewat wisatawan hingga ke mancanegara bukan karena kemodernannya, tetapi karena keunikannya sebagai “Pasar Tradisional”. Ia hadir sebagai bagian dari kekayaan produk wisata budaya Bali, sehingga para wisatawan tertarik untuk mengunjunginya.
Seolah berlaku sebuah pameo, “Jika Anda ingin menikmati Bali yang sebenarnya, setidaknya sempatkan menginap sehari lagi untuk menikmati kawasan wisata Ubud, di mana Pasar Ubud menjadi bagian menarik dari sebuah perjalanan wisata”.
Keunikan Pasar Beringinharjo, Yogyakarta
Pasar Beringinharjo yang berdiri sejak tahun 1758 ini, ibarat surganya belanja di Yogyakarta. Pasar ini dikenal sebagai pasar rakyat penyedia bahan-bahan kain dan pakaian batik dengan harga relatif “miring”.
Lokasi pasarnya strategis, dekat dengan kawasan Maliboro dan Keraton Yogyakarta, ikon wisata budaya Yogya yang sangat popular.
Bangunan pasar Beringinharjo relatif luas. Tersedia area parkir, kios-kios dan los-los yang berderet-deret. Zonasi dan aksesibiltas jalur masuk cukup memudahkan konsumen mencari barang yang diinginkan.