Pembangunan kawasan perkotaan berkonsep Smart City, Creative City atau Thematic City, seolah menjadi tren. Di kota Malang misalnya, ada Kampung Warna Warni, Kampung Arema, Kampung Organik, Rumah Sinau, dan lain lain. Baru-baru ini, Baznas Kota Malang mendirikan Rumah Produksi Herbal di Jalan KH Malik Dalam RT 04/RW 07, Buring, Kedungkandang, Kota Malang.
Rumah Produksi Herbal itu, diresmikan oleh Wali Kota Malang, H. Mohammad Anton pada Sabtu lalu (19/11). Lokasinya unik, seolah seperti kebun herbal tersembunyi di puncak Buring, berada di sekitar kawasan perumahan Citra Garden City. Tempat itu hanya selemparan batu dari kawasan Office-Block, pusat perkantoran Pemkot Malang. Berikut hasil kunjungan saya, bertepatan pada saat peresmiannya.
Sabtu pagi jam 10, Wali Kota Malang hadir disambut iringan drumband asal SMK-MA Alhayatul Islamiyyah dan warga Buring. Wali Kota yang akrab disapa Abah Anton itu, diberi kalung bunga dan diarak menuju lokasi peresmian Rumah Produksi Herbal.
Barakah itu penting, yang penting kita melihat masyarakat harus bisa merasakan, itulah keberhasilan. Nggak berhasil kalau masyarakatnya nggak bisa merasakan apa yang sudah dilakukan dan dikerjakan”, demikian tambahnya.
Abah Anton juga menyampaikan, bahwa Kota Malang Alhamdulillah termasuk salah satu percontohan dari 15 besar kota kreatif. Pada tanggal 8 - 12 Desember 2016 nanti, Pak Wali Kota menuturkan, “Saya akan mempresentasikan inovasi pembangunan Kota Malang di Guangzhou, China, mohon do’a restunya."
Dalam kesempatan itu, para janda dan lansia (lanjut usia) mendapatkan santunan sosial Baznas. Acara itu sekaligus dimanfaatkan untuk penandatanganan peresmian Warung Infaq “Ummike Wong Cilik”, CV Karya Kebonsari, CV Dhuha, dan CV PKKM. Keempat CV itu di bawah naungan Baznas Kota Malang.
Rumah Produksi Herbal memiliki peralatan mesin semi modern, seperti mesin extractor (alat pemeras), mixer granul, vacuum drying, dan mesin penggiling untuk menghaluskan serbuk. Terdapat juga alat oven untuk membuat presto dan almari show case untuk menampilkan aneka produk herbal.
“Ada 10 ha lahan kurang produktif milik warga yang siap ditanamai dengan pola bagi hasil”, demikian menurut Mas Fauzan, pemilik nama lengkap Dr. H. Fauzan Zenrif, M.Ag, Ketua Baznas Kota Malang Periode 2014-21018, saat ngobrol dengan saya di gazebo samping kebun itu.
Sebagian besar area kebun ditanami bunga rosella, stevia, dan ubi ungu untuk percontohan. Selebihnya, ada tanaman pecut kuda dan kumis kucing. Dalam jumlah kecil, ada tanaman jeruk nipis dan sirih merah. Saya baru pertama mengunyah daun Stevia di kebun herbal itu, ternyata rasanya manis. Tak heran, stevia cocok untuk pengganti gula yang ramah bagi kesehatan.
Sayang, kendaraan sebesar bus cukup sulit masuk ke lokasi, karena jalannya relatif kecil. Namun infrastruktur jalannya sudah beraspal dan lokasinya tidak begitu jauh dari pusat perkotaan.
Peran PKKM Baznas Kota Malang
Secara manajerial, Rumah Produksi Herbal dikelola oleh CV PKKM, dengan Ibu Erna Susanti selaku komisarisnya. Pada tahap-tahap awal, pendanannya disupport oleh Baznas Kota Malang. Mas Fauzan dalam sambutannya melaporkan, dana sebesar Rp 50 juta digunakan untuk pengadaan peralatan mesin Rumah Produksi Herbal dan gazebo untuk rest area.
Ketua Baznas Kota Malang itu juga menjelaskan, bahwa anggota binaan PKKM Baznas sekaligus didaftarkan sebagai peserta BPJS Kota Malang. Setiap bulan, ada dokter yang mendatangi mereka dan memeriksa kesehatannya.
Manfaatnya, pengelola BPJS Kota Malang merasa beruntung. Mengapa? Menurut hasil pantauannya, berkat bantuan layanan PKKM Baznas, para peserta BPJS jarang pergi ke rumah sakit. Selain merasa senang karena mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara rutin, mereka memperoleh bantuan sosial. “Hingga saat ini, terdapat 1.200 lansia binaan Baznas di Kota Malang”, tambahnya.
Guna mendukung program Rumah Produksi Herbal, Baznas sebelumnya sudah menanam bibit pohon kelor sebanyak 7.500 batang di sekitar Kedungkandang. Beberapa produknya seperti sabun dan minyak gosok dari daun kelor, pernah ditampilkan di event Kompasianival 2015 di Gandaria City, Jakarta Selatan.
Wisata Herbal dan Trend Pembangunan Kota Kreatif
Seiring dengan meningkatnya populasi dunia dan perkembangan era Post MDGs (Millennium Development Goals), mendorong pentingnya setiap Pemkot untuk melakukan pembangunan berwawasan Kota Kreatif.
Seolah menjadi trend, kini bermunculan tema-tema pembangunan kreatif, seperti pasar kreatif, kampung kreatif, kota tematik berbasis sungai, dan semacamnya.
Hemat penulis, Rumah Produksi Herbal tidak sekedar tentang pembangunan tematik. Lebih dari itu, kehadirannya diharapkan benar-benar mampu menjawab kebutuhan masyarakat lokal. Penjelasan atas UU No. 23/2011 Tentang Pengelolaan Zakat, antara lain mengamanatkan bahwa:
“Zakat (termasuk Infaq dan Sedekah, pen.) merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan, kesejahteraan masyarakat, dan penanggulangan kemiskinan”.
Sementara ini, “dana Baznas berasal dari pemotongan gaji PNS di lingkungan Pemkot Malang”. Selama tiga tahun, dana terkumpul yang semula Rp 1,7 Miyar, kini berkembang menjadi sekitar Rp 6,5 Milyar. Demikian jelas Ketua Baznas kota Malang saat peluncuran Rumah Produksi Herbal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H