Hasil-hasil Ngobrol Bolang di Café Camilo
Sambil membahas agenda Bolang, di Taman Café Camilo kami mencoba berdamai dengan alam. Bersama merangkai agenda komunitas, merajut asa. Di tempat ini, atas masukan teman-teman, lahirlah puisi dadakan goresan Mas Pairun Adi bertajuk “Bolang di Café Camilo”.
Kami bersyukur, kawan-kawan saling mensupport program penerbitan buku Kaledeoskop Komunitas, berisi “Bolang Berbagi”, seperti berbagi pengalaman wisata, "berbagi kasih", dan lain-lain. Buku itu diangkat dari hasil tulisan teman-teman yang sudah dipublish di Kompasiana. Kini masih dalam proses editing.
Hal yang sama, Mbak Lilik dan Mbak Desy hendak menerbitkan buku cerpen. Andai Desember nanti antrian naik cetak belum kelar, setidaknya komunitas kami sudah berusaha menghasilkan produk. Mohon do’a restu dan dukungan!
Di akhir sessi, Mbak Rara mencoba aplikasi video mini. Saat itu, setiap peserta diminta menjawab singkat pertanyaan apa Bolang itu?
Unik. Jawaban mereka berbeda-beda. Mas Hariadi bilang, "Bolang adalah hati". "Bolang adalah kebersamaan", versi Mas Hery. "Bolang adalah inspirasiku, tegas Mas Pairun Adi. "Bolang itu menulis", kataku. "Bolang adalah berbagi", tegas Mas Saiful. "Bolang itu kita", kata Mbak Fikri. Bolang adalah… Wkkwkw :). "Bolang adalah cinta", demikian Mbak Desy melengkapi. Ini edisi video mini sementara, kontribusi Bolang yang dikreasi oleh Mbak Rara.
Moment seperti itu, bagi saya adalah sisi lain “Tak Penting Tapi Perlu”. Keterlibatan mereka adalah wujud dari sharing and connecting. Tanpa partisipasi mereka, sebuah komunitas akan kering tak bermakna. Mbolang… Dolan Tapi Bukan Dolanan”.
Kami bersyukur, bisa mengakses nikmat Tuhan seperti ini. Punya kawan-kawan yang baik hati. Maka kami berusaha merajut asa bersama komunitas! Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H