Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Merasakan Eksotika Teluk Love di Atas Lahan Tak Bertuan

18 Juli 2016   10:06 Diperbarui: 18 Juli 2016   12:14 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aji, sedang berjaga di bawah pintu masuk Kawasan Wisata Teluk Love-Payangan/Dok. Pribadi

Ritual mudik lebaran 2016 M (1347 H) baru saja usai. Namun kesan terhadap orang-orang dan tradisi lebaran masih membekas. Satu kesan terpenting, adalah efek saling pinta maaf. Dari lahir tembus ke batin. Darinya, timbul situasi “nol-nol”. Berasa hadir rasa baru dalam diri. Plong!

Wajar, meski jalanan macet para pemudik tak “kapok” mudik setiap tahun. Beaya sosial mudik seolah terbayar lunas, tatkala rindu tumpah darah terobati. Efeknya, kondisi batin kembali setimbang. Kini, pengalaman mudik jadi kenangan. Tak terkecuali, kenangan indah ketika singgah di kawasan wisata bernama “Teluk Love”.

Sabtu lalu sebelum balik ke kota Malang, saya diajak keluarga untuk menyaksikan Teluk  Love dari dekat (9/7). Tepatnya berada di Dusun Payangan, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember. Terbentang tulisan indah di pintu masuknya: “Selamat Datang di Kawasan Wisata Alam Teluk Love Bukit Suroyo”.

Pintu Masuk Kawasan Wisata Teluk Love Bukit Suroyo/Dok. Pribadi
Pintu Masuk Kawasan Wisata Teluk Love Bukit Suroyo/Dok. Pribadi
Untuk menuju ke sana, kami menempuh jalur Balung-Ambulu-Watu Ulo-Sumberejo-Payangan hingga sampai di Teluk Love. Mudah mencari lokasi itu, karena terdapat banyak tanda arah menuju ke sana. Dari jalan raya Watu Ulo Ambulu, kami ambil jalur lurus hingga tiba di kawasan pantai Payangan. Dari sini, terus saja hingga sampai di pantai paling ujung, yaitu Teluk Love.

Tanda Arah Menuju Teluk Love-Payangan/Dok. Pribadi
Tanda Arah Menuju Teluk Love-Payangan/Dok. Pribadi
Eksotika Kawasan Wisata Teluk Love

Warga Jember menyebutnya Teluk Love, mungkin karena garis-garis pantainya membentuk lambang cinta. Ia mirip gambar hati. Pengunjung dapat menyaksikan wajah aslinya dari atas bukit Suroyo. Untuk naik ke sana, wisatawan disediakan anak-anak tangga menelusuri bukit. Jalurnya terbelah menjadi dua yang masing-masing jalur menuju bibir pantai. Kedua jalur ini seolah membentuk lambang cinta.

Kawasan Wisata Teluk Love- Bukit Suroyo/Dok. Pribadi
Kawasan Wisata Teluk Love- Bukit Suroyo/Dok. Pribadi
Teluk Love Dilihat dari Atas Bukit/Sumber: http://bolehtanya.com/wisata/teluk-love/
Teluk Love Dilihat dari Atas Bukit/Sumber: http://bolehtanya.com/wisata/teluk-love/
View bukit itu menyatu dengan kawasan pantai berombak garang. Saat ombak besar datang, petugas tak segan-segan memperingati pengunjung untuk secepatnya menjauh dari bibir pantai. Para penjaja makanan ringan mencoba beradu nasib, mendekati anak-anak yang sedang bermain di pinggir pantai. Demikian pula dengan penjual layang-layang, menerbangkan layang-layang itu angkasa agar anak-anak tertarik membelinya.

Ombak Pantai di Tepi Pantai Selatan, Bibir Pantai Teluk Love/Dok. Pribadi
Ombak Pantai di Tepi Pantai Selatan, Bibir Pantai Teluk Love/Dok. Pribadi
Layang-layang Terbang Sore di Kawasan Wisata Teluk Love/Dok. Pribadi
Layang-layang Terbang Sore di Kawasan Wisata Teluk Love/Dok. Pribadi
Kawasan wisata Teluk Love sejalur dengan garis  pantai Watu Ulo dan Papuma. Kawasan itu berada di Kabupaten Jember bagian selatan. Dari Pantai Payangan menuju Teluk Love, di kiri kanan sepanjang jalan itu tersedia lokasi parkir dan warung-warung makanan. Jangan kaget, saat warga Payangan memberhentikan Anda dengan benderanya. Itu pertanda Anda dibujuk untuk parkir. Pilih saja tempat parkir yang paling dekat dengan pantai Teluk Love. Pada saat itu, beaya parkir Rp 10.000/mobil.

Mendekati lokasi, terlihat perahu-perahu nelayan berlabuh di atas pasir. Jarak dari pantai Payangan menuju Teluk Love, kira-kira 1 km. Kami menyusuri jalan tak beraspal itu hingga tiba di lokasi dengan berjalan kaki.

Perahu-perahu nelayan di tepi Pantai Love, Payangan/Dok. Pribadi
Perahu-perahu nelayan di tepi Pantai Love, Payangan/Dok. Pribadi
Anak-anak kami asyik bermain di tepi pantai Teluk Love/Dok. Pribadi
Anak-anak kami asyik bermain di tepi pantai Teluk Love/Dok. Pribadi
Sebelum tiba di lokasi, kami sempat singgah di Rumah Makan & Supplier Ikan Segar “UD Anugrah”. Lokasinya sekitar 500 meter sebelum Teluk Love. Menurut Ibu pemilik warung itu, saat liburan semacam ini buka sepanjang hari selama 24 jam. Ada menu ikan kakap merah, udang, ikan bawal, dan lain-lain yang rasanya sangat bersahabat buat penyuka sea food. Ikan kakap ketika itu harganya Rp 70.000/kg. Sambalnya yang khas, menambah kangen untuk ke sana lagi. Hehe, Mantap Surantap…. (istilah ini dipopulerkan oleh Kompasiner Peb).

20160709-153144-578c4539ae7e61a804bafd57.jpg
20160709-153144-578c4539ae7e61a804bafd57.jpg
Warung Makan & Supplier Ikan Segar, UD Anugrah/Dok. Pribadi
Warung Makan & Supplier Ikan Segar, UD Anugrah/Dok. Pribadi
Garis pantai Teluk Love terhubung dengan kawasan Pantai Watu Ulo dan Papuma yang dikelola oleh Pemerintah Daerah setempat. Sementara Teluk Love dikelola oleh warga setempat. Menurut sumber prosalinaradio, hak pepemilikan kawasan wisata itu masih tak bertuan. Ini awal sumber masalah, jika tidak segera dituntaskan.

Setelah dikembangkan oleh warga, kawasan “Teluk Love” tampaknya lebih diminati pengunjung dari pada pantai Watu Ulo. Hal itu saya ketahui dari percakapan lalu lalang para wisatawan. Seseorang yang tidak sempat saya tanya namanya, mengatakan sambil berjalan kepada saya: “Teluk Love ini lebih ramai dari pada Pantai Watu Ulo. Kalau Pantai Papuma masih tetap ramai”. Mengapa? Orang bertopi dan membawa peluit yang saya duga salah satu pengelola kawasan Teluk Love itu mengajukan alasannya:

Beaya berwisata ke sini lebih murah dari pada tempat lain itu. Karena kawasan wisata ini dikelola oleh warga. Para pengunjung gratis menikmati pantai Teluk Love, kecuali dikenakan beaya parkir kendaraan dan karcis masuk yang cuma seharga Rp 5.000 (lima ribu rupiah) per orang…”. Katakanlah hanya punya uang Rp 100.000-an dan ingin pergi ke sini, maka mereka sudah bisa berwisata bersama keluarga…”.

Teluk Love Dikelola Warga, Bagaimana Masa Depannya?

Kawasan Teluk Love baru saja dibangun sebagai destinasi wisata baru. Usianya belum genap satu tahun, begitu yang saya ketahui dari petugas penjaga pintu masuk yang bernama Aji. Bersama kawan-kawannya, pria itu bergiliran berjaga di pintu masuk. Seraya menjukkan bekas luka-luka kecil di tangannya, ia mengatakan:

lihatlah ini… Kami dan warga sekitar bahu membahu membuat gapura pintu masuk ini”. Bangunan di kawasan Teluk Love itu dikerjakan oleh warga, bukan atas bantuan Pemerintah Daerah….

Aji, sedang berjaga di bawah pintu masuk Kawasan Wisata Teluk Love-Payangan/Dok. Pribadi
Aji, sedang berjaga di bawah pintu masuk Kawasan Wisata Teluk Love-Payangan/Dok. Pribadi
Ia tampak begitu bersemangat. Aji juga menunjukkan mushalla dan toilet yang baru saja selesai dibangun. Dia mengatakan: “Semua bangunan itu dibuat oleh warga. Jika ingin informasi lengkap, silahkan tanya ke ketua kami”.Sambil menujukkan sebuah bangunan di bawah kaki bukit, dia mengatakan”biasanya dia selalu berada di sana…”.

Para penjaga karcis pintu Masuk. Foto ini dipotert atas izin mereka/Dok. Pribadi
Para penjaga karcis pintu Masuk. Foto ini dipotert atas izin mereka/Dok. Pribadi
Sayang, saya tak punya banyak waktu menggali informasi lebih dalam sore itu. Pasalnya, anak kami segera minta ditemani bermain pasir di tepi pantai. Namun sebelumnya saya mendapatkan informasi dari Saudara kami yang tinggal di daerah Tegal Banteng, tatkala bersilaturrakhim dalam rangka lebaran Fitri. Sebut saja namanya Pakde Sudiro. Ia mendengar kabar bahwa warga Payangan tak mau Kawasan Wisata Teluk Love diambil alih oleh Pemda setempat. Salah satu alasannya, warga di sana tak mau bertanggung jawab atas keselamatan pengunjung yang mandi di laut, demikian ia menambahkan. Mngkin alasan tersembunyi yang paling kuat adalah soal akses ekonomi warga yang tak ingin hilang begitu saja.

Jasa Parkir Kendaraan Bertebaran di Sepajang Jalan Menuju Teluk Love/Dok. Pribadi
Jasa Parkir Kendaraan Bertebaran di Sepajang Jalan Menuju Teluk Love/Dok. Pribadi
Menurut pantauan saya kala itu, warga memang benar-benar memperhatikan keselamatan pengunjung. Setiap ada pengunjung yang mendekat ke pinggir laut, warga yang menjadi petugas pengawas pantai selalu memperingatkannya. Ia menggunakan alat pelantang suara (load speaker). Pengunjung dilarang bermain-main di pinggir laut, terutama saat ombak besar datang. Sementara satu penjaga lagi, selalu mondar mandir membawa tongkat di sepanjang garis pantai.

Warga juga yang membuat saluran pipa-pipa penghubung air laut menuju toilet dan mushalla. Saat itu saya menyaksikan ada galian di bawah kaki bukit dan saluran pipa yang belum tuntas mereka bangun. Tujuannya tentu agar tersedia air bersih untuk pengunjung.

Bangunan Saluran Pipa di Tepi Pantai Teluk Love Dibangun Oleh Warga/Dok. Pribadi
Bangunan Saluran Pipa di Tepi Pantai Teluk Love Dibangun Oleh Warga/Dok. Pribadi
Ringkasnya, infrastruktur pendukung kawasan wisata seperti pintu gerbang, tangga naik ke bukit, joglo, toilet dan mushalla, dibangun oleh warga. Efeknya, kawasan wisata kian cepat berkembang. Kegiatan ekonomi warga hidup. Area jasa parkir kendaraan tersedia di mana-mana. Demikian pula berdiri warung-warung makanan dan aneka souvenir di sepanjang jalan menuju Teluk Love. Sayang, infrastruktur jalan masih belum beraspal dengan baik.

Akses jalan dan lingkungan Kawasan Wisata Teluk Love ini perlu mendapat perhatian/Dok. Pribadi
Akses jalan dan lingkungan Kawasan Wisata Teluk Love ini perlu mendapat perhatian/Dok. Pribadi
Fenomena di atas, berimplikasi terhadap kehidupan sosial-ekonomi warga. Kini, kawasan itu makin ramai dikunjungi wisatawan. Tetapi ke depan, potensi konflik akan muncul. Khususnya masalah hak kepemilikan publik atas pengelolaan kawasan wisata alam Teluk Love dan Bukit Suroyo. Sementara ini, tampaknya Pemda setempat belum mampu berbuat banyak, sedangkan warga sudah terlanjur berbuat banyak. Warga berani berbuat demikian, karena mereka merasakan manfaatnya secara langsung.  

Salah satu area parkir wisata Teluk Love/Dok. Pribadi
Salah satu area parkir wisata Teluk Love/Dok. Pribadi
Solusi Hak Kepemilikan Publik

Menimang masa depan pembangunan kawasan Teluk Love, perlu kebijakan dan kearifan. Satu sisi, warga yang sudah terlanjur melibatkan diri dan terlihat mendahului Pemda dalam mengembangkan kawasan wisata, layak mendapatkan perhatian. Sementara di sisi lain, hak kepemilikan kawasan Teluk Love dan Bukit Suroyo perlu diperjelas, agar tidak terkesan seperti tanah tak bertuan.

Eksotika Kawasan Wisata Teluk Love Bukit Suroyo, Payangan, Jember/Dok. Pribadi
Eksotika Kawasan Wisata Teluk Love Bukit Suroyo, Payangan, Jember/Dok. Pribadi
Eksotika Kawasan Wisata Teluk Love Payangan di Sore Hari/Dok. Pribadi
Eksotika Kawasan Wisata Teluk Love Payangan di Sore Hari/Dok. Pribadi
Salah satu konsekwensinya, Pemda melalui Dinas Pariwisata setempat perlu membuat tata kelolanya. Katakanlah kelompok warga yang selama ini sudah terlanjur mengatur kawasan itu, didorong untuk menjadi semacam Yayasan atau LSM resmi pengelola jasa wisata. Ada MoU antara LSM itu dengan Pemkab Jember.

Bagaimana dengan hak kepemilikannya? Hak kepemilikan tetap diusahakan milik negara. Pemkab membangun insfrastruktur jalannya dan spot-spot penting kawasan wisata. Hasil pendapatan dari wisatawan dan pemasukan lain yang sah, dibagi sebagaimana mestinya menurut aturan yang berlaku.

Harapannya, peran Dinas Pariwisata, Pemkab dan hak kepemilikannya menjadi jelas. Sementara hak warga mendapatkan manfaat atas pembangunan kawasan wisata itu tetap diperhatikan. Semoga kehadiran Teluk Cinta memberi harapan kasih, bukan sebaliknya. Bagaimana masukan Anda? Wassalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun