Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Merasakan Eksotika Teluk Love di Atas Lahan Tak Bertuan

18 Juli 2016   10:06 Diperbarui: 18 Juli 2016   12:14 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah dikembangkan oleh warga, kawasan “Teluk Love” tampaknya lebih diminati pengunjung dari pada pantai Watu Ulo. Hal itu saya ketahui dari percakapan lalu lalang para wisatawan. Seseorang yang tidak sempat saya tanya namanya, mengatakan sambil berjalan kepada saya: “Teluk Love ini lebih ramai dari pada Pantai Watu Ulo. Kalau Pantai Papuma masih tetap ramai”. Mengapa? Orang bertopi dan membawa peluit yang saya duga salah satu pengelola kawasan Teluk Love itu mengajukan alasannya:

Beaya berwisata ke sini lebih murah dari pada tempat lain itu. Karena kawasan wisata ini dikelola oleh warga. Para pengunjung gratis menikmati pantai Teluk Love, kecuali dikenakan beaya parkir kendaraan dan karcis masuk yang cuma seharga Rp 5.000 (lima ribu rupiah) per orang…”. Katakanlah hanya punya uang Rp 100.000-an dan ingin pergi ke sini, maka mereka sudah bisa berwisata bersama keluarga…”.

Teluk Love Dikelola Warga, Bagaimana Masa Depannya?

Kawasan Teluk Love baru saja dibangun sebagai destinasi wisata baru. Usianya belum genap satu tahun, begitu yang saya ketahui dari petugas penjaga pintu masuk yang bernama Aji. Bersama kawan-kawannya, pria itu bergiliran berjaga di pintu masuk. Seraya menjukkan bekas luka-luka kecil di tangannya, ia mengatakan:

lihatlah ini… Kami dan warga sekitar bahu membahu membuat gapura pintu masuk ini”. Bangunan di kawasan Teluk Love itu dikerjakan oleh warga, bukan atas bantuan Pemerintah Daerah….

Aji, sedang berjaga di bawah pintu masuk Kawasan Wisata Teluk Love-Payangan/Dok. Pribadi
Aji, sedang berjaga di bawah pintu masuk Kawasan Wisata Teluk Love-Payangan/Dok. Pribadi
Ia tampak begitu bersemangat. Aji juga menunjukkan mushalla dan toilet yang baru saja selesai dibangun. Dia mengatakan: “Semua bangunan itu dibuat oleh warga. Jika ingin informasi lengkap, silahkan tanya ke ketua kami”.Sambil menujukkan sebuah bangunan di bawah kaki bukit, dia mengatakan”biasanya dia selalu berada di sana…”.

Para penjaga karcis pintu Masuk. Foto ini dipotert atas izin mereka/Dok. Pribadi
Para penjaga karcis pintu Masuk. Foto ini dipotert atas izin mereka/Dok. Pribadi
Sayang, saya tak punya banyak waktu menggali informasi lebih dalam sore itu. Pasalnya, anak kami segera minta ditemani bermain pasir di tepi pantai. Namun sebelumnya saya mendapatkan informasi dari Saudara kami yang tinggal di daerah Tegal Banteng, tatkala bersilaturrakhim dalam rangka lebaran Fitri. Sebut saja namanya Pakde Sudiro. Ia mendengar kabar bahwa warga Payangan tak mau Kawasan Wisata Teluk Love diambil alih oleh Pemda setempat. Salah satu alasannya, warga di sana tak mau bertanggung jawab atas keselamatan pengunjung yang mandi di laut, demikian ia menambahkan. Mngkin alasan tersembunyi yang paling kuat adalah soal akses ekonomi warga yang tak ingin hilang begitu saja.

Jasa Parkir Kendaraan Bertebaran di Sepajang Jalan Menuju Teluk Love/Dok. Pribadi
Jasa Parkir Kendaraan Bertebaran di Sepajang Jalan Menuju Teluk Love/Dok. Pribadi
Menurut pantauan saya kala itu, warga memang benar-benar memperhatikan keselamatan pengunjung. Setiap ada pengunjung yang mendekat ke pinggir laut, warga yang menjadi petugas pengawas pantai selalu memperingatkannya. Ia menggunakan alat pelantang suara (load speaker). Pengunjung dilarang bermain-main di pinggir laut, terutama saat ombak besar datang. Sementara satu penjaga lagi, selalu mondar mandir membawa tongkat di sepanjang garis pantai.

Warga juga yang membuat saluran pipa-pipa penghubung air laut menuju toilet dan mushalla. Saat itu saya menyaksikan ada galian di bawah kaki bukit dan saluran pipa yang belum tuntas mereka bangun. Tujuannya tentu agar tersedia air bersih untuk pengunjung.

Bangunan Saluran Pipa di Tepi Pantai Teluk Love Dibangun Oleh Warga/Dok. Pribadi
Bangunan Saluran Pipa di Tepi Pantai Teluk Love Dibangun Oleh Warga/Dok. Pribadi
Ringkasnya, infrastruktur pendukung kawasan wisata seperti pintu gerbang, tangga naik ke bukit, joglo, toilet dan mushalla, dibangun oleh warga. Efeknya, kawasan wisata kian cepat berkembang. Kegiatan ekonomi warga hidup. Area jasa parkir kendaraan tersedia di mana-mana. Demikian pula berdiri warung-warung makanan dan aneka souvenir di sepanjang jalan menuju Teluk Love. Sayang, infrastruktur jalan masih belum beraspal dengan baik.

Akses jalan dan lingkungan Kawasan Wisata Teluk Love ini perlu mendapat perhatian/Dok. Pribadi
Akses jalan dan lingkungan Kawasan Wisata Teluk Love ini perlu mendapat perhatian/Dok. Pribadi
Fenomena di atas, berimplikasi terhadap kehidupan sosial-ekonomi warga. Kini, kawasan itu makin ramai dikunjungi wisatawan. Tetapi ke depan, potensi konflik akan muncul. Khususnya masalah hak kepemilikan publik atas pengelolaan kawasan wisata alam Teluk Love dan Bukit Suroyo. Sementara ini, tampaknya Pemda setempat belum mampu berbuat banyak, sedangkan warga sudah terlanjur berbuat banyak. Warga berani berbuat demikian, karena mereka merasakan manfaatnya secara langsung.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun