Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Pak Tjip 73] Sosok dan Kata-katanya Sederhana, Tapi Isinya Bernyawa

22 Mei 2016   15:39 Diperbarui: 3 Juni 2016   11:41 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Effendi dkk di Acara Bedah Buku Kompasianival 2015/Dok. Pribadi

Saya tulis artikel ini, sebagai ungkapan persahabatan kepada Beliau yang kini memasuki usia 73 tahun. Inginnya sih menulis sejak hari-hari kemarin, seperti yang digagas oleh Komunitas KutuBuku bertajuk “The Old Man and the Article”. Tajuk itu dikhususkan untuk mengapresiasi sosok Kompasiner Tjiptadinata Effendi. Tetapi karena suatu hal, saya baru memungkinkan menulis hari ini. Karena itu, saya mohon maaf kepada Penggagas Komunitas KutuBuku dan khususnya kepada Pak Effendi. Saya pikir, tidak ada kata terlambat menyampaikan do’a selamat kepada Pak Tjiptadinata Effendi. Semoga di usianya yang ke 73, Bapak selalu diberkati, senantiasa sehat wal afiat, dan tetap produktif menulis”.

Saya merasakan, Pak Effendi berusaha menyajikan kata-kata yang sesederhana mungkin, apa adanya tanpa terkesan menggurui pada tulisan-tulisannya di Kompasiana. Isi artikelnya begitu berasa maknanya, bermanfaat dan kontennya tak mudah lapuk di makan usia. Pesan-pesannya mengalir setiap hari di Blog bersama berlogo si Kriko itu. Beliau menebarkan pesan moral kehidupan untuk kita semua. Sharing and connecting seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari pribadi Pak Effendi. Mencerahkan.

Saya bersyukur, meskipun sangat singkat, saya sempat bertemu langsung dengan Beliau pada acara Kompasianival akhir 2015 lalu di Gandaria City Mall, Jakarta. Saya melihat Pak Effendi begitu sabar menanti orang-orang yang sudah diberi janji mendapatkan bukunya, di sebuah booth KutuBuku. Sampai-sampai ia merelakan tak mengikuti acara di area utama Kompasianival, hanya untuk memastikan buku-buku hadiahnya sampai di tangan yang tepat dan langsung diberikan oleh tangannya sendiri.

Pak Effendi dkk di Acara Bedah Buku Kompasianival 2015/Dok. Pribadi
Pak Effendi dkk di Acara Bedah Buku Kompasianival 2015/Dok. Pribadi
Pak Effendi (tengah) dan Bu Rosa/Dok. Pribadi
Pak Effendi (tengah) dan Bu Rosa/Dok. Pribadi
Kenangan bersama Mbak Ariani Na/Dok. Pribadi
Kenangan bersama Mbak Ariani Na/Dok. Pribadi
Alhamdulillah, saya kebagian buku “Sehangat Matahari Pagi”, dan beliau membubuhkan tanda tangannya di buku yang saya terima kala itu, langsung dari tangannya. Saya pernah menuliskan resensinya berjudul “Sosok Tiptadinata Effendi di Mata 86 Kompasianer”. Senang rasanya, menerima buku hadiah itu, terima kasih Pak Effendi. Ketulusan Bapak, mengalahkan semua kepentingan. Teriring harap, semoga dapat bersua kembali suatu hari.

Buku Sehangat Matahari Pagi/Dok. Pribadi
Buku Sehangat Matahari Pagi/Dok. Pribadi
Telah seribu lebih artikel Pak Tiptadinata Effendi tulis di Kompasiana. Sejak Beliau bergabung di Kompasiana pada 15 Oktober 2015 hingga kini (22/5/2016), di usianya yang ke-73, Pak Tjiptadinata Effendi telah menghasilkan  artikel dengan kinerja yang luar biasa. Data-data statistiknya menunjukkan bahwa jumlah artikel yang ditulis sebanyak 1.953. Dari jumlah itu, sebanyak 2.077.885 orang teridentifikasi membaca artikelnya. Sementara pembaca yang berkomentar mencapai 32.138 orang.

Oleh Kompasiana, tulisan Pak Effendi diberikan nilai 38.510, dengan headline sebanyak 391 buah artikel, sementara tulisan yang diganjar sebagai artikel pilihan sebanyak 1.613 buah. Predikat Kompasianer terbaik 2014 pun pernah ia sandang. Tampaknya, bukan itu yang terpenting, tetapi menjadi manusia pemberi manfaat untuk lainnya itu yang lebih penting.

Selamat! Hingga kini Beliau masih konsisten menulis memasuki usinya yang ke-73. Semoga Pak Effedi selalui diberkati Tuhan dan hiudp bahagia bersama isteri tercinta, Bu Rosalina Effendi, dan keluarga. Semoga mereka selalu diberi kekuatan untuk menulis hal-hal yang menginspirasi, bermanfaat, aktual, informatif dan bermakna bagi kehidupan.

Kesan saya, Beliau adalah orang yang sederhana dan arif. Kata-kata dalam setiap tulisannya sederhana, tapi nilai yang dihadirkannya sangat mendalam, berlaku universal dan bertahan lama. Ada semangat life long education, pendidikan sepanjang hayat.

Mengingat bulan Mei masih ada relevansinya dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional, izinkan saya mengutip artikel Pak Effendi yang berkaitan dengan semangat dan nilai-nilai pendidikan, khususnya yang mengandung spirit universitas kehidupan.

Berikut saya kutipkan beberapa dari sebagian kecil tulisannya yang berserakan di antara 1.953 artikel yang telah ia tuliskan di lapaknya.

Pertama, bahwa dalam universitas kehidupan, setiap peserta harus lulus, tidak ada ujian ulangan. Dia menuliskan dalam artikelnya sebagai berikut:

“…Hanya saja di University of Life ini, tidak ada ujian ulangan. Karena hidup cuma sekali saja, maka sekali tidak lulus, berarti selamanya tidak lulus dan tak akan pernah lagi mendapatkan kesempatan untuk kedua kalinya. Gurunya adalah alam semesta ini dan yang memutuskan lulus tidaknya seseorang adalah Sang Maha Pencipta” (sumber).

Kedua, bahwa universitas yang sesungguhnya itu adalah universitas kehidupan. Seseorang  yang lulus universitas beken, belum tentu otomatis lulus dalam university of life. Berdasarkan pengalamannya, dia menyatakan sebagai berikut:

“…akhirnya cita cita jadi sarjana, jadi kenyataan. Namun, hidup tidak berhenti hingga sampai di sana… Bagi lulusan sarjana tapi seterusnya mengalami kegamangan dalam menapakan kaki di Universitas Kehidupan, maka jadilah ia penganggur elit” (sumber).

Ketiga, lulusan sarjana ekonomi dengan predikat cumlaude atau bahkan bergelar doktor ekonomi, bukanlah jaminan untuk sukses begitu terjun di dunia bisnis. Karena itu, menyimak tulisan Pak Effendi berikut ini, kiranya ada guna manfaatknya. Dia menulis sebagai berikut:

 “Lulusan Sarjana Ekonomi dengan predikat Cumlaude atau malah mungkin menyandang gelar doktor dibidang ekonomi, dengan disertasi yang mengangumkan. Namun jangan berpikir bisa secara serta merta mampu langsung terjun ke dunia bisnis… Jalan terbaik adalah bekerja satu atau dua tahun pada perusahaan yang kelak akan digeluti(Sumber).

Hemat saya, apa yang ditulis Pak Efendi bukanlah omong kosong belaka, yang ide tulisannya diangkat dari angan-angan belaka. Dia menuliskan apa yang ia tahu, apa yang pernah ia alami sendiri, atau pengalamannya selama bergaul dengan orang lain di universitas kehidupan, kemudian ia refleksikan ke dalam tulisannya.

Ia pernah diuji jadi pesakitan, bisnis ekpsor kopinya pernah jatuh hanya gara-gara dikhianati oleh orang yang ia percaya hingga kembali pulih dan menjadi sosok Tjiptadinata yang sekarang ini.  

Meskipun ia kini tinggal di Australia, namun Pak Effendi tetap ber-KTP asli Indonesia. Beliau adalah salah satu sosok WNI tulen. Walhasil, apapun yang ia tuliskan berdasarkan pengalamannya, meski sederhana, maka tulisannya berasa bernyawa, hidup. Tulisan Pak Effendi seperti air mengalir sampai jauh, entah berhenti di mana, hingga ia menemukan pembacanya yang benar-benar membutuhkan.

Kini, memasuki usianya yang ke-73, sekali lagi izinkan saya mengucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke-73. Saya tak mampu memberikan hadiah yang pantas, kecuali tulisan singkat ini. Kalaupun ini dianggap sebagai hadiah, itu pun saya anggap belum sepadan dengan apa yang Pak Effendi berikan pada kami. Semoga berkenan. Terima kasih.

Malang, 22 Mei 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun