Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Waste4Change: Cara Bijak Olah Sampah Dibalik TPA Bantargebang

20 Februari 2016   13:15 Diperbarui: 20 Februari 2016   13:53 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Bangunan Waste4Change di Bekasi ini Difungsikan sebagai Kantor sekaligus Tempat Edukasi Pengelolaan Sampah/Dok. Pribadi"][/caption]

Manusia adalah produsen sampah sejati. Selama ada manusia, selama itu pula ada sampah. Anggap saja tiap orang dari 250 juta penduduk Indonesia menghasilkan sampah 0,8 kg/hari, maka sampah nasional bisa mencapai 200 ribu ton/hari. Jika tidak dikelola dengan tepat, sedikit demi sedikit timbunan sampah menjadi setinggi bukit, bahkan "gunung sampah". Bila terjadi longsor, para pengais rejeki yang disebut “Pemulung” dan warga sekitar bisa beda riwayatnya.

“Indonesia Darurat Sampah”, demikian tulis Kompasianer Trisno Utomo. Mari kita renungkan kembali tragedi 21 Pebruari 2005 silam di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat. Kala itu, terjadi longsor sampah yang menghancurkan rumah, perkebunan dan aset warga, bahkan ada ratusan korban jiwa. Dua desa sekaligus (Batujajar Timur dan Leuwigajah) tertimbun longsor, kemana riwayatmu kini? Kejadian itu merupakan tragedi kedua terbesar di dunia setelah kasus longsor sampah TPA Payatas, Quezon City, Philipina pada tahun 2000 silam.

Maka, peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), sering dikaitkan dengan peristiwa tragis Leuwigajah. Pada tahun ini, HPSN 2016 dipusatkan di Kota Makassar. Selain akan digelar “Kerja Bhakti Massal”, ada visitasi terkait percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).

Hal itu mengingatkan saya, saat akhir Desember 2015 lalu berkesempatan mengunjungi tiga lokasi pengelolaan sampah. Kami bertiga, bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Malang sengaja melihat dari dekat pengelolaan sampah di Waste4Change, Farmy4Life dan pabrik Daur Ulang sampah plastik di sekitar kawasan Bekasi.

Menuju Lokasi Waste4Change dekat Kawasan Vida Bekasi

Usai menghadiri Kompasianival pada 12-13 Desember 2015, esok harinya (Senin, 14/12/2015), kami mengunjungi Waste4Change. Pagi hari di Senin itu, kami bertiga berangkat menuju kawasan perumahan Vida Bekasi, setelah semalam menginap di rumah saudara teman saya di dekat Cibubur. 

Menuju tempat itu, tampak jalanan padat kendaraan. Truk-truk besar di kawasan Bantargebang Bekasi-Cibubur, semakin menambah suasana hiruk pikuk perkotaan. Seolah, melengkapi duka masalah sampah TPA Bantargebang: pernah longsor dan beberapa kali diprotes warga. Ke depan, Kawasan Bekasi tak cocok sebagai daerah industri yang dipenuhi truk-truk besar di kanan kiri jalan. Kawasan strategis dekat ibukota Jakarta ini, layak dikembangkan sebagai pusat bisnis dengan hunian ramah lingkungan bebas sampah.

Kami memasuki pintu gerbang Vida Bekasi dan berhenti di sejenak warung kecil. Warung itu terdapat di pojok lahan yang masih kosong. Hawanya sejuk dan segar, kontras dengan suasana di jalanan yang padat. Idealnya, insfrastruktur pendukung lingkungan seperti saluran air dan penghijauan, dibangun terlebih dahulu sebelum pengembang mendirikan perumahan, seperti yang dilakukan manajemen Vida Bekasi.

[caption caption="Warung Kecil di Salah Sudut lahan Kosong Perumahan Vida Bekasi/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Teman kami, Gus Sulthon, sebelumnya sudah membuat perjanjian dengan Bang Saut Marpaung untuk bertemu di Vida Bekasi. Pemandu itu tak lain adalah ketua APDUPI (Asosiasi Pengusaha Daur Ulang Plastik Indonesia). Tak lama kemudian, Bang Saut datang. Dari tempat ini, kami bertiga ditemani menuju Waste4Change. Lokasinya tak jauh dari Bantargebang, masih di seputar kawasan perumahan Vida Bekasi.

Cara Bijak Kelola Sampah Ala Waster4Change

Wow, begitu tiba, saya melihat bangunan unik nan indah berada di tengah sawah.  Kami diterima dengan ramah oleh Kang Denny Santika selaku Create Advisor Komunitas Waste4Change. Sambil menikmati suguhan kopi susu yang nikmat, kami mengobrol santai di kantor Waste4Change (baca Waste for Change). Secara harfiah, istilah ini berarti limbah untuk perubahan.

Bentuk bangunan yang difungsikan sebagai kantor Waste4Change unik. Bahan-bahannya didominasi bambu. Tiang-tiangnya diikat dengan ijuk. Bentuknya oval agak meruncing di bagian ujung atap, menelangkup setengah lingkaran hingga menyentuh tanah. Tepat di atas pintu utama bagian depan, tertulis jelas W4C di tengah lingaran biru, dengan tulisan Waste4Change di bawahnya, seperti tampak pada foto utama di atas.

Ruangannya dilengkapi dengan meja kursi berbahan bambu. Dindingnya pun terbuat dari bambu yang ditata rapi, mengikuti lekukan kerangkanya. Di salah satu sudut ruangan tersedia sebuah slide untuk edukasi bagi para tamu. Beberapa sampel ragam jenis plastik seperti PET, PP, LDPE dan sebagainya terpajang di dindingnya untuk peraga edukasi. Sementara dinding bagian belakang, ditutup dengan satir tipis berkisi, sehingga udara segar bebas keluar masuk.

[caption caption="Beragam contoh jenis plastik dipajang di Kantor Waste4Change/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Baznas Kota Malang Saat Berdialog dengan Kang Denny (kaos biru) dan Bang Saut (baju kotak-kotak) di Kantor Waste4Change, Bantragebang, Bekasi/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

[caption caption="Kantor Waste4hange Tampak dari Samping/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Di depan bangunan, terhampar alam persawahan nan menghijau. Bila dilihat dari samping, bangunan ini nampak seperti lingkaran besar terbelah dua, unik. Di samping kiri bangunan tumbuh aneka tanaman pertanian seperti cabe, jagung, dan sayur-sayuran. Sedap dipandang mata.

Di tempat itulah kami mengobrol santai, yang dilanjutkan dengan jalan-jalan mengelilingi gudang pengolah daur ulang plastik milik Waste4Change. Komunitas ini mendefiniskan dirinya sebagai kewirausahaan sosial yang berusaha memberikan solusi terhadap permasalahan sampah berdasarkan prinsip perubahan perilaku dan pengelolaan yang bertanggung jawab. Misinya adalah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang bertanggung jawab atas sampahnya. Aktivitas utamanya adalah melakukan kegiatan konsultasi (consult), edukasi atau kampanye (campaign), pengumpulan sampah (collect), dan menciptakan sesuatu yang bernilai (create).

[caption caption="Papan Edukasi di Waste4Change/Dok. Pribadi"]

[/caption]

“…Sampah diangkut menggunakan kendaraan pick-up, dikumpulan di area dropping. Setelah terkumpul, kemudian dipilah-pilah di area pemilahan (shorting). Ada tiga karung sampah berwarna biru, merah muda, dan kuning. Setelah dipilah dan disortir, akan menghasilkan sekitar 25 macam jenis sampah, dan bila disortir lagi akan menghasilkan 35 jenis sampah. Dari jumlah itu, hanya satu jenis sampah yang digiling di area pencacahan dengan mesin crusher, yaitu jenis sampah plastik PET..."

Demikian seperti Bang Saut jelaskan, ketika kami bertanya seputar aktivitas pengelolaan sampah di tempat itu. Lebih lanjut, Kang Kang Denny Santika menuturkan bahwa Waste4Change merekrut 6 tenaga kerja. Mereka adalah bagian dari para pemulung sampah dan warga sekitar. Tugas mereka adalah mengangkut sampah dari rumah-rumah warga, menshortir, mengemas, dan menggiling sampah plastik di gudang ini hingga menjadi produk akhir berupa PET siap jual.

Bang Saut dan Kang Denny mengajak kami berkeliling, melihat demo mesin penghancur sampah plastik. Sambil berkeliling, Bang Saut menjelaskan bahwa sementara ini pekerja kami menggiling setiap dua minggu sekali. Sekali giling menghabiskan 1,5 ton sampah plastik yang telah dishortir. Sekali giling, 1,5 ton sampah plastik selesai dalam waktu sekitar 7-8 jam. Hasilnya adalah plastik jenis PET, berwarna putih bersih.

Saya penasaran, lalu bertanya mengapa hanya dua minggu sekali menggilingnya? Dia menjawab: “oh… proses mulai dari pengumpulan, mensortir, hingga siap digiling dan dijual itu prosesnya panjang dan kompleks...”. Secara ringkas, proses itu dapat dikemukakan sebagai berikut.

Pengumpulan Sampah (Collecting)

Menurut Kang Denny, sebelum proses pengumpulan, perlu melakukan edukasi sampah kepada masyarakat. Mereka kami ajak bekerjasama untuk memasukkan sampah sesuai dengan peruntukannya. Kami juga bekerja sama dengan DKP (Dinas Kebersihan Kota). Waste4Change yang mengambil sampahnya dari tiap RT/RW, kemudian mengelolanya lebih lanjut.

Beayanya dari mana? Menurut Kang Denny, iuran sampah sebesar Rp 6.000 per KK diambil alih dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) oleh Wate4Change. Uang sejumlah itu relatif kecil dibandingkan dengan keseluruhan beaya operasional. DKP setuju. Toh jika yang mengambil Waste4Change, frekwensi tingkat pengambilannya lebih sering, sehingga meringankan beban DKP. Kalaupun masih harus mengangkut sampah, DKP cukup sekali dalam seminggu, selebihnya adalah tugas Waste4Change.

Untuk itu, Wate4Change menyiapkan tiga warna kantong sampah yang berbeda, terbuat dari bahan kain, bukan bak plastik agar lebih mudah dan aman. Kantong warna hijau untuk sampah organik yang sudah membusuk; warna biru untuk sampah kertas, dan warna oranye untuk sampah jenis kaca, logam dan plastik, demikian seperti Kang Denny jelaskan.

[caption caption="Model Tiga Kantong Sampah Ala Waste4Change/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Saat itu, saya sempat menyaksikan sebuah mobil pickup dengan dua petugasnya baru saja menurunkan kumpulan kantong berisi penuh sampah di area dropping. Setelah diturunkan, para petugas itu langsung balik lagi untuk mengambil sampah di tempat berbeda. Nah, setelah diturunkan di area dropping, sampah dipilah-pilah di area pemilahan (ruang shortir), selanjutnya sampah sejenis dikemas dalam karung, kemudian dibawa ke area pencacah, digiling dengan mesin crusher.

[caption caption="Tumpukan Sampah Diturunkan di Area Dropping/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Pemilahan Sampah (Shortir)

Menurut penjelasan Bang Saut, meskipun sudah dipilah-pilah ke dalam tiga kantong dengan warna berbeda, ternyata ketika dipilah lagi akan menghasilkan 25 jenis sampah yang berbeda. Dari 25 jenis sampah itu, setelah dipilah lagi akan menghasilkan 35 jenis sampah. Dari 35 jenis sampah itu, hanya ada satu jenis sampah unorganik yang bisa digiling dengan mesin pencacah (crusher), yaitu sampah plastik jenis PET, misalnya botol air minum kemasan. Botol air minum ini pun banyak variannya. Belum lagi harus dipisahkan botol plastik dari pembungkusnya, tutup botolnya, lalu dikumpulkan produk sejenis yang warnanya sama.

[caption caption="Area Pemilahan (Shorting) di Waste4Change/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Sampah Sejenis Dikumpulkan Dalam Karung yang Sama/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Botol-botol plastik itu masih dipilah-pilah lagi, hingga menghasilkan barang sejenis/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Hemm… betapa panjangnya ya proses pemilahan itu. Wajar, mengapa gunung sampah di TPA Bantargebang, tak mudah dicacah dengan sekali mesin gilingan. Ibarat memasak daging dengan telur, jika dimasak dalam sekali rebusan dalam waktu yang sama, maka telurnya akan hancur terlebih dahulu, sementara dagingnya masih belum matang. Jadi, barangnya harus homogen (sejenis). Jika masyarakat mampu melakukan pemilahan dengan baik, sesungguhnya masalah sampah mudah diatasi, bahkan sudah bisa menghasilkan uang dari kegiatan pengumpulan dan pemilahan.

Saran kami, bagi calon pebisnis sampah yang hendak mendirikan usaha di sektor ini dan melibatkan komunitas, sebaiknya mematangkan dahulu pola edukasi dan kesadaran komunitas dalam mengumpulkan dan memilah-milah sampah tiap harinya. Tak harus membeli atau mengadakan mesin pencacah dan mesin sejenis terlebih dahulu.

Pengemasan Sampah (Packaging) dan Pencacahan (Crusshing)

Setelah sampah dipilah-pilah, selanjutnya dikelompokkan sesuai jenisnya dan dikemas ke dalam karung-karung. Karung-karung kemasan sejenis itu dinaikkan ke gudang untuk digiling dengan mesin penghancur sampah (chuser). Mesin penghancur bertegangan tinggi ini, membutuhkan air untuk membantu membersihkan sampah plastik yang dituangkan secara otomatis, bersamaan ketika menggiling. Karena itu, mesin crusher sebaiknya berdekatan dengan sumber air.

[caption caption="Sampah Sejenis yang telah dikemas, Dimasukkan ke dalam Mesin Pencacah (Crusher)/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Mesin Crusher Pencacah Limbah Plastik/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Mesin crusher, pencacah sampah plastik/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Sampel Hasil Olah Mesin Pencacah Sampah Plastik/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="PET, jenis limbah plastik setelah dicrusher, siap dijual/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Hasilnya, adalah plastik jenis PET berwarna putih. Produk PET dimasukkan dalam kemasan akhir, siap untuk dijual. Waktu itu, menurut Bang Saut, 1 kg PET harganya Rp 6.000,00 (enam ribu rupiah). Harga ini tergolong murah, karena harga PET sedang turun ketika itu.

Sampah plastik yang sudah digiling, bisa dibuat menjadi pelet plastik. Pelet plastik, merupakan bahan setengah jadi, untuk selanjutnya bisa dibuat menjadi bermacam-macam produk, seperti bola plastik, “mandi bola” (bola plastik ukuran kecil untuk bermain mandi bola), tas kresek, tas belanja, sendok da piring plastik, tikar plastik, dan lain-lain. Namun menurut Bang Saut, Waste4Change hanya fokus menghasilkan PET.

Kondisi Gudang Daur Ulang Plastik Waste4Change yang bersih, menarik untuk dikunjungi. Para remaja sekolah dan mahasiswa, kini tak segan-segan agi berselfie ria di depan gudang sampah. Waste4Change seringkali melakukan edukasi kepada mereka tentang pengelolaan sampah. Selain itu, Waste4Change juga melakukan campaign ke perusahaan-perusahaan. Hasilnya, sudah ada beberapa perusahaan industri di perkotaan yang sudah mau bekerja sama dengan Waste4Change. Salah satunya, adalah pemilik properti Vida Bekasi yang sedang getol mempromosikan hunian berwawasan lingkungan.

[caption caption="farm4life, kebun pangan berkelanjutan di lahan Vida Bekasi/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Properti berlahan luas milik Pak Erward tersebut, telah menerapkan program pengelolaan sampah organik untuk “Kebun Pangan Berkelanjutan” yang dinamakan farm4life. Ada pepaya jenis unggul yang pupuknya mengunakan bahan organik, dihasilkan dari olah sampah sendiri. Ada aneka tanaman kacang-kangan, jagung, bahkan ada kandang portable di tengah sawah. Kandang itu jika sudah penuh dengan kotoran, bisa digeser ke tempat lain. Jadi kotorannya tak perlu dibersihkan lagi, karena sudah menyatu dengan perkebunan.

[caption caption="Tanaman organik di Lahan farm4life Vida Bekasi/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Berada di farm4life, Vida Bekasi dengan backgrud tanaman kacang-kacangan/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Mes California, ciptakan creasi kebun pangan bekenalnjutan di farm4life/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Kandang Ternak Portable di Kebun Pangan farm4life, Taman Vida Bekasi/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Itulah salah satu cara bijak mengelola sampah ala Waste4Change. Ternyata, dibalik masalah sampah TPA Bantargebang, tersimpan berkah tak ternilai, jika bijak memanfaatkannya. Terkandung di dalamnya, kegiatan peduli lingkungan, sekaligus ada unsur bisnis yang melibatkan komunitas setempat. Barangkali, inilah salah satu contoh penerapan Socio-Preneur di bidang persampahan yang layak menjadi contoh.

Karena itu, Waste4Change mendefiniskan diri sebagai kewirausahaan sosial yang memberikan solusi terhadap permasalahan sampah, dengan prinsip perubahan perilaku untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang bertanggung jawab atas sampahnya. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan, dapat menghubunginya di alamat ini. Pemerhati isu global seperti Mr. Henk Klosters misalnya, tercatat pernah mengunjungi Waste4Change pada 15 November 2015 lalu, setelah berkeliling Afrika.

Waste4Change, semoga kiprahmu semakin bermakna dalam mengubah paradigma baru pengelolaan sampah yang bertumpu pada prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recyle). Prinsip tersebut sejalan dengan amanat UU No. 12/2008 Tentang Pengelolaan Sampah dan PP No. 81/2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (sumber regulasi). Sementara peran APDUPI dalam gerakan "Indonesia Menuju Bebas Sampah 2020" dapat dilihat dalam video ini dan video ini.

Walhasil, selamat memperingati Hari Sampah Nasional 2016, mewujudkan era bebas sampah 2020. Partisipasi setiap warga sangat diharapkan kehadirannya. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun