[caption caption="Pohon Sikat Botol/Kalistemon (Callistemon Citrinus atau Curts.)/Dok. Pribadi"]
[caption caption="Pohon Kayu Minyak Putih (Malalenca Kajuputi)/Dok. Pribadi"]
Ada keunikan lain dari persepktif sejarah. Seperti disebutkan sumber ini, pada abad ke-8 berdiri kerajaan Kanjuruhan yang berpusat di DAS Kali Brantas, bercorak agraris dengan tatakelola irigasi yang teratur. Kerajaan ini meninggalkan Candi Badut dan prasasti Dinoyo pada tahun 760 M (Tanudirdjo, 1997). Beberapa bukti Prasasti Harinjing di Pare, seperti prasasti tertua berangka tahun 726 S (804 M) dan yang termuda bertarikh 849 S (927 M) sebagaimana sinyalir Lombard (2000), bahwa pada anak sungai Kali Konto, yakni Kali Harinjing telah ada pembangunan sistem irigasi pada zamannya. Bentuknya berupa saluran dan bendungan yang disebut Dawuhan.
Legenda Awet Muda dan Buaya Putih
Konon, sebagian masyarakat percaya, bahwa mata air Sumber Brantas memiliki Hasiat dapat membuat awet muda. Unik, ada salah seorang temen di antara kami yang sempat berdo’a: “semoga cepet dapat jodoh”, hehe, sambil mesam mesem dia berkata demikian. Semoga Allah Swt mengabulkan permintaan dia atas kuasanya, meski bukan gara-gara sumber air itu. Jodoh memang takdir Tuhan, dan berjuang untuk meraihnya adalah bagian dari takdir juga kan? Teriring do'a, semoga dia terkabul. Amiin.
[caption caption="Berada di Dekat Mata Sumber Brantas, Konon Tempat Dipercaya Membuat Awet Muda :)/Dok. Pribadi"]
Ada legenda lain yang sarat misteri. Konon, sejak kerajaan kuno Kediri (zaman Mataram Hindu), ada legenda buaya putih yang selalu meminta “tumbal” berupa korban manusia. Legenda Buaya Penunggu Jembatan itu juga disebutkan dalam catatan kolonial Belanda. Legenda buaya putih 'Badug Seketi', konon ceritanya lebih misterius lagi (sumber). Hadeuuh… ngeri!
Faktanya memang ada sejumlah kasus korban manusia yang terhanyut di Aliran Sungai Brantas. Seperti dimuat pada harian ini, ada korban peserta rafting asal Jakarta di Batu, akibat perahu karetnya terbalik. Namun media itu sama sekali tidak menyebutkan ada hubungan antara buaya putih yang meminta korban manusia.
Kritik & Solusi Pengelolaan Arboretum Sumber Brantas
Sangat disayangkan, ketika saya mengelilingi area Arboretum, tidak setiap pohon langka itu tertempel namanya. Saya hanya menemukan kurang dari 7 nama tanaman langka. Padahal, menurut publikasi Jasa Tirta I, jumlah pohon yang ditanam sudah mencapai 3.200 buah dengan 37 jenis pohon langka, seperti klerek (CurciligoSp), Oliander, Damar (Agathis Alba), Juwet (Eugenia Cumini), Kayu Manis (Cinnanonum Burmani), dan masih banyak lagi.
Setelah saya mengkonfirmasi seorang penjaga Arboretum, dia mengatakan “dulu ada nama-nama pohon itu, tapi sekarang banyak yang rusak dan jatuh, mungkin terkena hujan atau dimakan usia”. Bahkan papan nama pohon Pinus Parana itu sudah mulai luntur dan sulit terbaca. Ayo dong, papan identitas pohon itu dibuatkan lagi dan dipasang di setiap pohon sesuai namanya. Please!
Untuk mendukung Arboretum sebagai tempat konservasi alam, sekaligus rekreasi dan edukasi lingkungan hidup, alangkah lebih baik jika disediakan infrastruktur pendukung seperti akses jalan masuk yang lebih lebar, tempat parkir, sarana ibadah, sarana camping dan outbound, serta area kuliner. Jika memungkinkan, areal Arboretum diperluas.
Sementara ini, akses masuk mobil menuju pintu gerbang Arboretum sepanjang kurang lebih 500 meter itu, kurang memadai, mobil tidak bisa berpapasan. Di lain pihak, Kawasan Wisata Batu (KWB) sedang gencar-gencarnya mengembangkan diri. Jika Pemkab Kabupaten Malang mau bekerja sama dengan Pemkot Batu dan pihak swasta yang difasilitasi oleh Pemprov Jawa Timur, barangkali hasilnya akan berbeda.