Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Negeri Melalui Kursus Online Massal di IndonesiaX

9 Januari 2016   04:05 Diperbarui: 9 Januari 2016   04:05 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Penandatangan MoU antara IndonesiaX dan ITB/Sumber: IndonesiaX."][/caption]

Kritik pedas Ivan Illich dan rekan-rekannya seperti Paulo Freiere dan Everett Reimer yang tergabung di CIDOC (Center for Intercultural Documentation) sekitar tahun 1970 pernah dilantangkan di Amerika Latin. Dari serangkaian seminar CIDOC di Brazil, Ivan Illich dan rekan-rekan menghasilkan essay protes dengan menyuarakan perlunya Deschooling Society sebagai alternatif model pembelajaran di Brazil.

Essay protes itu menentang proses pembelajaran berbasis sistem persekolahan yang Ivan Illich pandang mengebiri kebebasan dan kreativitas peserta didik. Konteksnya, ketika Brazil membangun sistem persekolahan secara besar-besaran, muncul implikasi buruk yang menyertainya. Seperti korupsi dan melebarnya kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin dalam mengakses pendidikan. Tak semua mereka yang miskin dapat bersekolah.

Ironisnya, bagi kelompok miskin yang memperoleh akses sekolah pun, mendapatkan pelayanannya yang buruk. Ivan Illich, menawarkan pendidikan alternatif dari sistem pendidikan yang sudah mapan di Brazil dengan konsep Deschooling Society. Gagasannya mendorong lahirnya sistem pendidikan di luar sistem persekolahan yang lebih humanis.

Paulo Freire, tokoh pendidikan humanis yang lahir di kota Recife, Brazil pada 19 September 1921 hadir dengan konsep "Pendidikan Kaum Tertindas" atau “Pendidikan yang Membebaskan”. Berangkat dari setting sosio-historis kehidupan kaum tertindas dan para petani miskin di Brazil pada waktu itu, mendorong Freire sebagai pendukung utama Ivan Illich, melakukan aksi pemberdayaan. Freire, mengkritik sistem persekolahan yang ia sebut “Pendidikan Gaya Bank” (Banking of Concept Education).

Baginya, interaksi antar guru, siswa, dan realitas dunia harus terjadi secara dialektis. Pendidikan gaya bank yang cenderung antagonistic: guru berbicara-murid mendengar, guru berfikir-murid difikirkan, guru mengatur-murid diatur, dan semacamnya ia kritik. Gaya pendidikan bank memposisikan murid tidak lebih sebagai objek pengajaran dari pada sebagai subyek pebelajar. Ibarat bank, siswa hanya diposisikan sebagai tempat menyimpan deposito (informasi).

Ketika informasi itu diperlukan saat ujian, informasi itu dipanggil kembali dari tempat penyimpanannya (otak siswa), laksana hardisk dalam komputer. Jika jawabannya cocok, ia dianggap siswa yang pintar, demikian sebaliknya.

Apakah model pendidikan kita saat ini sudah benar-benar bebas dari "Pendidikan Gaya Bank?"

Jawabannya bisa debateble. Namun, yang jelas era saat ini telah berubah menuju era digital. Era ini telah mempengaruhi praktik pendidikan dilangsungkan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Orang juga merasa tak cukup hanya mengandalkan gelar. Ia membutuhkan bekal tambahan di luar sistem persekolahan. Seiring dengan kehadiran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dewasa ini orang belajar semakin mudah. Dunia seakan dapat dilipat menjadi lebih kecil dan jaraknya diperpendek, sehingga belajar dapat melintasi batas ruang dan waktu.

Buku berjudul “Dunia yang Dilipat” (1998) karya Amir Piliang seakan kini mendapat penegasan kembali. Demikian pula prediksi para futurolog semisal Alvin Toffler lewat karyanya The Future Shock (1970) dan The Third Wave (1980) yang menandai kehadiran awal era millennium baru, seolah kini menjadi saksi. Sementara itu, Everett W. Reimer (1910-1998) dengan lantang menyuarakan “school is dead”, yang berarti sistem pesekolahan telah mati. Denga kata lain, sekolah itu bukan jaminan terbaik bagi berlangsungnya proses pendidikan. Reimer melengkapi konsep Deschooling Society-nya Ivan Illich dan kritik banking of concept education yang dilantangkan Paulo Freire.

Mengambil hikmah dari kritik Ivan Illich, Freire maupun Reimer di Amerika Latin, kiranya masih relevan untuk memikirkan kembali bagaimana membangun negeri dan membentuk karakter bangsa melalui jalur pendidikan di luar sistem persekolahan yang lebih demokratis, baik dalam proses pembelajarannya maupun kemudahan aksesnya. Apalagi tanpa harus datang ke kelas dan tanpa beaya. Sudah gratis, materi dan pengajar serta proses pembelajarannya bermutu, itulah harapan kita semua.

Adakah institusi pendidikan yang seperti itu? IndonesiaX adalah institusi pertama di Indonesia yang memperkenalkan inovasi pembelajaran model MOOC, yang berusaha mewujudkan impian itu. Apa IndonesiaX dan cara baru belajar MOOC itu? Apa pula tujuan, manfaatnya serta bagaimana cara mendaftarkan diri? Mari ikuti penjelasan berikut ini.

IndonesiaX Membangun Karakter Bangsa Melalui Edukasi Online

Zaman terus bergulir, teknologi pembelajaran pun ikut berkembang. Ketika pada tahun 2007 Indonesia mulai menyiapkan infrastruktur jaringan serat optik yang berbentuk seperti cincin raksasa tersambung ke berbagai kota, pembelajaran melalui online menjadi alternatif. Dilandasi semangat untuk ikut ambil bagian membangun negeri, kini telah hadir IndonesiaX. Lembaga ini menawarkan kursus online secara massal, gratis lagi!

IndonesiaX adalah organisasi non-profit yang menawarkan platform Massive Open Online Course (MOOC) yang diciptakan oleh PT Education Technology Indonesia (ETI). Institusi ini memilih para pengajar dari universitas dan institusi terbaik. Semua kursus di IndonesiaX dapat diikuti dengan gratis. Peserta bisa memperoleh sertifikat yang dapat membantu meningkatkan karir dan kompetensi diri. Ada beragam topik yang tersedia di IndonesiaX, baik dari dunia akademis maupun keterampilan hidup” (sumber)

[caption caption="Rhenald Kasali Sedang Melakukan Edukasi Online/Sumber: IndonesiaX (http://fs02.androidpit.info/a/82/1b/indonesiax-821b52-h900.jpg)"]

[/caption]

IndonesiaX “berplatform sosial”, yang berarti melibatkan banyak orang. Institusi ini menawarkan Edukasi Online dalam bentuk kursus gratis dan bersifat terbuka. IndonesiaX mengusung konsep inovasi pembelajaran MOOC, artinya, kursus online terbuka secara besar-besaran. Karena itu, kursus online dengan cara baru belajar MOOC terbuka untuk umum, dapat diikuti oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja”. Any where any time, just click!

Jadi, sasaran peserta Kursus Online Gratis adalah siapa saja yang mau belajar sepanjang hayat, tanpa mengenal perbedaan latar belakang usia, waktu, profesi dan jarak serta lokasi. Tujuan IndonesiaX adalah mencerdaskan kehidupan anak bangsa dan membangun negeri tercinta melalui kursus online massal yang dapat diakses oleh semua.

Konten Menarik yang Ditawarkan IndonesiaX

Dalam rangka ikut membangun negeri, IndonesiaX menawarkan konten menarik seperti cyber law, public speaking, Introduction to stocke exchange, tak terkecuali materi kecakapan hidup (life skill). Semua materi itu dapat diakses oleh masyarakat umum secara bebas. Topik-topik pelatihan menarik lainnya, dapat dipilih sesuai kebutuhan (lihat di sini).

Peserta dapat saling terhubung dengan siswa-siswa lainnya dan pengajar tanpa harus bertatap muka secara langsung dalam satu ruang. Model pembelajaran MOOC identik dengan model “pendidikan jarak jauh”. Jadi, cocok bagi mereka yang bekerja di kantor atau di rumah sambil ikut kursus online dengan learning management system yang canggih.

Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara sebagai pengguna internet terbesar. Menurut sumber ini, Kemenkominfo mengklaim jumlahnya mencapai sekitar 137 juta pengguna (57% penduduk) dan target akhir 2015 mencapai 150 juta pengguna (61% penduduk). Sementara pengguna internet di dunia, menurut data We Are Social, per Agustus 2015 diperkirakan mencapai 3,17 milyar pengguna yang tiap tahun bertumbuh sekitar 7,6 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh pengguna media sosial dan mobile yang per tahun bertumbuh hingga mencapai 23,3 persen.

Karena gelar pendidikan bukan jaminan utama, maka akan menjadi nilai tambah kiranya, jika setiap individu terus mengupgrade pengetahuan baru bersama IndonesiaX. Apalagi, dari segi waktunya pun tak lama, cukup sekitar 5-10 menit untuk setiap sesi materi. Di akhir materi untuk setiap jenis kursus, harus lulus ujian dengan ketuntasan minimal 50 persen, sebelum berhak menerima sertifikat terverifikasi.

Para pengelola universitas, perusahaan bisnis, dan organisasi sosial terbaik dapat bergabung dengan IndonesiaX. Termasuk di dalamnya seperti karyawan bank, pelaku UKM, aktivis LSM dan siapa saja yang ingin mengembangkan kompetensi diri. Caranya mudah, karena tanpa harus mendaftar ke universitas atau institusi formal terlebih dahulu.

Bagaimana Teknis Pendaftarannya?

Untuk memenuhi rasa penasaran dan mengkofirmasi apakah lembaga itu benar-benar seperti yang ditawarkan, maka saya mencoba mendaftarkan diri dengan mengunjungi link IndonesiaX untuk melakukan registrasi online. Ketika sudah terdaftar, pilih kursus yang diminati dengan sekali klik di profil kursus. Selengkapnya ada lima langkah sebagai berikut:

  1. Langkah ke-1: Mendaftar gratis
  2. Langkah ke-2: Memilih Kursus dan Ahli Terbaik
  3. Langkah ke-3: Belajar Melalui Video & Materi Pembelajaran Lainnya
  4. Langkah ke-4: Menyelesaikan Tugas Kursus
  5. Langkah ke-5: Lulus dan Menerima Sertifikat yang Terverifikasi

Inilah tampilan profil saya, setelah sukses mendaftkan secara gratis. Anda bisa menampilkan opsi profil terbatas atau profil penuh. Dalam gambar di bawah ini, saya tampilkan dengan opsi profil terbatas.  

[caption caption="Contoh pendaftaran Akun penulis di IndonesiaX/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Contoh Akun pendaftaran yang telah Aktif/Dok. Pribadi"]

[/caption] 

Setelah saya berhasil mendaftar dan pemilik Akun pemilik dinyatakan aktif, saya dengan bebas dapat mengunduh topik-topik menarik yang ditawarkan, seperti: Change Management, Introduction to Broadcasting  for Television, Public Speaking, Introduction to Engineering & Design, Introduction to Stock Exchange, dan masih banyak lagi. Selanjutnya peserta dapat menyelesaikan kelima langkah di atas hingga tuntas.

Setelah sukses melewati langkah pertama, saya memilih topik CyberLaw dan mengunduh materi-materinya secara gratis: (1) Dinamika Teknologi Informasi dan Konstitusi, (2) Konvergensi Telematika serta Hak dan Kewajibannya, (3) E-Commerce, (4) E-Government, (5) Cybercrime, (6) Evidence dan (7) Cyber-security.  

Saya merasa mendapatkan sesuatu yang baru. Saya dapat belajar banyak hal, sesuatu yang sebelum pernah saya pelajari sebelumnya dari para ahli terbaik di bidangnya, dan dengan cara belajar yang baru.

Ini sebuah peluang, dan setiap peluang selalu diiringi risiko. Kini peluang dan risiko ada di tangan Anda. Selamat bergabung!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun