Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jalan-Jalan ke Taman Kota Wisata Batu

2 Januari 2016   16:03 Diperbarui: 3 Januari 2016   00:53 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Alun Alun Kota Wisata Batu/Dok. Pribadi"][/caption]

Selagi masih liburan, jalan-jalan bersama keluarga ke ruang publik yang nyaman tak jauh dari rumah, sungguh menyenangkan. Berlibur, tak harus pergi jauh ke luar negeri dan menginap di hotel mewah. Pesona wisata Nusantara tak kalah menariknya. Bahkan, kota-kota di negeri kita dewasa ini sudah mulai berbenah, membangun "Kota Cerdas" dengan jargon "Ruang Publik Ramah Untuk Semua".

Hari itu, Jumat awal Januari 2016, seperti halnya saya, banyak pengunjung menikmati hari libur dengan pergi ke taman kota bersama keluarga. Sekelompok anak-anak terlihat sedang asyik bermain air mancur pada pagi hari itu, sekitar pukul 09.30 Wib. Airnya muncul dari permukaan tanah, menari-menari di antara mereka yang sedang bermain air di salah satu sudut taman. Pasca dilakukan face off, taman kota dingin itu tampak kian cantik. Taman itu, tak lain adalah Alun Alun Kota Wisata Batu, berlokasi di Jalan Diponegoro, Kota Batu, Jawa Timur.

[caption caption="Anak Anak sedang bermain air mancur yang menyembul ke permukaan/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Shining Batu, Area Bermain Air & Taman Plorotan

Begitu masuk melalui pintu taman sebelah timur, Anda akan menyaksikan logo indah bertuliskan “Alun-Alun Kota Wisata Batu”, dengan latar kolam air mancur yang indah. Di salah satu sudut taman, terdapat ikon bertuliskan “Shining Batu”, diletakkan di ujung paling atas sebuah bangunan cantik beratapkan bahan tembus pandang. Di area ini, para remaja dan pasangan muda tak segan-segan mengambil gambar untuk kenang-kenangan.

[caption caption="Monumen indah bertuliskan "Shining Batu" di ujungnya/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Di pojok timur-utara, tersedia ruang bebas akses bagi anak-anak untuk bermain air. Tampak airnya menari-nari, muncul-tenggelam dari lubang kecil dari dalam tanah. Alasnya terbuat dari lantai semen berwarna cream cerah, dipadu dengan batu-batuan kecil berwarna hitam, bermotif bulatan-bulatan indah. Terdapat lebih dari 10 bulatan. Tepat di tengah-tengah setiap bulatan berdiameter sekitar 1 meter itu, menyemprotlah air mancur dari dalam lubang dan menari-menari dengan pola vertikal. Luas area bermain ini sekitar 200 meter persegi. Desainnya membentuk angka 8 (delapan), dihiasi dengan anekan tanaman hidup di kanan kirinya.

[caption caption="Taman nan cantik mengitari area bermain air mancur anak-anak/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Lantainya dibuat sedikit agak kasar. Tujuannya mungkin agar tidak licin, sehingga tidak membahayakan anak-anak saat asyik bermain. Ketika sedang asyik bermain air, si anak acapkali sulit diajak segera pulang. Dia seolah sudah menyatu dengan dunia air sambil menikmati lirik lagu Joshua kecil: “diobok-obok airnya diobok-obok….” Bedanya, mereka bermain air di tengah taman, bukan dalam bak mandi seperti di rumah. Dunia air identik dengan dunia bermain anak. Mereka pada umumnya menyukainya. 

Sementara di salah satu sudut taman lainnya, di pojok arah tenggara, sekelompok anak-anak terlihat riang gembira. Mereka asyik bermain plorotan, naik turun  tangga, keluar masuk melewati mulut pipa mainan. Mereka asyik bermain dan berceloteh, sementara orang tuanya mengawasinya dari tepi taman. Area permainan itu cukup luas, diletakkan di bawah pohon rindang. Sambil mengawasi, sesekali ibu-ibu di sana mendekati anaknya yang masih kecil, untuk sekedar membantu anaknya menaiki tangga-tangga permainan plorotan.

[caption caption="Area bermain plorotan, bebas diakses publik/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Alun Alun Kota Wisata Batu, setelah wajahnya dipermak oleh Walikota Batu waktu itu, kini menjadi cantik. Fungsinya tak sekedar sebagai ikon kota, tetapi juga sebagai wahana hiburan keluarga yang murah dan nyaman. Taman kota juga difungsikan sebagai sarana edukasi, sekaligus menjadi daya tarik wisata. Bertuliskan "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Pada Hari ini Sabtu, 7 Mei 2011, Diresmikan dan Dipersembahkan Untuk Masyarakat Kota Batu", yang penduduknya hanya sekitar 200 ribuan jiwa.

Monumen itu ditandatangai oleh Walikota Batu, yang pada waktu itu dipegang oleh Pak Edi Rumpoko. Tiap tahun, alun-alun itu terus diperbaiki, hingga menjadi indah seperti saat ini. Untuk menegaskan keberadaan Batu sebagai Kota Destinasi Wisata, maka dinamakanlah tempat itu dengan "Alun Alun Kota Wisata Batu". 

[caption caption="Monumen peresmian Alun Alun Kota Batu/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Sejak ikon kota Batu yang hanya memiliki tiga kecamatan itu dipugar, ekonomi wisata kota Batu tumbuh dengan pesat. Beragam hotel, villa, home stay, coffee dan restoran kini tumbuh subur. Batu juga memiliki Mall yang disebut BATOS (Batu Town Square), namanya mirip MATOS (Malang Town Square) di Malang. Lokasi BATOS berdekatan dengan Alun Alun Kota Wisata Batu (KWB). 

Bahkan pengunjung Alun Alun KWB tak hanya berasal dari wisatawan domestik. Saya sekeluarga pernah bertemu wisatawan dari Thailand beberapa bulan lalu di tempat ini. “mmm… dia terlihat ragu, maju mundur, ternyata wisawatan perempuan itu meminta izin untuk memotret kami sekeluarga. Saya tidak keberatan, Ok. Please! Mungkin untuk kenangan, dan sekedar menunjukkan kepada rekan-rekanya di negerinya, bahwa Kota Batu, sudah mengaplikasikan taman kota dan ruang publik yang ramah.

Kami menyaksikan banyak pengunjung dari kota lain berdatangan ke Alun Alun KWB. Hal itu terlihat dari ragam plat nomor kendaraan yang berdatangan. Ada plat nomor kendaraan berleter N, L, S, W, AG, B, dan masih banyak lagi. Sesekali terdengar panggilan via speaker dari kantor pusat informasi, yang bangunannya berbentuk buah unik. “Pengumuman, kepada rombongan dari Tulungagung, dimohon segera berkumpul di sudut panggung, karena perjalanan akan segera dilanjutkan”. Demikian salah satu bunyi panggilan dari bangunan berbentuk buah raksasa itu.

[caption caption="Pusat Informasi Pariwisata di Alun Alun Kota Wisata Batu/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Bangunan berbentuk buah apel berwarna hijau, dulu difungsikan sebagai toilet/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Tepat di tengah taman, terlihat kolam air mancur melingkar tanpa pembatas. Ia mengitari area seluas sekitar 100 meter persegi. Kolam air itu dihiasi empat buah apel yang saling bertumpukan. Tiga buah apel berada di bawah, menyangga sebuah apel yang terletak di bagian paling atas. Indah. Di sekeliling air mancur inilah, banyak pengunjung mengabadikan diri, berfoto bersama keluarga. Tak terkecuali, para remaja juga tak menyia-nyiakan untuk berselfie ria di lokasi ini.

[caption caption="Kolam Air mancur dengan hiasan apel bertumpuk/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Anda ingin sekedar buang air kecil atau air buang air besar di dalam taman? Tak usah khawatir, di salah satu sudut dekat area bermain plorotan, disediakan Toilet untuk umum. Sayang, taman ini belum dilengkapi dengan sarana bermain yang ramah untuk anak-anak difabel dan ruang tunggu untuk ibu-ibu menyusui. Namun secara umum, tempat ini cocok untuk wisata keluarga yang murah, nyaman dan gratis.

[caption caption="Toilet Taman Kota Wisata Batu/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Satu-satunya sarana bermain yang tidak gratis, adalah naik “roda berputar” yang disebut "Bianglala". Sungguh pun begitu, harga tiket sarana bermain ini sangat bersahabat. Harga tiketnya cuma Rp 3.000, untuk sekali masuk. Lokasinya berada di dalam taman KWB, ditandai dengan kisi-kisi pagar pembatas dan pos jaga di mulut pintu masuknya.

Bianglala itu, berputar naik turun secara perlahan-lahan. Anda bersama anak-anak, bisa ikut serta menaiki Bianglala. Ketika Anda sedang berada di posisi atas Bianglala, seantero keindahan kota Batu akan terlihat lebih jelas. Bila melihat kota Batu dari tempat ini saat malam hari, kerlap-kerlip aneka lampu terlihat sangat indah. Lampu-lampu itu menyala dari rumah-rumah di area lembah pegunungan sekitar Batu, seolah seperti kunang-kunang beterbangan.

[caption caption="Antrian masuk ke Area Roda Berputar/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Anda ingin mengabadikan suasana malam Kota Batu, namun Anda berada di sana siang hari? Tak masalah, Anda bisa memotret spot panggung taman dengan backdrop alam pegunungan Kota Wisata Batu bersuasana malam hari. Panggung itu, terletak di salah satu sudut taman, dekat pintu masuk dari arah pojok barat-selatan taman.

[caption caption="Panggung di Pojok Alun Alun Kota Wisata Batu/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Taman Bebas Penjaja Makanan dan Pengamen

Area dalam Taman Alun Kota Wisata Batu, tampak bersih dan rapi. Tidak ada satu pun penjaja makanan masuk ke dalam taman, karena sudah disediakan wahana kuliner di luar taman secara terpisah. Anda dilarang merokok di dalam taman, kecuali di smoking area yang terletak agak jauh di pinggir taman. Tidak ada pengamen berkeliaran di dalam taman. Aneka bunga dan tanamannya terawat dengan baik. Pun tak terlihat sampah berserakan. Bak-bak sampah bertuliskan “Shining Batu” mudah ditemukan, sehingga tidak ada alasan bagi pengujung untuk membuang sampah di sembarang tempat.

[caption caption="Suasana Alun Alun Kota Wisata Batu/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Di sela-sela taman, terdapat aneka lampion berbentuk binatang, misalnya sapi perah. Sapi perah, melambangkan penduduk wilayah Batu yang dikenal sebagai penghasil susu segar, terutama di daerah Pujon, Batu. Ada pula yang berbentuk kelinci. Lampion berbentuk singa sedang mencengkeram bola, melambangkan penduduk Malang Raya yang menyukai sepak bola. Simbol Singa seperti ini, oleh Arek Malang (Arema) disebut "Ongis Nade". Bila dibaca terbalik mengunakan bahasa walikan khas Malangan, dua kata itu berarti "Singo Edan".

Lampion berbentuk buah dan aneka bunga juga bertebaran rapi di sekitar taman. Kota dingin ini dikenal pula sebagai kota berjuluk "Kota Apel", meski apelnya saat ini sudah cukup langka. Apel impor dari Thailand atau Amerika, sering membanjiri pasar buah lokal. Seolah apel dari daerah Bumijai Batu dan Poncokusomo sudah menghilang. Karena itu, apel lokal dari daerah lainnya pun sering didatangkan ke Malang Raya, termasuk Batu. Seperti mendatangkan apel lokal dari daerah sekitar Nongkojajar, Pasuruan. Maka para pemimpin dan petani apel kota Batu, tampaknya harus mengembalikan branding Kota Batu sebagai "Kota Apel". Kiranya, perlu inovasi bidang agrobisnis dan peremajaan bibit buah apel.

[caption caption="Lampion berbentuk sapi perah/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Lampion berbentuk binatang kelinci/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Lampion berbentuk Singa sedang sedang mencengkeram bola/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Lampion kuncup bunga berwarna ungu/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Tepi Luar Taman: Souvenir, Kuliner dan "Odong-Odong"

Di luar taman, tepatnya di sepanjang trotoar bagian barat dan selatan Taman, banyak dijumpai pedagang kecil menjajakan aneka gift, souvenir dan mainan anak-anak.  Jika Anda bosan di dalam taman, Anda bisa mengajak anak-anak naik “odong-odong”. Gerbong-gerbong kereta mainan ini, ditarik dengan  sepeda motor, mengelilingi jalan-jalan seputar Kota Batu dekat Alun Alun Kota Wisata Batu.

[caption caption="Para pedagang souvernir dan mainan di sepanjang trotoar yang mengitari Taman/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Penjual mainan anak-anak mengais rejeki di tepi trotoar/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption=""Odong Odong" berkeliling seputar Alun Alun Kota Wisata Batu/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Aneka kuliner khas Malangan, banyak tersedia di sekitar tempat ini. Di pojok luar Alun-Alun Kota Wisata Batu, terdapat warung terkenal, namanya “Pos Ketan Legenda 1967”. Terutama Pada sore dan malam hari, antrian panjang terlihat di Pos Ketan yang melegenda ini. Tepat di balik taman bagian selatan, terdapat Pujasera yang enak dan murah. Kami sekeluarga sempat makan siang di tempat yang berlokasi di Jl. Munif 26 Pojok Alun Alun Batu. Pujasera berlantai dua itu, menyajikan aneka kuliner seperti nasi goreng seafood, gado-gado, pempek, mie, sate, dan aneka juice. Selain makan nasi goreng seafood, saya sempat merasakan nikmatnya minum juice rasa strawberry Guava. Harganya pun murah, rata-rata berkisar antara Rp 10.000-15.000. Bikin kangen. 

Masjid Agung An Nuur yang Indah

Puas menemani anak-anak jalan-jalan ke taman dan menikmati kuliner, kami kembali ke rumah. Setelah kami menunaikan shalat Jumat di Masjid Agung An-Nuur, tepat di depan Alun Alun Kota Malang. Masjidnya indah. Tempat air wudhunya pun bersih. Terlihat, para pengunjung muslim, melaksanakan shalat Jum’at di masjid ini. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan ke tujuan masing-masing, entah ke mana.

[caption caption="Masjid An Nuur, tepat di depan Alun Alun Kota Wisata Batu/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Tempat wudhu di Masjid Agung An Nuur, Batu/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Masjid Agung An Nuur Kota Batu/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Mengingat masjid juga menjadi bagian penting dari pembangunan spiritual kota Batu, dan sekaligus menjadi bagian dari "Wisata Syariah, maka penting mesjid ini untuk terus dipercantik. Tampak langit-langit masjid ini di-face off dengan relief-relief berwarna cokelat-keemasan. Kearifan budaya lokal berupa "beduk", juga tetap dipertahankan. Halaman masjid ini, dipakai sebagai tempat parkir bagi para tamu-tamu yang berkunjung ke Batu. Selain mereka berwisata, mereka bisa menunaikan shalat di masjid ini. Bagi para musafir, menjamak shalat dzhuhur dan asyar, atau maghrib dengan isya', bisa direncanakan di tempat ini, sekalian menikmati Pesona Taman Kota yang indah.

Bila Anda berwisata ke Kota Batu, setidaknya sempatkan sejenak mampir di Taman Kota Apel, meski hanya setengah jam atau satu jam lamanya. Lokasinya strategis, dari sini Anda bisa melanjutkan ke tempat lain yang Anda suka. Sementara kami, memilih langsung balik ke rumah melalui jalur pintas, melewati jalan Oro Oro Ombo, Tanjung Sekar, Dau, Merjosari, hingga sampai di kota Malang. Karena tak bisa ditolak, saat menikmati liburan Tahun Baru 2016,  harus juga diiringi dengan kerelaan menikmati kemacetan di jalanan. Saya melewati jalan dalam, itupun hanya sekedar sedikit mengurangi kemacetan. Ternyata, rekreasi bersama keluarga itu perlu dan menyenangkan.

Salah satu buktinya, Sekar Sayla Rahma, anak saya yang paling kecil bilang: “Yah… kapan-kapan main lagi ke Alun Alun ya, asyiik”. Jawabku spontan: “Boleh sayang, lain kali kita ke sana lagi…”. Juga tak lupa kutuliskan artikel ini buat mengenangmu, sesuatu yang sangat jarang saya dapatkan di kala saya masih kecil. Berwisata bersama keluarga itu perlu, dan tak harus berbeaya mahal. Anak-anak bisa belajar bersosialisasi dan mengenal benda-benda lingkungan sekitar. Bagaimana dengan pengalaman liburan Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun