Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Merawat Budaya Larung Sesaji 2015 dan Pesona Pantai Balekambang

21 Oktober 2015   06:40 Diperbarui: 21 Oktober 2015   11:12 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejauh mata saya memandang, Pulau Ismoyo merupakan pulau yang tampak paling menonjol di antara pulau-pulau lainnya bila saya lihat dari bibir pantai Balekambang. Terdapat tiga pulau di sekitar area wisata itu, yang nama-namanya seperti nama-nama tokoh dalam pewayangan. Ada pulau Wisanggeni, pulau Ismoyo dan pulau Anoman. Itulah keunikan lainnya. Nah, untuk menuju pulau Ismoyo, terlebih dahulu saya melewati jembatan yang melintas di atas pulau Wisanggeni.

[caption caption="Jembatan Menuju Pulau Ismoyo, Balekambang/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Jembatan itu berbataan dengan Desa Sumberbening, bersebelahan dengan Desa Srigonco. Di perbatasan ini, terdapat persimpangan menuju Wisata Religi Sumur Pitu, tempat sesaji dilarung ke tengah lautan. Di tempat inilah, suasana mistis demikian berasa. Apalagi tatkala saya membaca ada beberapa tanda peringatan tertulis jelas di sana: “Dilarang Mandi di Laut, Ombak Ganas!

[caption caption="Papan Peringatan Larangan Mandi di Laut, Ombak Ganas/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Pada saat saya berkunjung ke sana, kebetulan masyarakat Balekambang sedang menyelenggarakan ritual Larung Sesaji 2015. Acara itu bertajuk “Peringatan Ritual Adat 1 Syuro 2015 (1 Muharram 1437 H) yang ke 109”. Selama dua hari itu, digelar pertunjukan seni budaya tradisional seperti wayang kulit, karawitan dan jaran kepang. Lokasinya di Pendopo, Balai Desa Srigonco kecamatan Bantur Kabupaten Malang, tepat di tepian pantai Balekambang. Acara puncaknya dilaksanakan pada hari Jum’at (16 Oktober 2015). Selain tokoh masyarakat lokal, pada hari itu hadir para perangkat desa setempat, Dinas Budpar, Perusahaan Daerah PT. Jasa Yasa yang mengelola tempat wisata Balekambang, serta masyarakat umum.

[caption caption="Pagelaran Wayang Kulit di Pendopo Desa Srigonco/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Dihadiri oleh para pejabat Disbudpar, PD Jaya Yasa, dan Tokoh Masyarakat Lainnya/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Pada hari Jum’at itu, saya sempat menyaksikan acara ritual yang diawali dari Pendopo Desa Srigonco. Terpajang aneka makanan dan “sesajen” di Pendopo itu. Usai ritual di Pendopo, sesajen yang sudah ditempatkan dalam kotak khusus itu dikirab ramai-ramai dan puncaknya dilarung ke tengah lautan, tepat di tepi pantai Wisata Religi Sumur Pitu, tak jauh dari pantai Balekambang. Terkesan suasana mistis menyelimuti mereka yang terlibat dalam ritual Larung Sesaji, sebuah tradisi yang dirawat secara turun temurun sejak ratusan tahun lalu.

[caption caption="Acara Ritual di Depan Pendopo Desa Srogonco/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Secara sosial budaya, saya membacanya ada tiga gatra yang terkandung dalam acara ritual Larung Sesaji, yaitu: ungkapan rasa syukur ala warga setempat, semangat merawat kearifan budaya lokal, dan perwujudan kerukunan warga ala masyarakat pesisir pantai. Secara kepariwisataan, tiga gatra tersebut merupakan keunikan non fisik yang bernilai wisata. Karena itu, baik fisik dan non fisik, pantai Balekambang perlu dirawat secara bijaksana.

[caption caption="Benda-benda Sesajen yang Hendak Dilarung ke Lautan/Dok. Pribadi"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun