Saya penasaran, seperti apakah gerangan sumur-sumur itu? Untuk mendapatkan jawabannya, cara terbaik adalah menemukan satu per satu sumur dengan menelusuri jalan setapak di tengah hutan bambu, dan ternyata berhasil kami temukan. Di sumur pertama, tampak jejak dupa yang sudah mati. Di dekat sumur ini, ada bekas taburan bunga yang masih belum mengering.
Begitu memasuki sumur ke tujuh, ada penanda bertuliskan “Sumur Panyuwunan”. Di sebelahnya, ada anyaman dedaunan di bawah rumpun bambu. Terlihat bekasnya, digunakan sebagai tempat ritual bagi orang-orang tertentu. Entah apa yang mereka minta di tempat ini.
[caption caption="Suasana Hutan Bambu di lokasi "Wisata Religi Sumur 7" Sumberbening/Dok. Pribadi"]
[caption caption="Genangan air tawar di tengah hutan bambu, lokasinya di Wisata Religi Sumur 7/Dok. Pribadi"]
[caption caption="Sumur ke-7, Penyuwunan Sumur 7/Dok. Pribadi"]
Ada banyak kisah mistis yang saya dapatkan berdasarkan keterangan Ki Hadi Syahrul, namun saya pandang tidak tepat saya ungkapkan ke publik. Saya hanya penasaran dengan eco-wisata religinya, bahwa di tengah hutan bambu banyak orang berkunjung ke sana dengan ragam kepentingan masing-masing. Di akhir kunjungan, kami pamit kepada Pak Syahrul, sang juru kunci itu. Dengan merendah, sambil tersenyum dia mengatakan inilah tempat saya, “Pondok Tukang Sapu Sumur Pitu”.
[caption caption="Sisa dupa di salah satu sumur, Wisata Religi Sumur 7/Dok. Pribadi"]
[caption caption="Bekas benda-benda ritual di salah satu sumur Wisata Religi Sumur 7/Dok. Pribadi"]
Selama saya memasuki hutan itu, tanaman bambu-bambu tampak mendominasi isi hutan dengan kehidupan habitatnya yang masih alami. Di dalam hutan ada sungai air tawar, selain sumur-sumur yang berjumlah tujuh (pitu). Saya tertarik dengan potensi alam dengan hutan bambunya. Andaikan suatu saat nanti bisa diberdayakan dengan pendekatan “community development” berbasis “eco-friendly”, barangkali nilai tambah hutan akan semakin tinggi.
Setelah melihat dari dekat hutan bambu itu, kita bisa membacanya dari multi perspektif. Terpikirkan oleh saya dan kawan-kawan, misalnya secara selektif bambu-bambu kecil itu bisa dibuat seruling dengan lukisan batik indah. Dihiasi dengan ikon-ikon yang mencerminkan khas Nusantara dan ASEAN Communit, sehingga bisa dijadikan gift bagi wisatawan lokal maupun asing. Dengan tetap menjaga keberlanjutan hutan bambu, hemat saya, secara selektif tanaman bambu itu bisa dibuat aneka kerajinan yang indah, murah dan menarik dengan tetap menjaga ekologi hutan.
[caption caption="Contoh bambu yang sudah tua, bambunya kecil-kecil, cocok untuk bahan beragam kerajinan/Dok. Pribadi"]