Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Balekambang dan Eco-Wisata Religi Sumur 7

19 Oktober 2015   12:59 Diperbarui: 27 Oktober 2015   15:41 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila berombongan, sebaiknya menggunakan jasa rental mobil dari kota Malang. Namun jika Anda penyuka solo travelling atau hanya berdua, lebih nyaman menyewa sepeda motor dari kota Malang. Rata-Rata harga tiket masuk Rp 11.000, parkir sepeda motor Rp 5.000, mobil Rp 10.000, dan bus/truck Rp 15.000. Pengunjung dapat memarkir kendaraannya tepat di pinggir pantai.

Jika Anda berasal dari luar pulau, Anda dapat naik pesawat dan turun di bandara Abdurrahman Saleh, tidak jauh dari pusat kota Malang. Untuk selanjutnya bisa menginap di kota Malang, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Pantai Balekambang dan Wisata Religi Sumur 7.

Keunikan Eco-Wisata Pantai Religi Sumur 7

Saya dan rombongan check in di Hotel “Wibisono” milik BUMD yang dikelola oleh PT. Jasa Yasa Kabupaten Malang. Dalam sebuah kesempatan makan siang bersama salah satu pengelolanya, Pak Yono, dia menjelaskan: “…dari segi fisik alamnya, pantai Balekambang hawanya paling sejuk, bila dibandingkan dengan pantai-pantai tempat wisata lain di Jatim, seperti pantai Ngliyep, Popoh, maupun Sendang Biru” (16/10/2015).

[caption caption="Kamar Hotel Wibisono di Wisata Pantai Balekambang/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Halaman Depan Hotel Wibisono yang Dikelola Oleh Perusahaan Daerah Jasa Yasa PemKab. Malang/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Kiranya, perkataan Pak Yono itu tak berlebihan. Saat itu, sekitar jam 10.00-an di hari kunjungan pertama, saya pun merasakan hal yang sama. Semilir angin sejuk sedemikian berasa menerpa tubuh. Saya melihat joglo-joglo berdiri di tepi pantai. Atap-atap joglo yang terbuat dari ijuk dan sebagian lain terbuat dari daun ilalang itu tampak bergerak-gerak diterpa semilir angin. Pesona panorama pantainya memikat. Deburan ombak putih pantai “Laut Selatan” yang dikenal ganas tampak susul menyusul. Ia berkejar-kejaran hingga mencapai bibir pantai. Hamparan pasir putih dapat dinikmati di sepanjang pantai.

[caption caption="Joglo-joglo dari bahan bambu berjajar di tepi pantai Balekambang/Dok. Group Bolang/fb. Selamet Hariadi"]

[/caption]

[caption caption="Suasana Tepi Pantai Balekambang/Dok. Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Pesona Pantai Balekambang, tampak Pulau Ismoyo dari kejauhan/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Namun saya masih melihat sebagian dedaunan kering berserakan di atas pasir. Banyaknya pengunjung saat rangkaian peringatan “Larung Sesaji dan Peringatan 1 Syuro”, semakin menambah beban petugas kebersihan tepi pantai. Saat kami berada di sana, para petugas tampak sibuk membersihkannya. Ada beberapa onggokan sampah habis dibakar di atas pasir. Kami mencoba membantu menarik gerbong sampah. Kebersihan tepi pantai, tampaknya masih perlu menjai fokus perhatian. Karena itu, setiap minggu ada gerakan Jum’at bersih di sekitar Area Wisata Balekambang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun