[caption caption="Seorang Peserta PLPG sedang Praktik Mengajar di Hotel Asida, Batu-Malang/Foto Dok. Pribadi"][/caption]
Salah satu kunci utama keberhasilan pendidikan di Indonesia adalah terletak pada kualitas pendidik atau gurunya dengan kurikulum sebagai seperangkat desain penunjangnya. Seberapa baik kurikulum, namun jika gurunya tidak mampu menerapkannya dengan baik, maka tujuan kurikulum sulit tercapai. Karena itu, perlu penguatan di lapangan tentang penerapan regulasi pendidikan yang menuntut setiap guru memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial.
Tulisan ini hendak mendekripsikan bagaimana kompetensi guru dalam aspek pedagogik dipraktikkan di dalam proses pembelajaran. Kebetulan pada hari itu (1/9/2015), saya diminta menjadi instruktur dalam kegiatan Peer Teaching Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di Hotel Asida, Kota Batu Malang. Kegiatan itu diselenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Timur yang berperan sebagai salah satu Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) di wilayahnya.
Berdasarkan pengalaman itu, tulisan ini saya fokuskan pada pendekatan pembelajaran saintifik setelah mengamati praktik para guru kelas di forum itu, ketika mereka menerapkan proses pembelajaran dengan langkah 5M (Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar, dan Mengkomunikasikan).
Implementasi Pendekatan Saintifik
Di kelas F3 yang saya dampingi, ada 11 peserta sedang berlatih mengajar dengan pendekatan saintifik secara bergantian. Pendekatan pembelajaran saintifik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya penggunaan proses berfikir ilmiah sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Peserta didik didorong untuk mencari tahu dari berbagi sumber informasi, bukan hanya diberi tahu. Untuk itu, mereka dilibatkan dalam proses pembelajaran melalui pengamatan, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Untuk memudahkannya, langkah-langkah pembelajaran yang sejalan dengan semangat pendekatan saintifik (scientific approach) dinamakan dengan 5M.
Berdasarkan pengamatan dalam forum itu, terlihat penerapan pendekatan saintifik belum begitu tampak menonjol. Mungkin mereka masih belum terbiasa dengan menekankan pentingnya mendorong peserta didik terlibat dalam proses mencari tahu, sampai mereka dapat menyimpulkan atau menemukan pengetahuan sendiri dari tema yang sedang dipelajarinya (inquiry or discovery learning).
Sungguh pun begitu, para peserta pelatihan relatif sudah mampu menerapkan pembelajaran yang menyenangkan, atau apa yang dikenal dengan pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Selingan berupa nyanyian atau permainan sudah muncul, tepuk tangan meriah di sela-sela pembelajaran juga sudah tampak. Ucapan bagus, pinter, hebat, dan sejenisnya yang memotivasi juga terlihat dalam proses pembelajaran. Beberapa media seperti gambar, bola mainan, tumbuhan, poster, media tempel dan semacamnya juga sudah diperagakan.
Namun, para guru yang tampil dalam forum itu, masih belum menunjukkan proses pembelajaran saintifik secara optimal. Sebagian guru masih menekankan transfer pengetahuan (memberi tahu), hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam kelas yang sebagian besar masih menekankan pertanyaan apa (what), bukan mengapa (why) dan bagaimana (how). Padahal yang diharapkan, peserta didik tidak saja tahu apa (ranah kognitif), tetapi juga tahu mengapa (ranah afektif), dan tahu bagaimana (ranah psikomotor) dengan proses pembelajaran yang “memberdayakan”.
Belajar model demikian, mengharapkan produk lulusannya dapat menghasilkan insan yang produktif, inovatif, kreatif, dan afektif yang di dalamnya mencakup penguasaan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan secara terpadu dan seimbang, baik aspek soft skill maupun hard skill. Ringkasnya, pendidikan dapat menghasilkan manusia cerdas dan berkarakter.
Penerapan pendekatan pembelajaran saintifik, meniscayakan kehadiran guru yang tidak saja sabar dan telaten, tetapi juga cerdas dan kreatif berkolaborasi dengan peserta didik untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memunginkan mereka mampu merumuskan masalah dengan baik. Para guru diharapkan mampu menfasilitasi peserta didik berlatih berfikir analitis, bukan berpikir mekanis.