[caption caption="Kebab Turki Nilam Sari, Dipamerkaan Saat PPI 2015 di Grand City (6/8/2015)/Foto Dok. fb Ila Rizky Nidiana"][/caption] Kebab Turki Nilam Sari, Dipamerkaan Saat PPI 2015 di Grand City (6/8/2015)/Foto Dok. fb Ila Rizky Nidiana
Si baby yang masih “cedal” alias belum mampu mengucapkan kata “Papa” dengan sempurna, justeru menginspirasi sang entrepreneur muda Nilam Sari, memberi nama produknya dengan merk Kebab Turki “Baba Rafi” hingga diakui sebagai franchise internasional di pasar ASEAN, Tiongkok, bahkan Belanda. Waktu itu, Si kecil Rafi Darmawan, anaknya, susah mengeja kata “Papa” sehingga terdengar “Baba”. Setelah kata “Baba” digabung dengan pangilan nama anaknya sendiri, Rafi, jadilah “Baba Rafi”, sebuah merk ternama untuk produk kebab miliknya. Nama itu begitu berarti, karena si buah hati ikut merasakan jatuh bangun usaha yang dikembangkannya. Demikian sepenggal kisah yang saya tangkap dari cerita Nilam Sari, saat mempresentasikan pengalamannya membangun brand “Baba Rafi” pada acara talk show di panggung utama acara Pameran Produksi Indonesia (PPI) 2015 di hari pertama, yang berlangsung di Grand City, Surabaya, 6-9 Agustus 2015 lalu.
[caption caption="Nilam Sari Sedang Presentasi di Acara Talk Show PPI 2015 dengan Mbak Avy (duduk) sebagai Moderatornya"]
Berawal dari tekanan hidup karena nikah di usia muda (19 tahun), bersama suami tercinta, Mas Hendy Setiono, pasangan hidup itu mengawali karirnya dengan membuka satu buah gerobak burger pada tahun 2003 lalu. Pada tahun 2007 Nilam Sari sekeluarga bermigrasi ke Jakarta, dan terus mengembangkan usahanya. Ia berhasil membuka 6 gerobak produk burger. Namun tak disadarinya, tiba-tiba muncul badai yang melanda usahanya. Tahun 2008 terjadi krisis keuangan dunia. Pada tahun 2009 usahanya mulai anjlok. Apalagi, setelah itu muncul pendatang baru yang jauh lebih kreatif dan bermodal, Yummy Burger”. Tentu kehadirannya sebagai pesaing baru tak bisa ia salahkan. Nah pada tahun 2010, usahanya benar-benar “collapse”, demikian seperti yang dikisahkan oleh Nilam Sari.
“Edan”, ia berseloroh dengan gaya khas bahasa Arek Suroboyo yang kental. Pasalnya, selama dua bulan berturut-turut, produksinya terus menurun. Dari pemasukan per hari sebesar Rp 400 ribu, anjlok hinga hanya tinggal Rp 20 ribu/hari. Sebanyak 6 buah gerobaknya akhirnya tutup. Nilam Sari menggambarkannya, saya “menangis darah”. Pada tahun 2011 Nilam Sari mencoba bangkit kembali, dia berusaha membuka gerobak produk Kebab Turki.
Bersama timnya, ia berusaha mengubah konsep. Kebab Turki asal luar negeri itu dari segi rasa dianggap tidak cocok dengan selera lidah lokal. “piye iki, rasane nyegrak”, demikian Nilam Sari menggunakan gaya logat khas Jawa Timuran. Ubah konsep, dan mulai memasarkan produknya dengan merk “Kebab Turki “Baba Rafi”. Ia mulai dari nol lagi, dengan membuka sebuah gerobak dari enam gerobak yang sebelumnya telah ia kandangkan selama beberapa tahun. Kini, PT. Kebab Turki Baba Rafi yang awalnya didirikan di Surabaya pada tahun 2005 itu dikenal sebagai sebuah jaringan waralaba kebab terbesar di dunia.
Produk Lokal, Goes Internasional
Alhamdulillah, setelah sekitar selama 13 tahun kehidupan dan usahanya mengalami “up-down”, pada tahun 2015 ini usahanya suskes. Demikian Nilam Sari, salah satu owner Baba Rafi mengungkapkan di acara itu. Setelah melewati masa-masa sulit, terutama di tahun 2008-2010, kini merk lokal Kebab “Baba Rafi” berhasil “go internasional”. Menurut pengakuannya, ketika kondisi perekonomian nasional sedang mengalami penurunan, justeru pada 2015 ini usahanya semakin meningkat.
Atas prestasinya, Baba Rafi sering mendapatkan penghargaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Sekedar menyebut beberapa contoh dari lebih 20-an prestasi yang telah diterimanya, Baba Rafi pernah menjadi salah satu dari “100 Future Leaders Knowledge Entrepreneurs” si St. Gallen Symposium 2010 di Swiss. Sementara pada tahun 2012, menjadi pemenang HAKI untuk kategori “wirausahawan bervisi inovasi” yang diberikan oleh Wakil Presiden RI. Pada 2013, Baba Rafi mendapat penghargaan sebagai “Franchise Market Leader” and Fasting Growing 2013 for Kebab Category, yang berarti Baba Rafi merupakan pelaku pasar waralaba terbaik dan paling cepat berkembang tahun 2013, diberikan oleh Majalah Franchise. Tahun lalu, Baba Rafi juga mendapatkan penghargaan yang sama sebagai Franchise and Business Market Leader 2014 dari Majalah Info Franchise.
Rupanya, perubahan konsep yang dilakukan oleh para owner Kebab Baba Rafi dipicu oleh tekanan eksternal dan kerasnya persaingan dunia usaha. Berkat ketabahan dan kreativitasnya, ia bersama timnya mampu mengubah kosep dan bangkit kembali, bahkan berhasil memperluas pangsa pasarnya dengan membuka outlet di pasar ASEAN, Tiongkok dan Eropa. Outlet Baba Rafi Internasional hadir pertama di Malaysia, Filipina, dan Tiongkok.