Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Si “Cedal” Pembawa Inspirasi: Kebab “Baba Rafi” Tembus ASEAN hingga Eropa

13 Agustus 2015   21:26 Diperbarui: 13 Agustus 2015   21:32 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kebab Turki Nilam Sari, Dipamerkaan Saat PPI 2015 di Grand City (6/8/2015)/Foto Dok. fb Ila Rizky Nidiana"][/caption] Kebab Turki Nilam Sari, Dipamerkaan Saat PPI 2015 di Grand City (6/8/2015)/Foto Dok. fb Ila Rizky Nidiana

Si baby yang masih “cedal” alias belum mampu mengucapkan kata “Papa” dengan sempurna, justeru menginspirasi sang entrepreneur muda Nilam Sari, memberi nama  produknya dengan merk Kebab Turki “Baba Rafi” hingga diakui sebagai franchise internasional di pasar ASEAN, Tiongkok, bahkan Belanda. Waktu itu, Si kecil Rafi Darmawan, anaknya, susah mengeja kata “Papa” sehingga terdengar “Baba”. Setelah kata “Baba” digabung dengan pangilan nama anaknya sendiri, Rafi, jadilah “Baba Rafi”, sebuah merk ternama untuk produk kebab miliknya. Nama itu begitu berarti, karena si buah hati ikut merasakan jatuh bangun usaha yang dikembangkannya. Demikian sepenggal kisah yang saya tangkap dari cerita Nilam Sari, saat mempresentasikan pengalamannya membangun brand “Baba Rafi” pada acara talk show di panggung utama acara Pameran Produksi Indonesia (PPI) 2015 di hari pertama, yang berlangsung di Grand City, Surabaya, 6-9 Agustus 2015 lalu.

[caption caption="Nilam Sari Sedang Presentasi di Acara Talk Show PPI 2015 dengan Mbak Avy (duduk) sebagai Moderatornya"]

[/caption] 

Berawal dari tekanan hidup karena nikah di usia muda (19 tahun), bersama suami tercinta, Mas Hendy Setiono, pasangan hidup itu mengawali karirnya dengan membuka satu buah gerobak burger pada tahun 2003 lalu. Pada tahun 2007 Nilam Sari sekeluarga bermigrasi ke Jakarta, dan terus mengembangkan usahanya. Ia berhasil membuka 6 gerobak produk burger. Namun tak disadarinya, tiba-tiba muncul badai yang melanda usahanya. Tahun 2008 terjadi krisis keuangan dunia. Pada tahun 2009 usahanya mulai anjlok. Apalagi, setelah itu muncul pendatang baru yang jauh lebih kreatif dan bermodal, Yummy Burger”. Tentu kehadirannya sebagai pesaing baru tak bisa ia salahkan. Nah pada tahun 2010, usahanya benar-benar “collapse”, demikian seperti yang dikisahkan oleh Nilam Sari.

“Edan”, ia berseloroh dengan gaya khas bahasa Arek Suroboyo yang kental. Pasalnya, selama dua bulan berturut-turut, produksinya terus menurun. Dari pemasukan per hari sebesar Rp 400 ribu, anjlok hinga hanya tinggal Rp 20 ribu/hari. Sebanyak 6 buah gerobaknya akhirnya tutup. Nilam Sari menggambarkannya, saya “menangis darah”. Pada tahun 2011 Nilam Sari mencoba bangkit kembali, dia berusaha membuka gerobak produk Kebab Turki.

Demo Kebab Turki Baba Rafi di Media Center PPI 2015"/Foto Dok. fb Ila Rizky Nidiana

Bersama timnya, ia berusaha mengubah konsep. Kebab Turki asal luar negeri itu dari segi rasa dianggap tidak cocok dengan selera lidah lokal. “piye iki, rasane nyegrak”, demikian Nilam Sari menggunakan gaya logat khas Jawa Timuran. Ubah konsep, dan mulai memasarkan produknya dengan merk “Kebab Turki “Baba Rafi”. Ia mulai dari nol lagi, dengan membuka sebuah gerobak dari enam gerobak yang sebelumnya telah ia kandangkan selama beberapa tahun. Kini, PT. Kebab Turki Baba Rafi yang awalnya didirikan di Surabaya pada tahun 2005 itu dikenal sebagai sebuah jaringan waralaba kebab terbesar di dunia.

Produk Lokal, Goes Internasional

Alhamdulillah, setelah sekitar selama 13 tahun kehidupan dan usahanya mengalami “up-down”, pada tahun 2015 ini usahanya suskes. Demikian Nilam Sari, salah satu owner Baba Rafi mengungkapkan di acara itu. Setelah melewati masa-masa sulit, terutama di tahun 2008-2010, kini merk lokal Kebab “Baba Rafi” berhasil “go internasional”. Menurut pengakuannya, ketika kondisi perekonomian nasional sedang mengalami penurunan, justeru pada 2015 ini usahanya semakin meningkat.

Atas prestasinya, Baba Rafi sering mendapatkan penghargaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Sekedar menyebut beberapa contoh dari lebih 20-an prestasi yang telah diterimanya, Baba Rafi pernah menjadi salah satu dari “100 Future Leaders Knowledge Entrepreneurs” si St. Gallen Symposium 2010 di Swiss.  Sementara pada tahun 2012, menjadi pemenang HAKI untuk kategori “wirausahawan bervisi inovasi” yang diberikan oleh Wakil Presiden RI. Pada 2013, Baba Rafi mendapat penghargaan sebagai “Franchise Market Leader” and Fasting Growing 2013 for Kebab Category, yang berarti Baba Rafi merupakan pelaku pasar waralaba terbaik dan paling cepat berkembang tahun 2013, diberikan oleh Majalah Franchise. Tahun lalu, Baba Rafi juga mendapatkan penghargaan yang sama sebagai Franchise and Business Market Leader 2014 dari Majalah Info Franchise.  

Rupanya, perubahan konsep yang dilakukan oleh para owner Kebab Baba Rafi dipicu oleh tekanan eksternal dan kerasnya persaingan dunia usaha. Berkat ketabahan dan kreativitasnya, ia bersama timnya mampu mengubah kosep dan bangkit kembali, bahkan berhasil memperluas pangsa pasarnya dengan membuka outlet di pasar ASEAN, Tiongkok dan Eropa. Outlet Baba Rafi Internasional hadir pertama di Malaysia, Filipina, dan Tiongkok.

Seperti slogannya yang tercantum di Booklet, Baba Rafi Internasional: “We Are Every Where”. Baba Rafi terus memperluas pangsa pasarnya hingga di Srilanka, Belanda, Brunei Darussalam, dan Singapura. Mau kerjasama dengan PT Baba Rafi? Boleh kok, bisa menggunakan pola franchising atau pola syariah seperti yang akan penulis gambarkan di bawah ini.

Produk PT “Baba Rafi” Premium dan Peluang Kerjasama Syariah

Aneka Produk makanan khas bermerk lokal ini dikelola oleh perusahaan di bawah bendera PT Baba Rafi. PT Baba Rafi Indonesia terkenal dengan bisnis kebab, memiliki cabang hingga lebih dari 120 outlet, tersebar di seluruh Indonesia bahkan hingga ke luar negeri.  Seperti tercantum dalam booklet-nya, kini PT Baba Rafi Indonesia kembali menghadirkan konsep baru “Baba Rafi Premium”, yaitu produk Baba Rafi yang sesuai dengan konsep outdoor dan indoor namun memakai standar kualitas yang setara dengan konsep outlet indoor, baik dari segi produk maupun pelayanan.

[caption caption="Serunya Foto Selfi Makan Kebab Baba Rafi di Arena PPI 2015/Dok. Fb Cak Wigi"]

[/caption]

Kesuksesan Baba Rafi tidak ingin dinikmatinya sendiri, karena itu ia terbuka menerima kerjasama, baik dengan model franchising maupun pola syariah. Bagi yang tertarik dengan pola syariah, dapat bergabung dengan franchise Indoensia PT Baba Rafi, usahanya dikelola dengan model bagi hasil 50:50 atau 60:40, disharing antara Franchisee dan Franchisor. Pola ini memberi peluang kepada kedua belah pihak untuk mendapatkan untung secara proporsional. Sekedar contoh, seperti yang tercantum dalam booklet Baba Rafi, jika Anda berinvestasi dengan franchising senilai Rp 200 juta, dengan payback periode (peride pengembalian investasi) selama 1,9 tahun. Maka analisa keuangannya dapat digambarkan sebagai berikut.

Modal sebesar Rp 200 juta, diperkirakan akan memperoleh pendapatan sebesar Rp 45 juta per bulan. Pemasukan itu berasal dari omzet rata-rata/hari yang diprediksi mencapai Rp 1,5 juta, sehingga sebulan diperoleh angka total sebesar Rp 45 juta.  Sementara pengeluarannya digunakan untuk pemakaian bahan baku (55%) sebesar Rp 24,75 juta, beaya usaha (20%) sebesar Rp 9 juta, dan royalti (5%) untuk PT Baba Rafi sebesar Rp 2,25 juta; dengan demikian, total pengeluaran sebesar Rp 36 juta. Berdasakan pemasukan dan pengeluaran sebesar itu, maka diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 9 juta. Balik modal selama 1,9 tahun.

Bila menggunakan pola syariah, maka royalti sebesar 5% ditiadakan. Gambarannya sebagai berikut. Modal sebesar Rp 200 juta, diperkirakan akan memperoleh pendapatan sebesar Rp 60 juta per bulan. Pemasukan itu berasal dari omzet rata-rata/hari yang diprediksi mencapai Rp 2 juta, sehingga sebulan diperoleh angka total sebesar Rp 60 juta.  Sementara pengeluarannya digunakan untuk pemakaian bahan baku (55%) sebesar Rp 33 juta, beaya usaha (15%) sebesar Rp 9 juta, sehingga total pengeluaran sebesar Rp 42 juta. Berdasakan pemasukan dan pengeluaran sebesar itu, maka diperoleh keuntungan bersih (30%) sebesar Rp 18 juta. Bagi hasil 60% sebesar 10,8 juta. Balik modal hanya selama 1,5 tahun. Namun hal ini belum memperhitungkan beaya lain, seperti beaya pengganti royalti.

Sebagai catatan, pola semacam semacam itu belum termasuk beaya sewa lokasi yang diperkirakan sebesar Rp 20 – 40 juta per tahun, bagi hasil hasil 60% untuk franchisee dan 40% untuk franchisor, dan beaya pengelolaan tipe syariah. Jadi total akhirnya kira-kira tidak terlalu jauh berbeda antara pola franchising dengan pola syariah. Bedanya, dengan pola syariah besarnya keuntungan naik turun, sesuai dengan keuntungan, dan royalti sebesar 5 % ditiadakan. Sementara jika memakai pola franchising non syariah, beaya keuntungan tetap sebesar 5% untuk PT Baba Rafi. Secara syar’i, pola kedua (pola syariah) ini dipandang lebih adil, karena  mengandung prinsip loss and profit sharing.

Jika Anda tidak memiliki modal sebesar itu, ada alternatif lain kaena Baba Rafi menawarkan beragam jenis investasi terjangkau, franchise murah itu menawarkan kerjasama dengan modal sebesar Rp 70 juta dengan Payback Period selama 2,4 tahun, atau 1,2 tahun. Tentu dengan konsekwensi yang berbeda-beda. Jika Anda tertarik, bisa menghubungi Franchise Development Spv. Kebab Turki Baba Rafi area Surabaya yang bernama Juwita Puji Lestari (081332919138, BB 21F75A46). Bantu promo gratis nih… hehe.

Pelajaran Berharga dari Sang Owner, Nilam Sari

Ada pengalaman menarik dari young entrepreneur, Nilam Sari, yang dapat diambil pelajaran berharga bagi para entrepreneur muda. Setidaknya, saya mencatat ada tiga pelajaran penting dari kisah perjalanan Baba Rafi dalam membangun kerajaan franchise di bidang bisnis kebab.

Pertama, meskipun ia menikah di usia relatif muda (19 tahun), ia berhasil membangun kerjasama yang baik dengan suaminya, Hendy Setiono. Di saat keduanya menghadapi tantangan ekonomi yang berat, terutama saat usahanya “collapse” (runtuh), pasangan ini tetap tabah dan mencoba bangkit kembali. Nikah di usia muda bukan menjadi halangan untuk maju dan saling mencintai. Pemilik bisnis gerobakan ini justru menunjukkan diri sebagai pasangan yang tabah di saat mendapat tekanan, bahkan menemuka ide setelah terinspirasi dari anaknya si Rafi, dan sekaligus mengabadikan nama anaknya itu sebagai merk produknya, “Baba Rafi”. Hal ini menggambarkan psikologi keluarga yang sayang anak. Ketabahan, cinta kasih keluarga, pantang menyerah, kreativitas dan inovasi adalah bagian dari ciri-ciri wirausahawan yang sukses, dan itu ditunjukkan oleh franchise Indonesia Baba Rafi. Nilam Sari barangkali boleh saya sebut sebagai Ratu Kebab yang “Woman Family”.

Kedua, kehadiran pesaing baru yang lebih kuat dari segi modal dan manajemen dalam produk sejenis, membuat ia harus berjuang keras menemukan konsep baru yang marketable. Tekanan-tekanan itulah kiranya yang mendorong dirinya untuk dapat keluar dari zona stagnasi. Ia mengubah tantangan menjadi peluang. Enam gerobak yang sudah digudangkan, bersama suami tercnita, satu persatu dia dirikan kembali. “Rawe-rawe rantas malang-malang putung”, barangkali pepatah itu menggambarkan semangat “pantang menyerah” gaya Arek Jawa Timuran untuk berjuang habis-habisan, dan akhirnya berhasil bangkit kembali. Dengan menerapkan strategi pemasaran melalui jalur franchising dan menggunakan branding yang tepat, akhirnya ia berhasil memasuki pasar internasional yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya. Pasar ASEAN, Tiongkok, dan bahkan Belanda di Eropa berhasil ia masuki. Luar biasa bukan? Produk local goes international.

Ketiga, ia mengubah konsep, membangun brand yang kuat, dan melakukan diversifikasi produk. Semula rasa Kebab Turki terkesan ala luar negeri, diubahnya untuk disesuaikan dengan lidah lokal. Strategi branding dengan memunculkan merk Baba Rafi, menambah kepercayaan masyarakat akan merk lokal dengan kualitas internasional, dan merknya dilindungi dengan HAKI. Sementara diversifikasi produk, dilakukan dengan menawarkan produk yang beragam, baik produk kebab maupun sistem franchisingnya, ada pola franchising konvensional dan ada pula pola syariah, sehingga masyarakat bisa bisa memilih produk yang sesuai dengan kebutuhannya. Terbukti strategi ini tepat, sehingga Baba Rafi berhasil mendapatkan kepercayaan pelanggan dan memperoleh pangsa pasar yang lebih luas hingga ke luar negeri. Kita tentu berharap, kesuksesan Young Entrepreneur bisnis gerobakan ini menular ke wirausaha muda lainnya dan menjadi kebanggaan Indonesia. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun