Pertama, meskipun ia menikah di usia relatif muda (19 tahun), ia berhasil membangun kerjasama yang baik dengan suaminya, Hendy Setiono. Di saat keduanya menghadapi tantangan ekonomi yang berat, terutama saat usahanya “collapse” (runtuh), pasangan ini tetap tabah dan mencoba bangkit kembali. Nikah di usia muda bukan menjadi halangan untuk maju dan saling mencintai. Pemilik bisnis gerobakan ini justru menunjukkan diri sebagai pasangan yang tabah di saat mendapat tekanan, bahkan menemuka ide setelah terinspirasi dari anaknya si Rafi, dan sekaligus mengabadikan nama anaknya itu sebagai merk produknya, “Baba Rafi”. Hal ini menggambarkan psikologi keluarga yang sayang anak. Ketabahan, cinta kasih keluarga, pantang menyerah, kreativitas dan inovasi adalah bagian dari ciri-ciri wirausahawan yang sukses, dan itu ditunjukkan oleh franchise Indonesia Baba Rafi. Nilam Sari barangkali boleh saya sebut sebagai Ratu Kebab yang “Woman Family”.
Kedua, kehadiran pesaing baru yang lebih kuat dari segi modal dan manajemen dalam produk sejenis, membuat ia harus berjuang keras menemukan konsep baru yang marketable. Tekanan-tekanan itulah kiranya yang mendorong dirinya untuk dapat keluar dari zona stagnasi. Ia mengubah tantangan menjadi peluang. Enam gerobak yang sudah digudangkan, bersama suami tercnita, satu persatu dia dirikan kembali. “Rawe-rawe rantas malang-malang putung”, barangkali pepatah itu menggambarkan semangat “pantang menyerah” gaya Arek Jawa Timuran untuk berjuang habis-habisan, dan akhirnya berhasil bangkit kembali. Dengan menerapkan strategi pemasaran melalui jalur franchising dan menggunakan branding yang tepat, akhirnya ia berhasil memasuki pasar internasional yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya. Pasar ASEAN, Tiongkok, dan bahkan Belanda di Eropa berhasil ia masuki. Luar biasa bukan? Produk local goes international.
Ketiga, ia mengubah konsep, membangun brand yang kuat, dan melakukan diversifikasi produk. Semula rasa Kebab Turki terkesan ala luar negeri, diubahnya untuk disesuaikan dengan lidah lokal. Strategi branding dengan memunculkan merk Baba Rafi, menambah kepercayaan masyarakat akan merk lokal dengan kualitas internasional, dan merknya dilindungi dengan HAKI. Sementara diversifikasi produk, dilakukan dengan menawarkan produk yang beragam, baik produk kebab maupun sistem franchisingnya, ada pola franchising konvensional dan ada pula pola syariah, sehingga masyarakat bisa bisa memilih produk yang sesuai dengan kebutuhannya. Terbukti strategi ini tepat, sehingga Baba Rafi berhasil mendapatkan kepercayaan pelanggan dan memperoleh pangsa pasar yang lebih luas hingga ke luar negeri. Kita tentu berharap, kesuksesan Young Entrepreneur bisnis gerobakan ini menular ke wirausaha muda lainnya dan menjadi kebanggaan Indonesia. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H