Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rekayasa Limbah Cangkang Kelapa Sawit, Mau Diapakan Usai PPI 2015?

11 Agustus 2015   07:03 Diperbarui: 11 Agustus 2015   07:27 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Produk Limbah Cangkang Kelapa Sawit Untuk Kerajinan dan Batik, Ditampilkan di PPI 2015/Dokumen Pribadi"][/caption]

[caption caption="Mas S. Hariadi, Kompasinaer asal Malang Sedang Belajar Membatik di Stan PPI 2015/Dok. Pribadi"]

[/caption]

Inovatif, ternyata limbah industri berupa cangkang kelapa sawit dapat diubah menjadi bahan pewarna batik, partikel block (interior), dan furniture. Limbah cangkang kelapa sawit, kakao, gambir dan rumput laut, juga dapat menghasilkan pewarna batik dan serat alam non tekstil yang bernilai tinggi. Aneka produk-produk inovatif yang dihasilkan oleh Center for Handicraft and Batik itu ditampilkan dalam Pameran Produksi Indonesia (PPI) pada 6-9 Agustus 2015 lalu. Produk-produk unggulan Kemenperin tersebut, kiranya patut ditindaklanjuti hingga menghasilkan aneka produk kerajinan dan batik yang laku di pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri.

Masyarakat sudah tahu, bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA) seperti kelapa sawit. Kebun kelapa sawit banyak bertebaran di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Namun sangat disayangkan apabila limbahnya berupa cangkang kelapa sawit dibiarkan begitu saja menumpuk di sekitar perusahaan, padahal sulit terurai dengan tanah. PPI 2015 hanyalah pintu awal untuk menunjukkan bahwa kita kaya akan SDA, selanjutnya terserah kita mau melakukan apa. Namun jangan sampai terjadi seperti pepatah “ayam mati kelaparan di lumbung padi”, alias ekonomi masyarakat sulit berkembang akibat mereka tidak dapat memanfaatkan anugerah Tuhan berupa kekayaan SDA. Tanpa kreativitas dan inovasi, mustahil limbah industri berubah jadi produk bernilai tinggi yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

****

Batik Motif Tingi-Tunjung dan Kertas Seni Hasil Olahan Limbah

Foto utama di atas memperlihatkan sampel beragam limbah poduk sampingan bahan baku industri, seperti limbah cangkang kelapa sawit yang berwarna kehitaman dan limbah rumput laut yang berwarna putih. Limbah cangkang kelapa sawit dapat dibuat sebagai bahan “pewarna dasar” atau “warna motif” batik yang sangat menarik. Sementara limbah bahan baku rumput laut dan batang tebu, dapat dibuat sebagai bahan kertas seni. Foto tersebut merupakan dokumen pribadi, yang saya abadikan saat mengunjungi PPI 2015 di stan nomor 38, tempat Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) menampilkan produk inovatif yang menjadi unggulannya. 

[caption caption="Beberapa Contoh Jenis Limbah Untuk Bahan baku Pewarna Batik/Dokumen Pribadi"]

[/caption]

Pewarna batik dari olahan limbah cangkang sawit, dapat menghasilkan warna motif “Tingi-Tunjung” yang indah alami. Efek warna dasarnya berasal dari perpaduan limbah cangkang kelapa sawit dan tawas, setelah melalui proses yang panjang sejak diektraksi hingga menghasilkan produk setelah dilakukan pengujian di laboratorium. Perpaduan antara warna kehitaman dengan warna putih hasil olahan limbah cangkang kelapa sawit itu, produknya tampak seperti pada foto-foto di bawah ini. Jika dipadukan dengan pewarna hasil limbah tanaman kakao setelah dicampur dengan tawas dan kapur, wow… ternyata menghasilkan warna baru yang tak kalah indahnya. Efeknya indah alami, batik motif Tingi-Tunjung terlihat berwarna cokelat tua (warna motif batik) dan cokelat muda (warna dasar).

[caption caption="Batik Dengan Warna Motif Tingi-Tunjung, Pewarnanya Berbahan Baku Limbah Cangkang Kelapa Sawit/Dokumen Pribadi"]

[/caption]

[caption caption="Ragam Produk Motif Batik Berbahan Baku Limbah/Dokumen Pribadi "]

[/caption]

Kertas Seni Hasil Olahan Limbah Rumput Laut

Limbah rumput laut, dapat diolah menjadi kertas seni yang selanjutnya dapat dibuat oleh pelaku industri kreatif menjadi beragam handicraft seperti tempat album foto, lampu, dekorasi ruangan, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil riset tim Litbang Kemenperin yang dibukukan dalam booklet yang berjudul “Hasil Litbang Balai Besar Kerajinan dan Batik Tahun 2014”, beberapa kesimpulan pengembangan produk ketas seni berbahan baku limbah rumput laut, antara lain:

[caption caption="Produk Kertas Seni dan Kerajinan Berbahan Baku Limbah Rumput Laut/Dokumen Pribadi"]

[/caption]

Pertama, Limbah rumput laut dapat dicetak menjadi kertas seni dengan mengkombinasikannya dengan serat pisang abaka, sehingga daya rekat serat rumput laut semakin meningkat. Kedua, Kertas seni limbah rumput laut campuran yang memiiki sifat fisik paling baik adalah kertas seni sargassum; Ketiga, limbah rumput laut dari produksi zat warna alam, mampu dimanfaatkan untuk bahan baku kertas seni. Pemanfaatannya dilakukan dengan cara mengkombinasikannya dengan serat pisang dan dengan proses perebusan dengan NaOH kadar 10% dengan lama perebusan bervariasi.

BBKB di lingkungan Kemenperin, pada tahun 2014 lalu telah menghasilkan 8 produk hasil penelitian dan 3 produk rekayasa peralatan di bidang batik, demikian saya ketahui saat wawancara dengan Pak Wisnu dari BBKB di arena PPI 2015 (6/8/2015). Saat saya tanya apa produk unggulan BBKB pada event kali ini? Beliau menjawab, di antaranya adalah “produk kertas seni berbahan baku limbah rumput laut” dan “pemanfaatan limbah cangkang kelapa sawit untuk pewarna batik dan serat alam non tekstil”. Untuk rekayasa peralatan batik, BBKB telah menghasilkan “Kompor Batik Listrik” Buatan BBKB seperti tampak pada foto di bawah ini.

[caption caption="Produk Rekayasa Berupa Kompor Listrik Batik Buatan BBKB/Dokumen Pribadi"]

[/caption]

Kompor listrik otomatis sangat penting untuk menjaga suhu panas agar tetap stabil saat membatik, sehingga pembatik bisa tetap fokus membatik. Beliau mengatakan, BBKB yang berpusat di Yogyakarta dapat melatih masyarakat yang membutuhkannya. “Dilatih 5 hari, dijamin sudah bisa membatik”. Berapa beayanya? Beliau kemudian menujukkan brosur, setelah saya lihat, dengan membayar Rp 1.900.000, peserta berhak mendapatkan layanan pelatihan batik tulis dan cap zat warna alam atau warna sintetis. Masih banyak produk layanan yang ditawarkan BBKB selain beragam jenis pelatihan. Misalnya, BBKB menyediakan standardisasi batik yang disebut Batikmark “Batik Indonesia”.

Sementara alasan mengapa kertas seni berbahan rumput laut perlu dikembangkan, menurut penjelasan yang tercantum dalam booklet di atas, karena kertas seni yang diproduksi sebagian besar berasal dari pelepah pisang, atau abaca yang merupakan limbah dari produksi pertanian. Upaya lanjut adalah mencari bahan baku lain seperti tumput laut, limbah rumput dari zat alam dan ampas tebu. Kandungan selulosa yang cukup tinggi dalam rumput laut, memungkinkan untuk dijadikan bahan kertas seni. Dewasa ini, kebutuhan akan ketersedaan kertas seni terus meningkat, seiring dengan perkembangan industri kreatif itu sendiri.

Tindak Lanjut PPI 2015, Apa yang Bisa Dilakukan?

Kini PPI 2015 sudah usai. Namun teman saya bilang, “PPI hanya pintu saja, selebihnya ya kita ehhee”. Kalimat dari sahabat Kompasiana yang hadir di PPI 2015 itu sangat tepat. Apa artinya jika setelah produknya ditampilkan di pameran, lalu kita diam?. Kesuksesan sebuah pameran semisal PPI yang didanai dari APBN itu tidak sekedar diukur dari suksesnya penyelenggaraan event selama empat hari (output), namun perlu dilihat bagaimana efeknya (outcome) terhadap pengembangan Industri Kecil Menengah IKM) secara berkelanjutan di masa depan. Apalagi, di akhir 2015 nanti, MEA segera diberlakukan setelah sempat ditunda setahun.

[caption caption="Berdiskusi dengan Pak Wisnu, beliau sedang menjelaskan peran BBKB dalam pengembangan Industri Kerajinan dan Batik/Dokumen Pribadi."]

[/caption]

Menyadari hal itu, saya bertanya pada diri saya yang pernah bergumul dengan pelaku ekonomi berbasis komunitas: “apa yang dapat saya lakukan?” Lalu saya ceritakan pengalaman menyaksikan PPI 2015 dan hasil wawancara saya dengan Pak Wisnu kepada teman saya yang kebetulan bertamu ke rumah saya. Kebetulan kawan itu menjadi ketua Badan Amal Zakat Nasional (Baznas) Kota Malang, yang tiap tahun dapat mengumpulkan dana sekitar Rp 3 Milyar. Dia meresponnya, kemudian koleganya yang menjadi Pengurus Koperasi Kelapa Sawit di Pontianak juga langsung dihubunginya, gak pakai lama (GPL), hehe.

Tujuannya, agar peluang usaha itu bisa dijajaki kemungkinannya, dan dikoneksikan dengan komunitas IKM di Jawa yang membutuhkan input pewarna batik dari bahan limbah, atau peluang lain seperti menciptakan pasar baru bagi industri kerajinan dan batik. Katakanlah Kota Malang dikenal sebagai kota pendidikan, industri jasa, dan pariwisata. Kota dengan ciri-ciri demikian, sangat memungkinkan tumbuhnya industri kreatif. Bahan dasar atau produk jadi bisa disuplai dari daerah lain, sementara kota ini menjadi pasarnya. Banyak hal sebenanya bisa kita lakukan, tapi tanpa ada yang berani menginisiasi dan mengoneksikan dengan pihak lainnya, mustahil ide kreatif berubah jadi kenyataan yang bernilai.

Maksud hati agar antara pemerintah yang dalam hal adalah BBKB, dapat mengembangkan “industri kreatif” berbasis komunitas. Pemerintah menyediakan jasa layanan penelitian, konsultasi, diklat, rekayasa dan standardisasi serta memastikan peluang pasar; sementara masyarakat secara kreatif dan inovatif memanfaatkan potensi SDA yang ada disekitarnya menjadi produk baru yang bernilai, baik sosial dan ekonomi. Mungkin harapan ini terlalu berlebihan, dan kenyataan di lapangan jauh lebih rumit. Sayangnya, sms saya oleh Pak Winsu belum mendapatkan tanggapan sejauh ini. Mau diapakan produk-produk itu usai PPI 2015? Wassalam (yunusuin@gmail.com).

------------------------------

Baca juga:

Menyaksikan PPI 2015, Tumbuhkan Bangga Produk Unggulan Indonesia

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun