Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rekayasa Limbah Cangkang Kelapa Sawit, Mau Diapakan Usai PPI 2015?

11 Agustus 2015   07:03 Diperbarui: 11 Agustus 2015   07:27 1078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kertas Seni Hasil Olahan Limbah Rumput Laut

Limbah rumput laut, dapat diolah menjadi kertas seni yang selanjutnya dapat dibuat oleh pelaku industri kreatif menjadi beragam handicraft seperti tempat album foto, lampu, dekorasi ruangan, dan lain sebagainya. Berdasarkan hasil riset tim Litbang Kemenperin yang dibukukan dalam booklet yang berjudul “Hasil Litbang Balai Besar Kerajinan dan Batik Tahun 2014”, beberapa kesimpulan pengembangan produk ketas seni berbahan baku limbah rumput laut, antara lain:

[caption caption="Produk Kertas Seni dan Kerajinan Berbahan Baku Limbah Rumput Laut/Dokumen Pribadi"]

[/caption]

Pertama, Limbah rumput laut dapat dicetak menjadi kertas seni dengan mengkombinasikannya dengan serat pisang abaka, sehingga daya rekat serat rumput laut semakin meningkat. Kedua, Kertas seni limbah rumput laut campuran yang memiiki sifat fisik paling baik adalah kertas seni sargassum; Ketiga, limbah rumput laut dari produksi zat warna alam, mampu dimanfaatkan untuk bahan baku kertas seni. Pemanfaatannya dilakukan dengan cara mengkombinasikannya dengan serat pisang dan dengan proses perebusan dengan NaOH kadar 10% dengan lama perebusan bervariasi.

BBKB di lingkungan Kemenperin, pada tahun 2014 lalu telah menghasilkan 8 produk hasil penelitian dan 3 produk rekayasa peralatan di bidang batik, demikian saya ketahui saat wawancara dengan Pak Wisnu dari BBKB di arena PPI 2015 (6/8/2015). Saat saya tanya apa produk unggulan BBKB pada event kali ini? Beliau menjawab, di antaranya adalah “produk kertas seni berbahan baku limbah rumput laut” dan “pemanfaatan limbah cangkang kelapa sawit untuk pewarna batik dan serat alam non tekstil”. Untuk rekayasa peralatan batik, BBKB telah menghasilkan “Kompor Batik Listrik” Buatan BBKB seperti tampak pada foto di bawah ini.

[caption caption="Produk Rekayasa Berupa Kompor Listrik Batik Buatan BBKB/Dokumen Pribadi"]

[/caption]

Kompor listrik otomatis sangat penting untuk menjaga suhu panas agar tetap stabil saat membatik, sehingga pembatik bisa tetap fokus membatik. Beliau mengatakan, BBKB yang berpusat di Yogyakarta dapat melatih masyarakat yang membutuhkannya. “Dilatih 5 hari, dijamin sudah bisa membatik”. Berapa beayanya? Beliau kemudian menujukkan brosur, setelah saya lihat, dengan membayar Rp 1.900.000, peserta berhak mendapatkan layanan pelatihan batik tulis dan cap zat warna alam atau warna sintetis. Masih banyak produk layanan yang ditawarkan BBKB selain beragam jenis pelatihan. Misalnya, BBKB menyediakan standardisasi batik yang disebut Batikmark “Batik Indonesia”.

Sementara alasan mengapa kertas seni berbahan rumput laut perlu dikembangkan, menurut penjelasan yang tercantum dalam booklet di atas, karena kertas seni yang diproduksi sebagian besar berasal dari pelepah pisang, atau abaca yang merupakan limbah dari produksi pertanian. Upaya lanjut adalah mencari bahan baku lain seperti tumput laut, limbah rumput dari zat alam dan ampas tebu. Kandungan selulosa yang cukup tinggi dalam rumput laut, memungkinkan untuk dijadikan bahan kertas seni. Dewasa ini, kebutuhan akan ketersedaan kertas seni terus meningkat, seiring dengan perkembangan industri kreatif itu sendiri.

Tindak Lanjut PPI 2015, Apa yang Bisa Dilakukan?

Kini PPI 2015 sudah usai. Namun teman saya bilang, “PPI hanya pintu saja, selebihnya ya kita ehhee”. Kalimat dari sahabat Kompasiana yang hadir di PPI 2015 itu sangat tepat. Apa artinya jika setelah produknya ditampilkan di pameran, lalu kita diam?. Kesuksesan sebuah pameran semisal PPI yang didanai dari APBN itu tidak sekedar diukur dari suksesnya penyelenggaraan event selama empat hari (output), namun perlu dilihat bagaimana efeknya (outcome) terhadap pengembangan Industri Kecil Menengah IKM) secara berkelanjutan di masa depan. Apalagi, di akhir 2015 nanti, MEA segera diberlakukan setelah sempat ditunda setahun.

[caption caption="Berdiskusi dengan Pak Wisnu, beliau sedang menjelaskan peran BBKB dalam pengembangan Industri Kerajinan dan Batik/Dokumen Pribadi."]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun