Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Batik dan Inovasi Kompor Astoetik di Ajang PPI 2015

9 Agustus 2015   03:29 Diperbarui: 9 Agustus 2015   03:29 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Seorang Pengunjung Sedang Mencoba Membatik di Stan No. 38 Balai Besar Kerajinan dan Batik, pada PPI 2015/Dok. Pribadi"][/caption]

Mau membatik, ya Astoetik saja. Hemm… emang siapa Astoetik itu ya?. Dia itu bukan nama orang. Astoetik itu merupakan merk kompor listrik yang digunakan untuk membatik, singkatan dari Auto-Electric Stove for Batik, yang berarti kompor listrik otomatis untuk membatik. Salah satu produk unggulan teknologi rekayasa alat membatik itu ditampilkan di Pameran Produksi Indonesia (PPI) yang berlangsung sejak 6 – 9 Agustus 2015 di Convention & Exhibition Hall, Grand City Surabaya.

Sementara Workshop dengan penemu Kompor Listrik Astoetik itu dilangsungkan di Panggung Utama arena PPI 2015 pada hari Minggu (9/8/2015), dimulai Pukul 12.00 Wib. Artikel ini mereview  seputar batik dan keunggulan inovasi produk kompor otomatis Astoetik yang digunakan untuk membatik, ditulis sebelum acara workshop itu ditampilkan di arena panggung utama. 

[caption caption="Inovasi Kompor Listrik Astoetik yang Ditampilkan di PPI 2015 pada Minggu (9/8/2015)/Foto Dok. Mbak Ika"]

[/caption]

Pada saat mengunjungi PPI 2015 (6/8/2015), saya sempat mampir di anjungan Kementerian Perindustrian, tepatnya No 38 Balai Besar Kerajinan dan Batik. Kebetulan saya diterima dengan baik oleh Pak Wisnu. Menurut penjelasan Beliau, ada tiga jenis batik, yaitu: batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi (perpaduan batik tulis dan cap). Apakah batik printing itu bukan termasuk batik, Pak? Tanya saya. Pak Wisnu menjelaskan pada saya, “batik printing itu bukan batik, tetapi motif batik yang dihasilkan dengan teknologi printing”. Oalah… jadi, baju-baju yang corak warnanya umumnya “ngejreng” bermotif batik itu tidak tergolong batik… itu printing bermotif batik. Pantesan harganya lebih murah dari pada batik tulis, dan desainnya mudah ditiru. Kini saatnya kita banggakan batik khas Indonesia yang memang benar-benar batik.

"Bahan Dasar Limbah Pembuat Warna Batik di Stan PPI 2015/Dok. Pribadi

"Alat Cap Batik dan Bahan-bahan Membatik di PPI 2015/Dok. Pribadi"
Dari penjelasan Beliaulah, saya mengenal Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB), yang sebagian tugas pokoknya adalah memberikan layanan perekayasaan di bidang industri batik. Beberapa hasil perekayasaan BBKB yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat antara lain kompor listrik batik, alat pengeplong tempurung kelapa, alat irat bambu, dan lain-lain. Karena itu, kompor merk Astoetik buatan masyarakat patut mendapat apresiasi sebagaimana mestinya, agar produk unggulan dalam negeri memiliki daya saing ketika MEA diberlakukan akhir 2015 nanti.

Budaya Batik dan Keunggulan Inovasi Kompor Astoetik

Batik identik dengan budaya Indonesia yang unik. Sejak tahun 2009, Batik ditetapkan oleh UNESCO sebagai “warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (masterpieces of the oral and intangible heritage of humanity) yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi. Karenanya batik melekat dengan identitas budaya Indonesia, warna dan motifnya mencerminkan kreativitas dan spiritualitas budaya bangsa. Ada batik khas Bali, Madura, Malang, Solo, Yogyakarta, Cirebon, dan lain sebagainya. Beberapa motif batik juga dapat menunjukkan status seseorang.

Agar budaya batik tetap lestari dan semakin menarik, diperlukan inovasi, baik dalam desain maupun teknologi proses pembuatannya. Salah satu alat terpenting dalam proses pembuatan batik adalah kompor. Dulu masyarakat membatik menggunakan kompor minyak tanah, sehingga kestabilan panas kurang terjaga. Kompor Astoetik hadir untuk memecahkan masalah itu. Setelah bagian kain tertutup “malam” dengan sempurna, maka proses melukiskan motif batik sesuai selera dengan “canting” di kain semakin mudah. Agar proses mencairkan “malam” berjalan stabil, maka membutuhkan kompor dengan suhu panas yang stabil pula.

"Membatik dengan Kompor Listrik/Sumber: fb SanggarBatikAstoetik"

Kompor batik listrik Astoetik dibuat dengan teknologi yang hemat energi. Untuk mengoptimalkan hasilya, kompor listrik Astoetik menggunakan sistem Proportional Integral Derivative (PID). Sistem ini menjadi semacam alat kontrol presisi yang mampu melahirkan suhu panas yang stabil. Karena Kompor listrik Astoetik menggunakan model PID, maka kestabilan suhu malam dapat diatur secara otomatis dan cukup menggunaan daya listrik kecil. Manfaatnya bisa menghemat energi hingga mencapai 65% bila dibandingkan dengan kompor batik listrik lain dan mencapai 95% bila dibandingkan dengan kompor minyak tanah. Secara ekonomis, kompor Astoetik mampu menghemat biaya 10 kali tiap harinya, atau setara  denga 8 jam pemakaian. Manfaat laininya, setiap pembatik tidak perlu bersusah payah mengatur panas secara manual, sehingga pembatik bisa fokus untuk membatik.

"Kompor Listrik Astoetik Limited Edition, Bodinya Bermotif Batik/Dok. SanggarBatikAstoetik"

"Kompor Listrik Astoetik Saat Ditampilkan di acara Workshop, Arena PPI 2015 pada 9/8/2015)/Foto Dok.Mbak Ika"
Selain ramah lingkungan, keunggulan lain kompor Batik Astoetik adalah mampu mendeteksi karakteristik “malam” yang digunakan dalam proses membatik, sehingga kualitasnya dapat terjaga. Pada saat mencapai suhu yang telah ditentukan, maka panas akan tetap stabil pada suhu tersebut, sehingga hasilnya optimal. Energi yang dihasilkan melalui sistem PID mampu menjaga kestabilan suhu dalam proses membatik sesuai standar. Malam yang digunakan lebih efektif karena pembatik tak harus membagi fokus antara menstabilkan api dan melukis gambar batik dengan canting.

Jenis Produk dan harga Kompor Astoetik

Ada beragam produk kompor Astoetik yang ditawarkan dengan harga yang berbeda-beda, sesuai dengan spesifikasinya. Ada Kompor Astoetik tipe Standar, Otomatis, Modifikasi dan Limited Edition. Tipe standar misalnya, terbuat dari bahan baku tanah liat yang ramah lingkungan. Jika badan kompor pecah, maka limbah kompor mudah terurai di dalam tanah. Berdasarkan brosur yang ada, harga kompor jenis standar dipatok Rp 310.000. Kompor jenis ini, mampu menjaga kestabilan suhu malam  dari 0 - 300 watt, sehingga hemat energi  sebesar 95% dibandingkan kompor minyak tanah. Menggunakan kompor ini, pembatik tinggal memutar variable resistor untuk menyesuaikan suhu “malam” yang dikehendaki.

"Kompor Listrik Astoetik, Ditampilkan Saat Workshop di PPI 2015 (9/8/2015)/Foto Dok.Mbak Ika"

Sementara kompor Astoetik otomatis berbahan alumunium, kompornya lebih kuat dari pada kompor yang terbuat dari tanah liat. Harganya cuma sekitar Rp 350.000. Kompor ini memiliki keunggulan mampu menjaga kestabilan suhu “malam” secara otomatis, penggunaan daya listrik kecil, dan hemat energi. Ada pula jenis lain yang disebut Kompor Astoetik Zero Crossing, baik yang berbahan alumunium maupun tanah liat, masing-masing berharga Rp 450.000 dan Rp 465.000. Kelebihan lain kedua jenis kompor ini adalah didesain dengan kualitas ekspor untuk digunakan di luar negeri. Sedangkan kompor Batik Astoetik limited edition didesain dalam jumlah terbatas, bodi kompornya bermotif batik tulis lukis, karena itu  harganya bisa mencapai Rp 500.000 per kompor.

Produk Kompor Batik Astoeti sungguh inovatif, bermanfaat dan harganya relatif terjangkau bukan? Karena itu, wajar jika produk itu mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Pada tahun 2013 misalnya, Kompor Batik Astoetik masuk finalis inovasi IPTEKS Kemenpora dan peraih dana TeknoPemuda Kemenristek RI. Baru-baru ini, ia mendapat apresiasi “Published on Make Difference (MaD) Hongkong” pada tahun 2014 serta Peraih Dana Program Mentoring oleh Yayasan INOTEK 2014. Atas dasar itu, Kompor Batik Astoetik memang layak dibanggakan sebagai produk unggulan dalam negeri yang ramah lingkungan, hemat energi, mudah digunakan dan ekonomis. Mau membatik, ya Astoetik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun