Mohon tunggu...
Mas Yunus
Mas Yunus Mohon Tunggu... Dosen - Beyond Blogger. Penulis ihwal pengembangan ekonomi masyarakat, wisata, edukasi, dan bisnis.

Tinggal di Kota Malang. Bersyukur itu indah. Kepercayaan adalah modal paling berharga. Menulis untuk mengapresiasi. Lebih dari itu, adalah bonus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kompasiana Lahirkan si Bolang: Komunitas Berbasis User Generated Content

15 Mei 2015   10:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:02 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Unik, hasil roadshow Kompasiana bersama JNE di kampus UB Malang pada 12 Mei 2015 lalu menghasilkan komunitas baru yang bernama BOLANG. Nama ini merupakan singkatan dari "Bloger Kompasianer Malang. Si Bolang tidak hanya berlaku di wilayah Malang, tetapi juga Jawa Timur (Jatim) pada umumnya. Tujuan utamanya adalah sharing dan connecting untuk perubahan masyarakat Jatim yang lebih baik. Seru dan bermanfaat kan?

Foto selfie jepretan Mas Nurulloh di atas menggambarkan ragam asal daerah Kompasianer di Jatim. Beberapa tahun sebelumnya, Kompasiana pernah mengadakan acara serupa di tempat yang sama, dan menghasilkan Komunitas yang bernama KONEK.  Kata itu diserap dari bahasa Inggris connect, yang berarti "menghubungkan".  Kata ini juga bisa berarti "Komunitas Nekad", hehe :). Demikian menurut penjelasan sang bintang pengelolanya,"Mbak Avy".  Meski sudah berkeluarga, perempuan cantik nan energik itulah yang menggerakkan dan menjaga KONEK hingga kini. Ayo sahabat-sahabat Kompasianer Jatim, yang belum bergabung ikutan bergabung di KONEK dan si BOLANG.

Keunikan Komunitas Kompasianer Berplatform User Generated Content

Unik? pastinya ya. Apanya yang unik? Selain dari aspek usia dan jenis kelamin, konten yang didiskusikan para Kompasianer juga sangat beragam di bulan April-Mei 2015. Ada konten pengembangan kota cerdas, bisnis online, inner beauty, hingga tema ringan seperti "dibalik secangkir kopi". Kopinya hanya secangkir, tapi idenya bisa ke mana-mana bukan? Demikian halnya dengan si Bolang, ia dilahirkan dari obrolan-obrolan sambil ngopi di @MX-Mall Kota Malang seusai acara roadshow. Itulah keunikan Kompasianer di di media sosial berplatform User Generated Content.

Saya usul ke Kompasiana nih, kalau bisa diangkat masalah wisata back packer dengan melibatkan lembaga bisnis penerbangan semisal AirAsia atau City Link. Hadiahnya bisa berkunjung atau bahkan beasiswa studi di ASEAN. Hal demikian sekaligus untuk menguatkan identitas warga ASEAN, yaitu: One Vision, One Identity, One Community. Di Malang Raya juga sudah ada komunitas radio streaming. Ketik aja kata kunci kotabaturadio, Anda akanm menikmati hidangan lagu-lagu hits. yang penyiar dan para pendengarnya dari anggota ASEAN.  Berbahasa Indonesia lagi.

Kunci Sukses Keberlanjutan Sebuah Komunitas

Komunitas apapun namanya, secara teoretis, akan berhasil jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

Pertama, ada group yang memungkinkan para anggotanya saling berinteraksi. Pastinya, ada yang mengelola. Namun itu belum cukup, karena masih membutuhkan unsur kedua, yaitu kepercayaan (trust). Tanpa saling percaya, mustahil sebuah komunitas dapat terbentuk. Bayangkan, jika belum-belum sudah curiga ( negative thinking), sulit kan mereka diajak komunikasi, apalagi berinteraksi secara berkelanjutan.  Individu berpengetahuan, merupakan modal manusia yang mahal. Tapi modal ini tidak dapat digunakan, jika dia tidak mau berinteraksi dalam komunitas. Apapun jenis komunitasnya.

Group sudah ada, kepercayaan sudah muncul, lalu butuh apa lagi? Ketiga, harus ada norma-norma. Norma ini berisi aturan-aturan, seperti sanksi dan reward. Tanpa ada norma yang jelas, perjalann sebuah komunitas tentu tidak akan terarah.  Perhatikan, di Kompasiana ada Tata Tertib bukan? Aturan yang tidak tertulis pun sangat penting. Misalnya, tidak bakalan Kompasianer yang tidak jelas identitasnya  dapat predikat tanda cetang hijau bertuliskan "TERVERIFIKASI". Contoh lain adalah adanya penyematan sertifikat digital kepada Pak Tjiptadinata Effendi, kompasianer terbaik 2014. Dia adalah aset kita, para komunitas kompasianer khususnya.

Apa itu sudah cukup? belum. Sebuah komunitas  akan lestari manakala ada jejaring (networking). Jejaring komunitas ini tidak cuma berfungsi sebagai jalan atau lintasan untuk sekedar sharing dan connecting. Lebih dari itu, berfungsi sebagai jaringan organik yang hidup. Ibarat pohon, antara akar, batang, dahan, ranting, daun dan buah adalah sebuah organisasi jejaring yang hidup dan saling menopang. Yasyuddu ba'duhu ba'dan. Artinya bagian yang satu menopang bagian lainnya layaknya sebuah bangunan.

Sebut saja JNE sebagi contoh konkritnya. Perusahaan jasa pengiriman dan logistik itu sangat bergantung pada kehidupan jasa bisnis online. Jika bisnis online tidak hidup, niscaya kehidupan JNE terhambat. Ia berkepentingan untuk menyehatkan rekannya, yaitu para pebisnis online.  Jika masing-masing pihak hidup sehat, maka potensi kedua pihak tadi akan sama-sama berkembang. Komunitas, ibarat organisme hidup yang saling bergantung. Ada semacam simbiosis mutualisme, begitu kira-kira orang biologi menyebutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun