Celoteh begawan meng-awan jauh ke langit tinggi
Merasa paling mahir mengatur dunia tumpah darah
Teori dan pengetahuan diperdalam
Timbangan sanubari diabaikan
Â
Kerendahan dimana-mana berserakan
Seperti jamur yang tumbuh di musim hujan
Obrolan kelaparan dimeja makan
Ide bebas banjir di menara tinggi kedap petir dan suara bising
Â
Riuh rendah tuntutan hanya mengambang
Diatas tarian derita rakyat yang makin mengejang
Karena ganasnya ketidak-adilan
Sang begawan hanya bisa memandang
Â
Layar kaca televisi berhias potret negri
Berubah-ubah silih berganti
Kadang pesta pora kadang duka lara
Sedetik gembira ria detik berikutnya duka nestapa
Â
Melihat potret negeri seoleh berubah tanah tumpah air mata
Â
Semangat berkarya bangsaku
Kuabadikan namamu dalam aliran darahku
Aku cinta kamu
Karena kau adalah ibu pertiwiku
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H