Lumayan membuat penulis terkejut. Namun, inilah yang menjadi tantangan sendiri ketika kita melakukan perjalanan sendiri tanpa informasi yang kurang lengkap. Karena tidak ada pilihan lain agar bisa membawa motor, penulis tetap membeli tiket kapal feri menuju Tanjung Pandan, Belitung dan harga tiket untuk membawa motor juga lumayan mahal.
       Sekitar jam 12 tengah malam, penulis sudah mulai menunggu di pelabuhan, berharap perjalanan sesuai dengan jadwal, dan sampai di pulau Belitung masih terang oleh sinar matahari.
       Apalah daya harapan tidak pernah lepas dengan angan-angan, kapal feri menunda keberangkatan hingga jam 4 pagi dikarenakan kapal yang sebelumnya menyandar sedang bongkar muat barang di kapal. Penulis harus menunggu di pelabuhan hingga subuh baru bisa masuk ke dalam kapal. Setelah memasuki kapal, penulis langsung berinisiatif untuk tidur karena sudah sangat mengantuk menunggu kapal.
       Pukul menunjukkan 9 pagi, para penumpang sudah mengambil sarapan yang dibagiikan awak kapal, kapal sudah berlayar dengan pelan ditengah birunya air laut, penulis memilih untuk tidur lagi dan berharap ketika sore sudah sampai di pulau Belitung.
       Ruangan terasa panas, dan penulis terbangun dan menyadari bahwa AC dan mesin kapal mati, inisiatif untuk bertanya kepada awal kapal apa yang terjadi. Awak kapal menjelaskan bahwa air laut surut, dan kapal tidak bisa menyandar di pelabuhan Tanjung Pandan. Kapal baru bisa menyandar keesokan subuh.
       Tidak ada yang bisa diperbuat selain bersabar, berjalan-jalan di atas kapal, dan mengajak ngobrol penumpang-penumpang lain. Beberapa penumpang yang mungkin sudah terbiasa menaiki kapal feri dan sudah tau akan terjadi seperti ini. Beberapa orang juga memancing, dan penulis memilih untuk melihat bagaimana keseruan orang-orang tersebut memancing sambil mengobrol dengan penumpang-penumpang lain yang masih menyimpan rasa kesal dengan keadaan.
        Keadaan terdampar dilaut selama lebih dari 10 jam, dan kapal baru menyandar di pelabuhan Tanjung Pandan pukul 6 pagi.
        Begitulah kisah perjalanan penulis ke pulau Belitung. Semua kelelahan langsung terbayarkan ketika melihat wisata-wisata di pulau Belitung ini. Solo Traveling memang banyak memberikan hal-hal yang tak terduga, penulis menyarakan jika dari para pembaca yang ingin juga merasakan perjalanan seperti ini agar mencari info terlebih dahulu atau bisa menanyakan kepada teman-teman yang pernah mengunjungi tempat tersebut. Dan jangan lupa untuk persiapkan fisik anda.
       Terima kasih, salam hangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H