Mohon tunggu...
M Miftahul Firdaus
M Miftahul Firdaus Mohon Tunggu... Insinyur - Pengagum Soekiman Wirjosandjojo

Pembelajar, Engineer, pengagum Soekiman Wirjosandjojo

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sistem Pengondisian Udara Pesawat Terbang

10 Juni 2017   11:36 Diperbarui: 10 Juni 2017   11:51 3635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumentasi Penulis

Selanjutnya, udara hasil pendinginan pertama pada penukar panas primer tersebut dilewatkan ke penukar panas sekunder. Saat itu, udara panas disedot lagi dan saat melewati penukar panas sekunder, telah terdapat udara hasil pendinginan pertama yang lebih dingin sehingga terjadi pendinginan kedua. Udara hasil pendinginan kedua lalu mengalir melalui penukar panas primer sehingga terjadi pendinginan selanjutnya. Proses tersebut diulang agar pendinginan lebih optimal.

Udara hasil pendinginan lanjut tersebut dilewatkan kembali melalui penukar panas sekunder tapi kemudian dialirkan menuju turbin sehingga mengalami refrigerasi secara ekspansi. Ekspansi tersebut menghasilkan daya yang sebagian dikonversi ke poros putar untuk memutar kompresor dan sebagian lagi menjadi friksi. Udara hasil refrigerasi secara ekspansi kemudian dilewatkan pemisah air untuk mengatur kelembapan untuk sebelum dimasukkan ke dalam kabin.

Sebelum dilewatkan pemisah air, udara hasil ekspansi dapat terlebih dahulu diberikan kontrol temperatur jika diperlukan dengan menggunakan ruang pencampuran memanfaatkan katup pengatur suhu yang menyimpangkan udara dingin dari ambien sebelum memasuki penukar panas primer. Selanjutnya udara hasil campuran ini mengalami proses yang sama sampai kabin.

AC Siklus Tiga Roda

Sumber : Dokumentasi Penulis
Sumber : Dokumentasi Penulis
Pada sistem tiga roda, udara dingin dari udara ambien diambil menggunakan fan melewati penukar panas sekunder dan primer. Sebagian udara panas dari kompresor mesin (atau APU dan tipe lain seperti di atas) dilewatkan melalui penukar panas primer sehingga terjadi pendinginan pertama di sana. Sebagian udara panas tersebut melewati fan sehingga menghasilkan daya untuk menyedot udara dingin tadi.

Hasil pendinginan pertama kemudian dilewatkan kompresor lalu dilewatkan penukar panas sekunder sehinga terjadi pendinginan yang berulang seperti pada sistem dua roda. Sebagian udara hasil pendinginan lanjut pada penukar panas sekunder kemudian dilewatkan pemulih panas sebelum dilewatkan turbin untuk refrigerasi secara ekspansi. Sebagian lagi langsung dibawa menuju kondenser untuk menjadi pengatur temperatur menggunakan katup pengatur.

Sementara, udara hasil refrigerasi secara ekspansi pada turbin juga dimasukkan ke dalam kondenser untuk dicampurkan guna mengatur kelembapan dan temperatur sebelum dimasukkan ke pemisah air.

Setelah melalui pemisah air, udara dikenakan proses yang berulang dari pemulih panas hingga kondensor untuk hasil yang lebih optimal sebelum dimasukkan ke dalam kabin. Pada sistem empat roda, tidak jauh berbeda, hanya saja digunakan dua turbin (satu untuk fan, satu untuk kompresor).

Penggunaan masing-masing sistem tesebut dipengaruhi oleh kapasitas kabin penumpang. Semakin besar kabin, pendinginan yang diperlukan semakin besar sehingga sistem bootstrap dengan lebih banyak 'roda' diperlukan. Penggunaan masing-masing sistem tersebut dapat diketahui pada tabel berikut. Dapat dilihat bahwa pesawat tertentu memiliki kabin (dan otomatis kapasitas penumpang) lebih besar dengan angka seri lebih besar (B777 dan A380 masing-masing lebih besar dari B737-400 dan A340).

Sumber : Slide Kuliah Dosen Penulis
Sumber : Slide Kuliah Dosen Penulis
Selain itu, desain sistem pengondisian udara harus memerhatikan persyaratan kelaikan udara yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga sertifikasi penerbangan seperti FAA agar pesawat dapat beredar di pasar. Kelaikan tersebut memberikan seumlah batasan pada besar karakteristik udara tertentu yang terdapat dalam kabin. Persyaratan-persyaratan kelaikan tersebut sebagian telah dibahas pada tulisan sebelumnya. Dan sisanya insya Allah akan dibahas pada tulisan lain di masa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun