Mohon tunggu...
M Miftahul Firdaus
M Miftahul Firdaus Mohon Tunggu... Insinyur - Pengagum Soekiman Wirjosandjojo

Pembelajar, Engineer, pengagum Soekiman Wirjosandjojo

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Sepakbola dan (Lunturnya) Kehebatan Otak Britania

6 Juni 2017   12:03 Diperbarui: 6 Juni 2017   12:03 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

***

Rupanya, cerita dalam novel-novel itu terwujud juga di dunia nyata, tapi kali ini di dunia sepakbola. Sejak musim 1888-89 sampai 2016-17, sudah ada 47 manajer Britania yang memenangkan 103 trofi Liga Inggris, dengan rincian 37 manajer Inggris dan 10 manajer Skotlandia. Sir Alex Ferguson, Skotlandia, menjadi pemenang terbanyak (13 gelar) diikuti George Ramsay (Skotlandia) dan Bob Paisley (Inggris) yang masing-masing mengumpulkan enam trofi.

Sisanya sampai sepuluh besar, semuanya orang Britania, dengan rincian enam orang Skotlandia dan empat orang Inggris. Manajer non-Britania dengan gelar Liga Inggris terbanyak adalah Arsene Wenger dari Prancis dan Jose Mourinho dari Portugal, yang masing-masing memenangkan tiga trofi. Dominasi manajer Britania, terutama Skotlandia, terasa sekali pasca Liga Inggris berganti format menjadi Liga Primer dengan dominasi Ferguson yang hanya bisa diselingi oleh Wenger, Mourinho, Carlo Ancelotti, Roberto Mancini, Claudio Ranieri, dan terbaru adalah Antonio Conte.

Namun, jika manajer Britania demikian pintarnya, kenapa timnas negara-negara Britania justru sering keok, seperti halnya Inggris di Piala Eropa edisi terakhir yang berbuntut pemecatan Roy Hodgson? Sejarah malah mencatat negara-negara Britania belum pernah juara Piala Eropa. Bandingkan misalnya dengan Jerman (tiga kali), Spanyol (tiga kali), Prancis (dua kali), dan Uni Soviet, Italia, Ceko, Belanda, Denmark, Yunani, serta Portugal (masing-masing sekali).

Sementara itu, di ajang Piala Dunia, Inggris juara terakhir kali pada 1966. Itu pun mereka berhasil ketika menjadi tuan rumah. Negara-negara Britania yang lain lebih parah lagi nasibnya dalam perolehan gelar juara. Tentu saja tidak selamanya timnas Inggris (begitu juga dengan Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara) dilatih oleh orang Britania juga. Tapi ironisnya, prestasi Inggris mungkin lebih baik saat dilatih Capello (non-Britania) daripada dilatih Hodgson (Inggris tulen).

Di level klub, dominasi manajer Britania juga berakhir dengan pensiunnya Fergie pada 2012-13. Sejak musim saat itu, semua manajer juara bukan orang Britania. Mancini, Ranieri, dan Conte adalah Italiano. Mourinho seorang Portugis. Sementara Manuel Pellegrini datang dari Chile.

Lebih nahas lagi nasib manajer Inggris. Englishman yang menjuarai Liga Inggris terakhir adalah Howard Wilkinson bersama Leeds United pada 1991-92 ketika kompetisi tertinggi di Inggris saat itu masih bernama Divisi Satu.

Musim ini, saat Conte juara, jumlah manajer Britania di Liga Inggris kian terkikis. Kesebelasan-kesebelasan penghuni enam besar dilatih oleh manajer non-Britania (Conte, Mauricio Pochettino, Josep Guardiola, Juergen Klopp, Wenger, dan Mourinho). Sementara para manajer Britania hanya menukangi kesebelasan-kesebelasan semenjana semacam Crystal Palace (Alan Pardew dan Sam Allardyce), Bournemouth (Eddie Howe), Burnley (Sean Dyche), Hull City (sempat dilatih Mike Phelan), Leicester City (Craig Shakespeare), Middlesbrough (Steve Agnew), Sunderland (David Moyes), Swansea City (Paul Clement), dan West Bromwich Albion (Tony Pulis).

Di liga luar Inggris, manajer Inggris seperti Gary Neville meraih hasil yang memalukan sehingga dipecat. Meskipun ada manajer Britania yang menukangi tim top liga lain seperti Brendan Rogers, ia sendiri justru gagal di Liga Inggris bersama Liverpool (setelah hengkangnya Luis Suarez). Begitu pula dengan Moyes yang sempat memiliki laju stabil bersama Everton tapi gagal naik level saat ditunjuk menggantikan Ferguson di Manchester United.

Pertanyaannya, apakah otak Britania yang hebat itu, seperti otak Agatha Christie dan Conan Doyle beserta para tokoh mereka, sudah tidak pintar lagi saat ini? Naik pangkatnya Gareth Southgate menjadi manajer "Tiga Singa" setidaknya memberikan harapan pada publik Britania, khususnya Inggris, bahwa mereka masih memiliki manajer top. Hal itu dibuktikan pada beberapa pertandingan yang sudah ia jalani.

Namun, Southgate masih belum membuktikan apa-apa. Setidaknya sampai ia memenangi gelar, atau paling tidak membawa Inggris melaju jauh di Piala Dunia dan Piala Eropa. Mampukah ia melakukannya? Atau ia justru akan bernasib seperti Hodgson?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun