Mohon tunggu...
M Guntur Sandi Pratama
M Guntur Sandi Pratama Mohon Tunggu... Penulis - Studi Agama-Agama

Alumnus jurusan Studi Agama-Agama, fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, UIN Raden Intan Lampung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keselamatan dalam Agama-Agama

26 Maret 2022   08:41 Diperbarui: 26 Maret 2022   09:05 6189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jainisme adalah agama keselamatan ("Erlösungsreligion"). Dalam Jainisme seperti dalam Buddhisme, seluruh sistem didasarkan pada gagasank kelahirankembali dan transmigrasi. Apa pun yang direkomendasikan atau ditentukan dalam agama keselamatan (setidaknya dalam jangka panjang) kondusifu untukkeselamatan. Perbuatan baik tidak pernah sia-sia. Teks-teks Jaina lebih jauh menekankan bahwa, pada pencarian keselamatan, manusia dilemparkan ke atas dirinya sendiri. Dunia Jainisme penuh  dengan dewa-dewa dari setiap deskripsi (Jaina menentang dicap sebagai ateis), tetapi dewa-dewa ini tidak ikut campur dalam kehidupan manusia - baik sebagai asisten dengan hal-hal duniawi maupun sebagai bantuan untuk keselamatan. Hanya logis bahwa Tirthankaras, pada bagian mereka, bukanlah dewa. Mereka  memang menikmati kehormatan yang tinggi, dan oleh karena itu, sampai tingkat tertentu, mereka mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh ketiadaan dewa  yang benar-benar hadir. Mencapai tahap keselamatan sebagai manusia adalah tujuan utama setiap manusia yang telah mencapai tingkat keselamatan.  Tahap  evolusi manusia. Perjalanan masih panjang namun seseorang tidak punya pilihan lain. Ini adalah jiwa kita (atman di dalam), yang berada dalam perjalanan  kosmik dan setiap manusia harus menawar dengan pilihannya. Setiap kali ego manusia mendorong seseorang untuk berbeda dengan pilihan jiwa kita (atman di  dalam), itu adalah serangkaian stres dan ketegangan terutama di tempat kerja yang harus dilalui seseorang. Untuk menghindari melewati tahap stres dan  ketegangan yang tidak sehat setiap manusia harus mematuhi keinginan jiwa kita (atman dalam) [8]. Keselamatan pada dasarnya adalah akhir dari perjalanan kosmik atman jiwa di dalam tubuh kita. Ini adalah puncak dari kehidupan itu sendiri karena di luar keselamatan tidak ada hal lain yang harus dilakukan oleh jiwa  atman. Tidak ada manifestasi lebih lanjut jiwa atman membebaskan selamanya dari siklus kelahiran dan kematian. Keselamatan dicapai setelah memperoleh  Pencerahan. Setelah mencapai tahap keselamatan tidak ada tempat lain untuk pergi bagi atman jiwa di dalam kecuali ke tempat tinggal Tuhan dan dalam agama Kristen alias kerajaan Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun