Kepala Sekolah Berperan Penting dalam Membangun Budaya Literasi SekolahÂ
Oleh: M. Abd. Rahim
***
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang menjembatani serta mengantarkan siswa menuju kesuksesan di masa depannya.
Oleh karena itu siswa harus dibekali ilmu pengetahuan yang matang. Guru sebagai tonggak utama pendidikan, maka dengan sadar diri menjalankan kewajibannya dengan sebaik mungkin.
Membaca dan menulis adalah proses siswa menemukan dan mendapatkan pengetahuan. Tapi masalahnya siswa zaman sekarang malas membaca dan menulis, lebih semangat mengoperasikan smartphone yang mereka bawa. Seperti main game online, mengakses YouTube dan lain sebagainya.
Dalam membangun budaya literasi di sekolah, tentu dalam hal ini tak lepas dari peran penting sekolah yakni kebijakan dari kepala sekolah.Â
Apa yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dalam membangun budaya literasi di sekolah.Â
Membuat SK GLS
Gerakan literasi, sudah dicanangkan oleh Kemdikbud mulai tahun 2016. Maka dalam hal ini bisa menjadi dasar untuk membuat surat keputusan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Di SK tersebut paling tidak ada ada guru bahasa Indonesia dan guru lain yang mempunyai ghirah untuk kegiatan Literasi tersebut.
Setelah SK tersebut sudah disahkan maka selanjutnya guru atau siswa yang diberi tugas mulai merencanakan, melakukan tugas dan evaluasi bersama kepala sekolah sudah sampai mana keberhasilannya.
Fasilitas Literasi Sekolah yang perlu disiapkan diantaranya:
Perpustakaan
Perpustakaan merupakan tempat yang utama dalam membangun daya literasi siswa. Perpustakaan yang baik adalah bisa menggerakkan siswanya untuk membaca buku di ruangan tersebut.
Dalam hal ini pengurus perpustakaan bisa bekerjasama dengan guru yang terlibat dalam GLS untuk mengaktifkan tujuan dan fungsi dari sebuah perpustakaan.
Di dalam perpustakaan banyak buku yang disediakan dari buku fiksi atau non fiksi dari buku ringan hingga sampai buku penunjang mata pelajaran.
Pojok Baca
Pojok Baca merupakan alternatif kedua, bila siswa malas pergi ke perpustakaan. Pojok Baca merupakan solusi bila siswa tidak sempat ke perpustakaan.
Pojok Baca biasanya ada rak atau lemari yang isinya buku-buku yang disediakan bagi siapa saja yang melewati pojok tersebut.
Seperti siswa ingin menuju kelas, menuju tempat ibadah, menuju kantin di pojok ada buku yang tersedia untuk dibaca.
Gazebo LiterasiÂ
Gazebo merupakan tempat khusus untuk nongkrong, tempat ngumpul siswa. Yang tempatnya di design seperti perpustakaan.
Maka di sisi-sisi gazebo tersebut ada buku-buku yang dipampang di area tersebut. Tidak hanya buku, tapi ada fasilitas Mading yang difungsikan untuk menaruh karya siswa maupun guru.
Gazebo ini biasanya dibangun di halaman, samping, atau di belakang sekolah. Tempat yang dipilih biasanya dekat pepohonan agar menimbulkan suasana yang asri dan sejuk alami.
Dari semua fasilitas yang ada tujuannya adalah agar siswa bisa terbiasa membaca di manapun berada.Â
Bila sudah terbiasa membaca maka akan menjadi budaya, bila sudah menjadi budaya maka bila tidak membaca maka siswa akan merasa kurang dalam hidup kesehariannya.
Ekstra Jurnalistik
Penulis tambahkan, selain beberapa hal yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dalam menunjang atau membangun literasi sekolah yaitu adanya ekstra jurnalistik.
Ekstra jurnalistik dipandang perlu karena di dalamnya ada aktivitas membaca dan menulis. Kegiatan jurnalistik biasanya dari membaca keadaan atau suatu kejadian yang nyata kemudian dituangkan atau di informasikan lewat tulisan
Kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik ini bisa dilakukan satu Minggu satu kali, dilaksanakan dengan cara online maupun offline atau perpaduan antara keduanya.
Aksi Nyata LiterasiÂ
Untuk mengukur keberhasilan budaya literasi sekolah ini, maka ada yang namanya program aksi nyata bagi guru seperti satu guru satu buku (sagusatu).Â
Program ini merupakan keberhasilan guru dalam literasi, maka aksi nyatanya guru bisa menulis dan menerbitkan satu buku.
Atau program lain untuk siswa namanya satu siswa satu tulisan (Sasisatu). Dalam kata lain setiap siswa bisa menulis dan menelurkan karya walau satu tulisan.
Selain itu, pihak perpustakaan atau panitia GLS bisa membuat suatu perlombaan menulis puisi, cerpen bagi siswa.
Atau lomba bagi guru seperti lomba menulis artikel pendidikan, membuat cerpen atau novel.Â
Wadah Karya/LiterasiÂ
1. Menerbitkan Buku
Menerbitkan buku bisa dilakukan setiap tahun, maka karya yang dihasilkan oleh guru maupun siswa bisa dijadikan buku yang dipajang di perpustakaan sekolah.Â
Atau buku tersebut dibagikan kepada wali siswa saat saat kenaikan kelas atau kelulusan sekolah.
2. Buletin atau majalah Sekolah
Selain buku yang menjadi wadah karya siswa maupun guru, buletin atau majalah sekolah bisa menampung karya siswa maupun guru.Â
Misal buletin sekolah terbit satu atau tugas bulan sekali. Bila sudah ada bukti buletin, selanjutnya bisa dibuktikan yang lebih besar yaitu berupa majalah
3. Majalah Digital (Madig)
Majalah digital bisa menjadi wadah karya bagi guru dan siswa. Apalagi zaman sekarang serba canggih membuat majalah digital lewat smartphone juga bisa.
4. Majalah Dinding (Mading)
Majalah dinding sebenarnya pun bisa dijadikan wadah karya siswa maupun guru. Namun sifatnya siswa membuat karya ini, pengurus harus menyediakan bahan-bahan yang diperlukan.
5. Media sosial Instagram, WA atau medsos yang lainnya
Media sosial juga bisa menjadi wadah karya siswa, disamping sebagai wadah juga sekaligus menjadi ruang publikasi serta promosi karya.
Siswa bisa membuat quote, puisi dalam bentuk tulisan digital. Kemudian dishare di Instagram, di status WA atau reel Instagram atau Facebook.
Maka demi kesuksesan dalam membangun budaya literasi sekolah tersebut maka perlu kerjasama yang baik antara kepala sekolah, guru, siswa juga orang tua siswa.
Semoga dari kerjasama yang baik tersebut benar-benar membangun budaya literasi di sekolah, maupun di hati guru dan siswa.
***
Mojokerto, 04 November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H