Mohon tunggu...
M TauhedSupratman
M TauhedSupratman Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Saya suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rapsodi si Leta

18 November 2024   22:11 Diperbarui: 18 November 2024   22:38 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuterima goresan hatimu dan kubaca kalimat demi kalimat sehingga tiada tersisa secuil kata pun. Begitu indah susun kata dan rangkai kalimat itu, sehingga membuat diriku terpana. Setelah kunikmati dan kukaji dalam-dalam susun kata dan rangkai kalimat itu, barulah aku sadar dan mengerti siapa diri ini sebenarnya. Emas tak setara dengan loyang, benang tak sebangsa dengan sutra, begitulah ratap iba ahli syair. Memang, akulah anak manusia papa, papa segala-galanya. Akulah, "esebbhit tada' monyina, eobbhar tada' bauna".1  Dan aku tiada habis pikir, sejak kecil aku dalam keadaan papa dan leta. Entah sampai kapan kepapaan itu akan setia menemani diriku! Hanya Allah yang Maha Tahu!

Aku senantiasa berucap syukur Alhamdulillah, karena dalam keletaan diri, Allah Subhanahu wa ta'ala telah memberikan anugrah tiada tara, tanamkan rasa cinta padamu di relung hati yang paling dalam. Cintaku bukanlah mencintai tubuhmu dan kemolekan bentuk badanmu, tetapi jiwakulah yang mencintai jiwamu. Cintaku padamu, bukanlah cinta dukana! Kecintanku padamu bukan karena kau orang bermartabat dan terhormat di mata masyarakat! Bukan karena jas safari dan sepatumu. Bukan karena semua itu! Aku mencintaimu karena budimu; di dalam matamu kulihat suatu lukisan hati suci dan bersih. Sungguh, dengan penuh kesasadaran, dan harapan semoga kau semakin tidak memahami dan tidak mengerti diriku, aku sering berpuisi:

Hai permata hati,

Namamu terukir 

Dalam catatan harianku 

Perangaimu selalu hadir 

Dalam diskusi kehidupanku 

Rona wajahmu terlukis 

Dalam sketsa mimpi-mimpiku 

Merdu suaramu terekam 

Dalam pita batinku 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun