Minggu pertama bulan Agustus, tepatnya 2 Agustus 2021 mahasiswa Unisma Malang melaksanakan program Kampus Mengajar 2 (KM 2) yang ditempatkan di SDN Klepu 4 Dusun Prangas, Desa Klepu, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. Terdapat tiga program unggulan yang sudah ditetapkan dari pihak pelaksana KM yaitu transfer pengetahuan, teknologi, dan bantuan administrasi sekolah. Selain ketiga program tersebut ada juga program pengabdian kepada sekolah yang diperoleh berdasarkan problematika hasil observasi pada awal penugasan.
Hasil Observasi di lapangan yang menjadi tugas utama pengabdian yaitu mengetuk hati warga sekitar untuk tetap sekolah di negeri. Informasi ini didapatkan dari penuturan guru agama di SDN Klepu 4 "Warga di sekitar sekolah enggan mendaftarkan anaknya sekolah di negeri disebabkan adanya berita kalau sekolah di negeri tidak memiliki bekal agama yang kuat sejak dini, dan setiap pagi diajak bernyanyi bukan mengaji seperti di madrasah". Berbekal informasi tersebut, ketua kelompok KM 2 di SDN Klepu 4 mengadakan musyawarah menyusun agenda perayaan hari-hari besar yang berada di bulan Agustus, dan Oktober. Tujuan diadakannya perayaan hari-hari besar untuk membendung stigma yang selama ini tersebar luas memanfaatkan situasi new normal dimana sekolah diperbolehkan melaksanakan belajar mengajar secara luring.
Kegiatan perayaan hari-hari besar di mulai dari bulan Agustus berisi lomba-lomba siswa-siswi bertajuk "Ke-Indonesiaan dan Keislaman" dalam rangka merayakan HUT RI ke-76. Terkait lomba yang dengan tema Ke-Indonesiaan; baca puisi, menyanyi lagu nasional dan lagu bebas, sedangkan untuk keislaman ada lomba adzan, hafidz al-qur'an, tartil al-qur'an, dan mewarnai kaligrafi. Kegiatan perdana kolaborasi mahasiswa dan guru SDN Klepu 4 mendapat antusias dari siswa, wali murid, dan warga sekitar turut hadir menyaksikan. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya siswa-siswi yang ingin mendaftarkan diri, diperkuat dengan salah seorang wali murid dari siswa kelas III yang mengikutkan putranya tiga jenis lomba sekaligus dengan persiapan yang matang, alhasil mampu menyabet juara disetiap lombanya. Oleh karena situasi pada waktu itu masih belum sepenuhnya normal, tetap menjaga protokol kesehatan untuk mencegah potensi yang tidak diinginkan sebab banyaknya orang yang hadir menyaksikan.
Di bulan Agustus telah mendapatkan antusias dan dukungan dari pihak sekolah secara penuh. Pada bulan Oktober para mahasiswa yang bertugas disana mengadakan acara yang lebih besar dengan memanfaatkan momentum maulid Nabi Muhammad, bulan bahasa, dan peringatan sumpah pemuda, karena kebetulan ketiga hari besar tersebut berdekatan. Benar saja, berdasarkan hasil musyawarah dengan pihak sekolah mendapatkan izin untuk melakukan kegiatan tersebut selama 3 hari berturut-turut.
Acara yang dilaksanakan secara berurutan memeriahkan bulan bahasa dan sumpah pemuda 27-28 Oktober, memperingati maulid Nabi Muhammad, Hari Santri Nasional, serta menyambut hari Pahlawan Nasional pada 29 Oktober. Sesuai dengan problematika yang ingin dituntaskan lomba-lomba diadakan bertema nasional, juga pesan religi. Adapun jenis lomba setiap harinya untuk bulan bahasa terdiri dari pidato/orasi, baca puisi, cipta pantun, dan mewarnai. Berlanjut memeriahkan sumpah pemuda yang sesuai dengan suasana harinya ada lomba menyanyi bebas, sepak bola, estafet karet, dan pukul air. Dari berbagai rangkaian acara tersebut ditutup dengan pawai keliling kampung memperingati maulid Nabi Muhammad dengan siswa memakai busana mulsim, membawa tulisan-tulisan islami mampu mencuri perhatian warga, karena selama kurun waktu 2 tahun kurang lebih belum ada sekolah yang mengadakan acara pawai keliling kampung.
Setelah pengadaan acara besar-besaran salah satu guru menuturkan dan berterima kasih kepada mahasiswa seluruhnya bahwa kegiatan yang diadakan ini sangat luar biasa dan merasa terbantu untuk menunjukkan eksistensi sekolah meskipun negeri tetap religi. Sebagaimana orientasi utama dari dilakukannya banyak kegiatan berbau kebudayaan, memang hanya dengan budaya dan pembuktian nyata dapat mengetuk tanpa disadari hati warga sekitar, juga agar segera terkubur stigma buruk yang dulunya tersebar tentang sekolah negeri setempat dan sekolah negeri pada umumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H