Mohon tunggu...
M. Hikmal Yazid
M. Hikmal Yazid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kapan Nikah? Jawabnya Ada di Tangan, Bukan di Bibir Tetangga

21 Februari 2024   18:38 Diperbarui: 1 Maret 2024   19:40 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kapan nikah?" Pertanyaan klasik yang sering menghantui para lajang, terutama di usia 25 tahun ke atas. Pertanyaan ini, meskipun dilandasi rasa sayang dan kepedulian, tak jarang terasa bagaikan hujan deras yang tiada henti, menerjang mereka yang memilih menunda pernikahan.

  • BPS (2023): Mayoritas pemuda Indonesia (68,29%) masih berstatus belum menikah. Persentase ini meningkat dari 55,55% di tahun 2010.
  • Katadata (2023): Angka pernikahan di Indonesia pada 2022 terendah dalam satu dekade terakhir, yaitu 1,7 juta pernikahan.
  • Datatempo (2022): Tren pernikahan usia muda terus menurun. Pada 2021, pemuda usia 16-30 tahun yang sudah menikah 37,69%, turun 8,8 poin dibandingkan 2011.

Kasus Nyata:

  • Liana (28 tahun): Seorang karyawati swasta yang fokus membangun karir di bidang IT. Liana ingin menikah di usia 30 tahun setelah mencapai target finansial dan memiliki kestabilan karir.
  • Bima (32 tahun): Seorang pengusaha muda yang ingin fokus mengembangkan bisnisnya sebelum menikah. Bima ingin memastikan ia mampu memberikan kehidupan yang stabil bagi calon istrinya.

Keuntungan Menunda Menikah:

  • Kedewasaan: Memiliki waktu untuk mengembangkan diri, mencapai tujuan pribadi, dan menjadi pribadi yang lebih matang.
  • Finansial: Mempersiapkan diri secara finansial untuk membangun keluarga yang stabil.
  • Emosional: Belajar mengelola emosi dan menyelesaikan masalah dengan lebih baik.
  • Pasangan Tepat: Menemukan pasangan yang sevisi dan sefrekuensi, serta siap untuk membangun komitmen jangka panjang.

Menjawab "Kapan Nikah" dengan Elegan:

  • Komunikasi Terbuka: Jelaskan alasan menunda pernikahan dengan tenang dan logis.
  • Tekankan Komitmen: Sampaikan bahwa pernikahan bukan dihindari, melainkan dipersiapkan dengan matang.
  • Libatkan Orang Tua: Ajak orang tua berdiskusi dan mintalah saran mereka untuk kelancaran pernikahan.

Persiapan Menuju Pernikahan Matang:

  • Kedewasaan Emosional: Belajar mengelola emosi, menyelesaikan masalah, dan membangun komunikasi yang baik.
  • Kemandirian Finansial: Memiliki penghasilan stabil, mengelola keuangan dengan baik, dan menyiapkan tabungan untuk masa depan.
  • Ilmu Agama dan Pernikahan: Mempelajari fiqih pernikahan, mengikuti seminar atau pelatihan, dan berkonsultasi dengan pemuka agama.
  • Kesehatan Fisik dan Mental: Menjaga pola makan, berolahraga, dan membangun pola hidup sehat.

Menunda menikah bukan berarti menunda kebahagiaan. Justru, dengan persiapan yang matang, pernikahan akan menjadi awal dari kebahagiaan yang hakiki dan langgeng. Ingatlah bahwa pernikahan adalah ibadah dan komitmen seumur hidup, sehingga perlu dipersiapkan dengan penuh keseriusan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun