"Kapan nikah?" Pertanyaan klasik yang sering menghantui para lajang, terutama di usia 25 tahun ke atas. Pertanyaan ini, meskipun dilandasi rasa sayang dan kepedulian, tak jarang terasa bagaikan hujan deras yang tiada henti, menerjang mereka yang memilih menunda pernikahan.
- BPS (2023): Mayoritas pemuda Indonesia (68,29%) masih berstatus belum menikah. Persentase ini meningkat dari 55,55% di tahun 2010.
- Katadata (2023): Angka pernikahan di Indonesia pada 2022 terendah dalam satu dekade terakhir, yaitu 1,7 juta pernikahan.
- Datatempo (2022): Tren pernikahan usia muda terus menurun. Pada 2021, pemuda usia 16-30 tahun yang sudah menikah 37,69%, turun 8,8 poin dibandingkan 2011.
Kasus Nyata:
- Liana (28 tahun): Seorang karyawati swasta yang fokus membangun karir di bidang IT. Liana ingin menikah di usia 30 tahun setelah mencapai target finansial dan memiliki kestabilan karir.
- Bima (32 tahun): Seorang pengusaha muda yang ingin fokus mengembangkan bisnisnya sebelum menikah. Bima ingin memastikan ia mampu memberikan kehidupan yang stabil bagi calon istrinya.
Keuntungan Menunda Menikah:
- Kedewasaan: Memiliki waktu untuk mengembangkan diri, mencapai tujuan pribadi, dan menjadi pribadi yang lebih matang.
- Finansial:Â Mempersiapkan diri secara finansial untuk membangun keluarga yang stabil.
- Emosional:Â Belajar mengelola emosi dan menyelesaikan masalah dengan lebih baik.
- Pasangan Tepat: Menemukan pasangan yang sevisi dan sefrekuensi, serta siap untuk membangun komitmen jangka panjang.
Menjawab "Kapan Nikah" dengan Elegan:
- Komunikasi Terbuka:Â Jelaskan alasan menunda pernikahan dengan tenang dan logis.
- Tekankan Komitmen: Sampaikan bahwa pernikahan bukan dihindari, melainkan dipersiapkan dengan matang.
- Libatkan Orang Tua:Â Ajak orang tua berdiskusi dan mintalah saran mereka untuk kelancaran pernikahan.
Persiapan Menuju Pernikahan Matang:
- Kedewasaan Emosional: Belajar mengelola emosi, menyelesaikan masalah, dan membangun komunikasi yang baik.
- Kemandirian Finansial: Memiliki penghasilan stabil, mengelola keuangan dengan baik, dan menyiapkan tabungan untuk masa depan.
- Ilmu Agama dan Pernikahan: Mempelajari fiqih pernikahan, mengikuti seminar atau pelatihan, dan berkonsultasi dengan pemuka agama.
- Kesehatan Fisik dan Mental: Menjaga pola makan, berolahraga, dan membangun pola hidup sehat.
Menunda menikah bukan berarti menunda kebahagiaan. Justru, dengan persiapan yang matang, pernikahan akan menjadi awal dari kebahagiaan yang hakiki dan langgeng. Ingatlah bahwa pernikahan adalah ibadah dan komitmen seumur hidup, sehingga perlu dipersiapkan dengan penuh keseriusan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H