Mohon tunggu...
M. Hikmal Yazid
M. Hikmal Yazid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teologisme Bioskop

16 Februari 2024   14:55 Diperbarui: 16 Februari 2024   15:36 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kota kecil yang terletak di lereng bukit, hiduplah seorang pria bernama Arjun. Dengan rambut hitam pekat dan mata yang penuh kegelisahan, Arjun adalah seorang yang mencintai keheningan. Kehidupannya yang sepi terus dihantui oleh bayang-bayang masa lalu yang kelam. Sepuluh tahun yang lalu, kekasihnya meninggalkan dunia ini tanpa alasan yang jelas, meninggalkan Arjun dalam kekosongan yang tak terbayangkan.

Suatu sore yang cerah, ketika matahari mulai tenggelam di ufuk barat, pikiran tak terduga menyelinap ke dalam benak Arjun. Apakah Tuhan juga merasakan kisah hidup manusia melalui layar bioskop? Pertanyaan ini muncul begitu saja, seolah-olah ada panggilan dari alam semesta yang memintanya untuk kembali ke tempat yang selama ini dihindarinya.

Pertanyaan itu menjadi seperti benih yang tumbuh di dalam benak Arjun. Meskipun pada awalnya ia mencoba mengabaikannya, panggilan itu semakin kuat, seperti bisikan keabadian yang tak bisa diabaikan. Dalam kegelisahan dan kebingungan, Arjun akhirnya memutuskan untuk merencanakan pertemuan khusus dengan Tuhan di bioskop.

Namun, sebelumnya, dia harus membuat pilihan sulit: memilih film yang akan mereka tonton bersama. Antara cerita yang menggetarkan jiwa dan hiburan yang ringan, Arjun merenung. Akhirnya, ia memilih sebuah film yang menggambarkan perjalanan kehidupan, harapan, dan cinta. Pilihan ini seolah menjadi petunjuk dari langit, membimbingnya dalam persiapan pertemuan yang tak terduga.

Hari pemutaran perdana tiba, dan kota kecil yang biasanya sunyi menjadi ramai oleh antusiasme para penonton. Arjun tiba di bioskop dengan hati yang berdebar-debar. Meskipun sebagian dari dirinya masih meragukan arti dari pertemuan ini, ia memesan dua tiket: satu untuk dirinya dan satu untuk Tuhan yang tak terlihat.

Ketika film mulai diputar, ketiadaan Tuhan semakin menciptakan teka-teki dalam hati Arjun. Adegan demi adegan menggambarkan kisah hidupnya sendiri. Ia merasakan getaran emosional yang tak terduga, tetapi di sekitarnya, penonton hanya melihatnya sebagai bagian dari hiburan semata.

Kekecewaan dan Pertanyaan Tanpa Jawaban

Setelah film selesai, Arjun keluar dari bioskop dengan hati yang terasa kosong. Pertemuan yang diharapkannya sebagai jawaban atas pertanyaan hidupnya malah meninggalkannya dengan kekecewaan yang mendalam. Pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban merayap di benaknya, menggoyahkan keyakinan yang dia bangun.

Namun, di tengah kegelapan, Tuhan muncul kembali dari layar dengan senyuman yang penuh makna. Tatapan Arjun bertemu dengan mata Tuhan, seolah-olah menyusun dialog tanpa kata. Ada komunikasi yang lebih dalam, sebuah pengertian di luar kata-kata biasa.

Dengan keberanian yang timbul dari rasa ingin tahu yang tak terbatas, Arjun bertanya pada Tuhan tentang alasan keterlambatan-Nya. Senyum Tuhan memberikan kehangatan yang tak tergantikan. Arjun merasa seperti kembali bertemu dengan teman lama yang telah lama tidak ditemuinya.Tuhan, dengan lembut, bertanya, "Bisakah kau menghentikan perang? Agar kita bisa nonton lagi di lain waktu." Pertanyaan besar ini memunculkan pertimbangan dan pertanyaan lebih lanjut dalam benak Arjun.

Dalam keheningan yang mendalam, Arjun merenung pada jawaban yang telah diberikan Tuhan. Dalam setiap detik keheningan, ia merasakan kehadiran Tuhan yang tak terlihat. Pilihan yang dihadapkan padanya membuatnya semakin menyadari arti dari pertemuan ini. Senyum Tuhan menjadi semacam jawaban tanpa kata. Dalam kesunyian, Arjun merasa bahwa dia telah diberi tugas yang lebih besar dari dirinya sendiri. Ia merasa sebuah panggilan untuk menyusuri perjalanan baru yang tak terduga.

Arjun memberanikan diri menjawab, "Bisa, tapi aku ingin dilahirkan kembali di tanah para nabi-nabi. Aku akan cegah perang dengan cinta." Senyum Tuhan, kali ini lebih dalam dan penuh makna, menjadi jawaban pada keputusan berani Arjun.

Keputusan untuk dilahirkan kembali di tanah yang sarat dengan sejarah itu membawa Arjun pada petualangan yang baru. Dengan hati yang penuh semangat, ia menerima takdirnya yang tak terduga, siap menjalani kehidupan yang penuh makna di tempat yang dianggapnya sebagai tanah kebijaksanaan.

Arjun menjalani hidup barunya dengan penuh semangat dan tekad. Di tanah para nabi-nabi, ia menemukan keindahan dan kearifan yang melampaui imajinasinya. Bersama dengan cinta kasih Tuhan, ia menghadapi tantangan baru dan menjalani peran barunya sebagai pembawa perdamaian.

Petualangan Arjun membawanya bertemu dengan orang-orang yang memiliki cerita hidupnya masing-masing. Bersama-sama, mereka berusaha menghentikan lingkaran kekerasan yang terus berputar. Arjun menjadi saksi dan agen perubahan, membawa pesan cinta dan kedamaian di setiap langkahnya.

Di tengah kisahnya yang terus berkembang, Arjun mulai memahami peran barunya dengan lebih dalam. Ia menyadari bahwa ini bukan hanya tentang menghentikan perang di dunia, tetapi juga tentang menemukan kedamaian dalam diri sendiri. Setiap langkah yang diambilnya adalah langkah menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan, cinta, dan makna eksistensi.

Dalam perjalanannya yang tak terduga, Arjun menemukan bahwa kisah hidupnya adalah kisah yang terus berkembang. Setiap langkah, setiap keputusan, membawanya pada babak baru yang membuka jendela ke dunia yang lebih luas. Senyum Tuhan, yang senantiasa menyertai setiap langkahnya, menjadi sumber kekuatan dan inspirasi.

Mungkin pertemuan khusus di bioskop itu hanya awal dari petualangan panjangnya. Dalam setiap detiknya, Arjun menyadari bahwa kehidupan adalah sebuah film yang terus diputar. Dan di setiap adegannya, Tuhan senantiasa menjadi sutradara yang bijaksana, membimbingnya menuju akhir yang tak terduga namun penuh makna.

Arjun, seorang pria dengan rambut hitam pekat dan mata yang penuh kegelisahan, hidup dalam keheningan di sebuah kota kecil di lereng bukit. Kesepian dan bayang-bayang masa lalu yang kelam selalu menghantui hari-harinya. Sepuluh tahun yang lalu, kekasihnya meninggalkan dunia ini tanpa alasan yang jelas, meninggalkan Arjun dalam kekosongan yang tak terbayangkan.

Suatu sore, ketika matahari tenggelam di ufuk barat, pikiran tak terduga menyelinap ke dalam benak Arjun. Apakah Tuhan merasakan kisah hidup manusia melalui layar bioskop? Pertanyaan ini menjadi benih yang tumbuh di dalam benaknya. Meskipun pada awalnya diabaikan, panggilan itu semakin kuat, seperti bisikan keabadian yang tak bisa diabaikan.

Dalam kegelisahan dan kebingungan, Arjun memutuskan untuk merencanakan pertemuan khusus dengan Tuhan di bioskop. Sebelumnya, dia harus membuat pilihan sulit: memilih film yang akan mereka tonton bersama. Antara cerita yang menggetarkan jiwa dan hiburan yang ringan, Arjun memilih film yang menggambarkan perjalanan kehidupan, harapan, dan cinta.

Hari pemutaran perdana tiba, dan kota kecil itu menjadi ramai oleh antusiasme para penonton. Arjun tiba di bioskop dengan hati yang berdebar-debar. Film dimulai, dan ketiadaan Tuhan semakin menciptakan teka-teki dalam hati Arjun. Adegan demi adegan menggambarkan kisah hidupnya sendiri.

Setelah film selesai, Arjun keluar dari bioskop dengan hati yang terasa kosong. Pertemuan yang diharapkannya sebagai jawaban atas pertanyaan hidupnya malah meninggalkannya dengan kekecewaan yang mendalam. Senyum Tuhan yang terlihat di layar hanya menjadi kenangan pahit dalam benaknya.

Dalam keputusasaan, Arjun bertanya pada Tuhan tentang alasan keterlambatan-Nya. Senyum Tuhan memberikan kehangatan yang tak tergantikan. Arjun merasa seperti kembali bertemu dengan teman lama yang telah lama tidak ditemuinya. Dengan keberanian yang timbul dari rasa ingin tahu yang tak terbatas, Arjun bertanya pada Tuhan tentang tujuan pertemuan ini.

Dalam keheningan yang mendalam, Arjun merenung pada jawaban yang telah diberikan Tuhan. Senyum Tuhan menjadi semacam jawaban tanpa kata. Dalam kesunyian, Arjun merasa bahwa dia telah diberi tugas yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Dalam keheningan hatinya yang penuh penyesalan, Arjun merenung. Pertemuan khusus di bioskop yang awalnya diharapkan membawa jawaban, kini hanya menjadi kenangan pahit. Ia meratap di tengah reruntuhan, memikul beban kesalahan yang tak terbayangkan. Senyum Tuhan yang dulu memberikan kehangatan, kini menjadi tatapan tanpa makna di dalam keheningan. Arjun, yang awalnya mencari arti kehidupan, kini menemukan dirinya terjebak dalam kegelapan yang diciptakan oleh tangan-tangannya sendiri. Pertanyaan hidup yang terus menerus menghantui, dan Arjun harus menjalani sisa hidupnya dengan memikul beban keputusan yang tak terbalas. Dalam kekalutan dan keheningan yang penuh penyesalan, kisah Arjun berakhir tragis, menjadi catatan kelam dalam buku sejarah tanah para nabi-nabi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun