Mohon tunggu...
M. Hikmal Yazid
M. Hikmal Yazid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mimpi Buruk Akademis (Realitas)

18 Januari 2024   18:43 Diperbarui: 18 Januari 2024   18:53 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FOTO: Antaranews.com

Dalam rentetan perjalanan karier modern, pertanyaan seputar nilai dan relevansi pendidikan tinggi, khususnya tingkat Magister (S2) dan Doktor (S3), menjadi semakin mencolok.

Sosok-sosok di sekitar kita, mungkin termasuk diri kita sendiri, terjebak dalam pertimbangan serius tentang apakah melangkah lebih tinggi dalam dunia akademis atau menapaki jalan keberhasilan melalui pengalaman lapangan.

Pentingnya menempuh pendidikan tinggi bukanlah rahasia lagi. Dunia ini terus berkembang dan menuntut pemahaman mendalam serta keterampilan tingkat tinggi. Akan tetapi, di balik keberlanjutan ini, muncul pertanyaan mendalam: sejauh mana gelar tersebut membuka pintu untuk sukses? Apakah benar tinggi strata pendidikan berbanding lurus dengan jabatan, prospek karier, dan pendapatan?

Dalam realitasnya, jawabannya tak selalu hitam di atas putih. Ambisi karier seringkali menjadi roh dari keputusan melanjutkan studi. Semakin tinggi derajat pendidikan, semakin besar peluang untuk menduduki jabatan tinggi. Namun, sulit untuk mengabaikan bahwa minat pribadi dan kebutuhan hidup juga memainkan peran penting. Beban belajar yang terus meningkat dan tantangan akademis menjadi pembatas bagi mereka yang berada di persimpangan antara karier dan gelar.

Namun, pertanyaan kritis muncul: Apakah derajat tinggi sejatinya memberikan keunggulan konkret di lapangan pekerjaan? Di berbagai sektor, terutama dalam industri yang lebih menghargai keterampilan praktis, gelar tinggi bukanlah satu-satunya tolak ukur kesuksesan. Pengalaman lapangan dan keterampilan praktis seringkali dinilai lebih tinggi daripada deretan gelar akademis yang menghiasi tembok.

Ada hambatan-hambatan yang tak terhindarkan dalam menempuh pendidikan tinggi. Kendala finansial, yang seperti bayangan hitam, sering menghalangi langkah-langkah menuju derajat lebih tinggi. 

Sementara itu, kurangnya program studi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan pasar kerja merajalela, membuat beberapa orang ragu untuk melangkah lebih jauh.

Namun, di balik hambatan dan dilema tersebut, ada permata berharga yang dapat ditemukan di dunia pendidikan tinggi. Keterampilan mendalam, jaringan profesional yang kuat, dan kepercayaan diri yang diperoleh dari perjuangan akademis adalah bekal berharga yang tidak dapat diabaikan. 

Mereka yang melanjutkan studi tinggi membawa pulang tidak hanya selembar kertas diploma, tetapi juga ransel penuh pengetahuan dan pengalaman yang membentuk pola pikir dan pandangan hidup.

Solusi bukanlah menghapuskan satu opsi untuk kepentingan yang lain, melainkan menciptakan keseimbangan. Pemangku kebijakan pendidikan dan dunia kerja perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa pendidikan tinggi tidak hanya menjadi batu loncatan menuju karier yang sukses, tetapi juga mempersiapkan individu untuk menghadapi realitas lapangan pekerjaan yang terus berubah.

Dalam narasi ini, bukanlah niat untuk mengecilkan nilai pendidikan tinggi. Namun, panggilan untuk menyelaraskan ekspektasi dan realitas lapangan kerja agar setiap langkah dalam pendidikan dan karier memiliki makna yang dalam. 

Melangkah lebih tinggi dalam pendidikan boleh jadi adalah perjalanan berliku, namun jika dijalani dengan tekad dan tujuan yang jelas, hasilnya dapat menjadi investasi berharga untuk masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun