Nama: M. Ghandhi Adihtya Fitrah
NIM: 07041282227117
Dosen Pengampuh: Nur Aslamiah Supli, BIAM., M.Sc
 Fenomena Arab Spring adalah sebuah istilah dari negara Barat untuk menyebut kondisi dimana negara-negara di timur tengah mulai melakukan transisi dari sistem monarki menjadi sistem demokrasi.
 Sederhananya, Arab spring merupakan kondisi dimana masyarakat negara-negara Arab dan Timur Tengah yang menuntut kehidupan lebih demokratis sejak 1990-an. Hal tersebut menjadi layaknya bola salju bagi pemerintahan di negara-negara tersebut. Di pihak pemerintah, mereka berkeinginan melakukan perubahan pemerintahan yang lebih mengarah kepada perbaikan Hak Asasi Manusia (HAM) di tengah-tengah kedua proses tersebut berlangsung pula kerusuhan dan perlawanan terhadap rezim otoriter yang terjadi di Tunisia.
 Di Tunisia terdapat perlawanan terhadap Ben Ali, kasus pemberontakan di Tunisia ini merupakan cikal-bakal Arab Spring dimulai. Sementara itu, Arab Spring terjadi juga di Mesir dimana Mursi dari kelompok Ikhwanul muslimin menang pada pemilihan presiden Juli 2012. Dari beberapa fenomena penting yang ada dari kondisi masyarakat yang ada, Arab Spring yang terjadi pada tahun 2011 merupakan tonggak awal dimana masyarakat negara-negara Arab beralih menuju masyarakat yang jauh lebih demokratis.
 Walaupun begitu di sisi lain demokratisasi pada masyarakat Arab ini sendiri mengalami tantangan yang berat juga karena secara prinsip sistem demokrasi merupakan sistem yang lahir dan berkembang di negara Barat. Permasalahan yang berkaitan dengan demokrasi yang ada di negara-negara Arab dikhawatirkan berlangsung tidak maksimal karena masih terdapat unsur-unsur kecurangan atau praktik-praktik otoritarian dikalangan pemimpin-pemimpin negara-negara Arab. Di sisi lain, banyak pihak yang optimis bahwa demokrasi mampu berinteraksi dengan budaya Arab yang mayoritas muslim.Â
 Pemicu meledaknya peristiwa Arab Spring ini berawal ketika Mohamed Bouazizi yang merupakan seorang lulusan dari sebuah universitas dan mendapatkan perlakuan yang sangat buruk oleh aparatur negara, dia yang berasal dari universitas harus menjalani hidup sebagai pedagang kaki lima dan dirazia oleh aparat. Dari peristiwa tersebut, MohamedBouazizi melakukan protes dan unjuk rasa hingga berujung melakukan aksi bakar diri.
 Dari aksi tersebut kemudian muncul demonstran yang melakukan demonstrasi besar-besaran di Tunisia dan membuat gerakan rakyat atau people power yang terstruktur dan terbantu karena adanya media sosial.
 Ben Ali sebagai Presiden Tunisia mundur dengan dua faktor yang melatarbelakangi keputusannya untuk mundur. Pertama, gerakan demonstran di seluruh negeri semakin kuat dan tidak mampu lagi dikendalikan, ditambah dengan tuntutan demonstran akibat dari tindakan represif aparat. Kedua, Barat tidak lagi memberikan dukungan ketika Ben Ali mengalami krisis, artinya tidak ada lagi bantuan bagi Ben Ali terkait nasibnya yang mencari suaka politik bahkan Amerika Serikat justru mendukung demonstran untuk proses demokratisasi Tunisia.