Mohon tunggu...
Mohammad Alamsyach Karim A.
Mohammad Alamsyach Karim A. Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Program Studi HKI UMM

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh jenjang perguruan tinggi (S1) di sebuah universitas besar yang berada di Kota Malang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Paham Arti Kepemimpinan

20 November 2020   22:00 Diperbarui: 24 November 2020   19:45 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sila pertama Pancasila menggambarkan dengan sangat jelas bahwa Tuhan-lah kiblat dalam berbangsa dan bernegara. (Sumber gambar: dreamstime.com)

Ketuhanan Yang Maha Esa” adalah bunyi sila pertama yang tercantum didalam Pancasila, tertulisnya sila pertama menggambarkan dengan sangat jelas bahwa Tuhan-lah kiblat yang menjadi acuan berbangsa dan bernegara. Kepercayaan kepada Tuhan dapat dioptimalkan dengan praktik yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

Sistem pemerintahan di Indonesia menganut paham presidensial yaitu sistem negara yang dipimpin oleh seorang presiden dan wakil presiden yang merupakan kepala negara dan kepala pemerintahan. Dalam menjalankan setiap pekerjaannya, presiden dibantu oleh para menteri atau yang sering disebut dengan kabinet.

Selain itu, presiden diawasi oleh dua parlemen yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dimana kedua parlemen tersebut dipilih rakyat untuk mewakilkan suara rakyat.

Seorang pemimpin yang menjabat sebagai petinggi negara dipilih oleh rakyat karena rakyatlah pemegang suara tertinggi, begitu pula Negara Indonesia yang disebut sebagai negara demokrasi. Keinginan mendapatkan pemimpin yang mampu memimpin demi kemajuan Indonesia, diperlukan kesadaran untuk membenahi terlebih dahulu rakyat di dalamnya.

KH. Hasan Abdullah Sahal pernah berkata yang intinya “Untuk terhindar dari pemimpin dzolim, hendaknya masyarakat menjauhi kedzoliman”. Begitulah pesan beliau yang menginspirasi masyarakat Indonesia agar terbangun dari tidur panjang dan bergegas menuju kemenangan.

Dapat diartikan bahwa pemimpin yang terpilih di Indonesia merupakan cerminan dari masyarakat yang ada di dalamnya. Kesadaran akan rasa kepemilikan terhadap negara dibutuhkan agar rakyat tidak semena-mena dalam menentukan pemimpin negara.

Memilih pemimpin yang senantiasa menyambungkan keinginan rakyat untuk mencapai negara yang makmur dan sejahtera perlu adanya paham masyarakat tentang arti kepemimpinan. Sebagai negara demokrasi, masyarakat yang memiliki suara terkuat dalam menentukan seorang pemimpin negara.

Sejatinya masyarakat adalah pemimpin untuk dirinya sendiri karena kepemimpinan ialah karakter dan kepribadian masing-masing. Dengan kata lain, setiap manusia adalah pemimpin untuk dirinya sendiri dalam menentukan jalan ke arah dan tujuan yang diinginkan.

Sama halnya dengan pemimpin yang ada di negara, akan tetapi lingkupnya lebih luas dan tujuan yang harus dicapai bukanlah tujuan pribadi melainkan tujuan bersama untuk kebaikan bersama. Pemilihan pemimpin yang diharapkan bukan karena harta semata, tetapi rakyat harus melihat pemimpin dari jiwa kepemimpinan dan tanggung jawabnya terhadap negara.

Pemimpin adalah sebutan bagi mereka yang rela berkorban untuk rakyatnya dari segi tenaga dan pikiran, kalaupun sampai dibutuhkan sejumlah materi akan dikorbankan untuk rakyat dan bangsanya. Karena menjadi seorang pemimpin bukan suatu jabatan atau jalan untuk mencari kekayaan, melainkan sebuah amanah yang kelak harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Menjadi pemimpin harus siap berkorban tetapi jangan jadi korban.

Sila pertama dapat menjadi acuan dalam memilih seorang pemimpin, yaitu pemimpin yang taat akan Tuhan. Mengapa harus taat kepada Tuhan? 

Sejatinya seorang pemimpin yang taat kepada Tuhan tidak akan melanggar perintah Tuhan. Apabila memilih pemimpin yang tidak taat atas perintah Tuhan, bagaimana mungkin pemimpin tersebut taat atas perintah yang diciptakan oleh rakyat secara musyawarah?

Maka pemimpin yang diinginkan adalah pemimpin yang senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjalankan kepemimpinan dengan amanah dan rasa tanggung jawab.

Generasi penerus estafet kepemimpinan yaitu pemuda-pemudi bangsa yang akan memimpin negara ini di masa depan. Perbaikan terhadap pemuda-pemudi bangsa saat ini sangat berpengaruh terhadap Indonesia yang akan mendatang.

Maka beberapa tugas kepemimpinan hari ini adalah mencetak pemuda-pemudi bangsa yang bertaqwa kepada Tuhan untuk meneruskan estafet kepemimpinan di masa yang akan datang. Menciptakan generasi yang memiliki nilai tanggung jawab yang kuat untuk memegang amanah dalam memimpin Negara Indonesia. Mendidik generasi penerus bangsa yang mencintai tanah air dan yang siap bekerja agar Indonesia menjadi lebih baik.

Tidak lepas dari semua usaha dan perjuangan yang dilakukan jangan pernah melupakan wujud Tuhan Yang Maha Esa. Kehidupan adalah tentang perjuangan bukan soal pasrah dengan keadaan. Perlu digarisbawahi usaha tanpa doa sama dengan kebohongan dan doa tanpa usaha sama dengan omong kosong. Keduanya berjalan seirama untuk menciptakaan kehidupan yang dicita-citakan.

Penulis : Mohammad Alamsyach Karim A. (Mahasiswa Prodi Hukum Keluarga Islam, FAI Universitas Muhammadiyah Malang)
Penulis : Mohammad Alamsyach Karim A. (Mahasiswa Prodi Hukum Keluarga Islam, FAI Universitas Muhammadiyah Malang)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun