Salah satu sumber biomassa yang potensial dan berlimpah adalah batang tanaman singkong. Batang singkong selama ini hanya 10% tinggi batang yang dimanfaatkan untuk ditanam kembali dan 90% sisanya merupakan limbah. Batang singkong ini bisa digunakan menjadi briket arang. Briket arang adalah bahan bakar padat tanpa asap. Banyak petani yang belum tahu memanfaatkan limbah batang singkong ini. Selama ini hanya di tumpuk dan di bakar sehingga membuat polusi. Padahal, limbah batang singkong bisa diolah lebih lanjut menjadi produk turunan seperti briket bahan bakar,
Dalam upaya mendukung keberlanjutan lingkungan, sebuah inovasi menarik muncul di dunia pertanian. Kami mahasiswa KKN Untag Surabaya yang beranggotakan Naufal Daffa Yudhistira, M.Izza Afnan, Syam Chaqul Tansatrisna, berhasil mengembangkan metode pembuatan briket menggunakan limbah batang singkong. Briket ini tidak hanya menjadi solusi kreatif untuk mengelola limbah pertanian tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap pengurangan emisi karbon. Sosialisasi mengenai hal ini telah kami lakukan di Balai Desa Kemasantani pada tanggal 19 Januari 2024 Acara ini dihadiri oleh anggota subkelompok kami dan DPL kami Ibu Herlina kusumaningrum. Para Mitra kelompok Tani, Suprianto, Shobirini, A. Sugianto, menyambut baik inovasi ini karena dapat membantu mengurangi jumlah limbah pertanian yang dibuang ke lingkungan. Briket yang dihasilkan juga terbukti efisien dalam penggunaannya sebagai bahan bakar, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Adapun cara pembuatan dari briket limbah batang singkong, diantaranya :
- Yang pertama mengupas batang singkong
- Lalu memasuki tahap pembakaran
- Setelah menjadi arang lalu di tumbuk hingga menjadi abu
- Setelah menjadi abu lalu memasuki persaringan agar menjadi halus abunya
- Lanjut memasuki tahap perebusan tepung tapioka hingga mengental
- Setelah tepung mengental lalu dicampurkan dengan abu arang yang sudah halus
- Setelah dicampurkan dengan tepung tapioka yang sudah mengental lanjut memasuki tahap pencetakan briket.
Kami juga mendapatkan testimoni dari kelompok tani kami, bapak Shobirini, selaku dari kelompok tani. “ingin dibuatkan tata cara pembuatan briket yang lebih jelas agar mudah untuk di praktekan dirumah”, ujar Bapak Shobirini. Ibu Herlina selaku DPL kami berharap dengan adanya sosialisasi ini diharapkan agar para kelompok tani dapat menerapkan hal tersebut secara berkelanjutan.
#KitaUntagSurabaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H