Mohon tunggu...
M AKHYAR
M AKHYAR Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus

Menulis menjadi aktivitas menyenangkan, Melihat dengan Hati, Menginspirasi seluruh Negeri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Khusus dalam Perspektif Penerapan Budaya Positif

8 Agustus 2024   12:56 Diperbarui: 8 Agustus 2024   12:58 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan zaman selalu menuntut setiap orang untuk dapat beradaptasi, tangguh, dan fleksibel. Individu yang tangguh hanya diperoleh dari hasil proses pendidikan. Pendidikan adalah segala upaya sadar yang bertujuan untuk membimbing setiap potensi yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi mungkin, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. 

Pendidikan selalu menjadi tumpuan dan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat hal ini selaras dengan cita-cita dari Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara, pendidikan seharusnya berfokus pada pengembangan kekuatan alami anak-anak, sehingga mereka dapat memperbaiki perilakunya (bukan sifat dasarnya). Anak-anak merupakan sebuah kehidupan yang akan tumbuh menurut kodratnya sendiri, yaitu kekuatan hidup lahir dan batin mereka.

Ki Hadjar Dewantara menekankan arti penting memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman dalam diri anak semasa pendidikan. Kondisi alam yang berbeda akan membentuk kebiasaan dan psikologis murid yang berbeda pula. 

Begitu pula dengan perkembangan teknologi yang sangat maju saat ini akan berdampak pada hal-hal yang berpengaruh pada murid baik secara positif maupun negatif termasuk pada lingkungan pendidikan khusus dengan segala keragaman peserta didik maka sangat perlu perhatian dan layanan yang sesuai dengan setiap aspek karakteristik anak .

Dalam proses "membimbing" ini, guru diibaratkan sebagai seorang petani, sedangkan murid sebagai biji jagung. Petani hanya bisa merawat jagung dengan baik, seperti memberikan air, pupuk, dan membersihkan dari tanaman serta hewan pengganggu, agar hasil panen jagung optimal. Seorang petani tidak boleh berharap menanam jagung tetapi mendapatkan padi saat panen. 

Dalam proses membimbing, anak-anak juga perlu diberikan kebebasan, namun pendidikan sebagai "Among" harus memberikan arahan dan panduan agar mereka tidak tersesat atau membahayakan diri sendiri. Oleh karena itu, bimbingan seorang pendidik harus mampu membuat anak-anak mampu mengelola diri mereka untuk hidup bersama dengan orang lain, menjadi individu yang baik sekaligus anggota masyarakat.

Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu menciptakan lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung dan bekerja sama untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan baik. Kebiasaan-kebiasaan ini akan berkembang menjadi karakter-karakter baik bagi seluruh warga sekolah. 

Seperti halnya pada anak-anak yang mengalami hambatan atau berkebutuhan khusus tentu perlu dibentuk kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya berkelanjutan agar anak dapat memahami secara utuh kebiasaan-kebiasaan yang akan dikembangkan tersebut. Akhirnya, karakter-karakter yang terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan baik ini akan menciptakan "budaya positif". 

Guru yang dalam hal ini adalah guru di lingkup satuan pendidikan khusus hendaknya memulai budaya positif dari skala kecil seperti di ruang-ruang kelas dengan membimbing murid menerapkan keyakinan kelas yang telah disepakati sebagai upaya perubahan menuju yang lebih baik, agar menjadi pribadi yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri berdasarkan nilai-nilai yang mereka percayai.

Keberhasilan penerapan budaya positif sangat erat kaitannya dengan disiplin dan budaya yang diterapkan di sekolah. Mewujudkan budaya positif ini tidaklah mudah, banyak hambatan dan rintangan yang akan dihadapi karena masih banyak murid yang tidak disiplin sehingga budaya positif belum terwujud sepenuhnya. 

Budaya positif di sekolah mencakup nilai-nilai dan kebiasaan yang mendukung perkembangan murid menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab. Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan berkreasi secara mandiri dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu dievaluasi adalah bentuk disiplin yang selama ini diterapkan di sekolah-sekolah kita.

Untuk kita ketahui bersama bahwa budaya positif sekolah akan dapat melahirkan karakter-karakter yang selaras dengan Profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila dapat dicetak dari lingkungan sekolah yang memiliki budaya positif. Terwujudnya budaya positif ini memerlukan proses dan kolaborasi semua warga sekolah, orang tua, dan lingkungan masyarakat. 

Proses penerapannya seringkali menemui kendala baik kurangnya kepedulian dari warga sekolah dan murid yang masih sulit untuk diajak disiplin dan berbudaya positif. Terwujudnya budaya positif, tantangannya banyak dan tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan satu cara saja karena kita menghadapi murid yang berbeda karakternya, berbeda latar belakangnya, ekonomi keluarganya dan berbeda tempat tinggalnya. Oleh sebab itu, pendekatan dan strategi yang akan kita terapkan di dalam kelas juga akan bervariasi pula. Maka di sinilah seorang guru harus memiliki keempat kompetensi sebagai seorang guru.

Kenyataannya  sebagai pendidik, kita sering menghadapi situasi yang tidak dapat kita ubah. Ketika hal ini terjadi, saatnya kita diuji untuk mengubah diri sendiri. Profesi pendidik sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan dan keterbatasan. Namun, pendidik yang bersedia mengembangkan diri dan terus berinovasi dapat membawa perubahan besar, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga bagi anak didiknya dan bangsa secara keseluruhan. Pendidik yang mampu melihat peluang di tengah kesulitan, yang terus belajar dan beradaptasi, akan selalu menemukan cara untuk memberikan pendidikan terbaik meskipun dalam kondisi serba terbatas atau terpinggirkan.

Dalam kehidupan ini, terlalu sering kita terjebak dalam keinginan untuk menjadi bagian dari kerumunan ekosistem yang masih "zona nyaman", mengikuti arus tanpa pertanyaan, dan menyerahkan jati diri kita demi diterima oleh orang banyak. Namun, ada kekuatan luar biasa dalam menjadi individu yang berani berbeda dan menonjol dari kerumunan. 

Menjadi manusia yang menyala di tengah kegelapan tidak hanya membuat kita lebih terlihat, tetapi juga memberikan dampak positif yang besar bagi lingkungan sekitar kita. Ketika kita berani menunjukkan keunikan dan bakat kita, kita membuka jalan bagi orang lain untuk juga berani menjadi diri mereka sendiri.

Ketika kita memilih untuk menyala dalam kegelapan, kita menjadi sumber inspirasi bagi mereka yang merasa terjebak dalam kebosanan dan kepatuhan buta. Kita menunjukkan bahwa ada cara lain untuk hidup, cara yang lebih otentik dan memuaskan. Menjadi berbeda bukanlah hal yang harus ditakuti, melainkan dirayakan. Dalam perbedaan itulah kita menemukan cinta, jiwa, inovasi, kreativitas, dan kemajuan.

Pada dasarnya seorang guru dapat meyakini bahwa lebih baik menjadi pendidik biasa dengan mimpi besar untuk memajukan bangsa daripada pendidik berprestasi tanpa visi untuk pendidikan nasional. Banyak pendidik hebat di pelosok negeri yang memiliki dedikasi luar biasa, jauh dari hingar bingar ibukota. 

Mereka bekerja tanpa pamrih, dengan semangat tulus untuk mencerdaskan anak bangsa dan mengajak guru-guru lain menuju perubahan yang lebih baik. Mereka adalah penyimpang positif yang sejati, memilih berjuang di tengah keterbatasan, memberikan yang terbaik untuk murid dan rekan sejawat meskipun tanpa pengakuan atau penghargaan yang gemerlap.

Teladan seperti Ki Hajar Dewantara adalah contoh nyata guru bangsa yang memiliki ideologi pendidikan dengan semangat mengatasi ketertindasan menuju kemerdekaan dan mengentaskan kebodohan. Mereka tidak bekerja untuk pujian atau penghargaan, tetapi untuk misi yang lebih besar: mencerdaskan kehidupan bangsa dan membawa generasi muda menuju masa depan yang lebih baik. 

Mereka membuktikan bahwa dengan semangat dan dedikasi tinggi, seorang guru bisa menjadi agen perubahan yang signifikan, membawa cahaya di tengah kegelapan, dan membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun