Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Melatih Anak Mengontrol Emosi

12 Agustus 2020   10:05 Diperbarui: 12 Agustus 2020   10:12 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap anak kecil (usia 3 tahun sd 5 tahun) memiliki kecenderungan tidak bisa mengontrol emosi mereka saat marah. Terkadang emosi mereka meledak di tempat umum. Saat jalan-jalan tiba-tiba rewel minta ini itu. Hal ini dikenal dengan istilah Public Tantrum.

Bagaimana cara kita mengatasinya? Berikut ini caranya :

  1. Selesaikan dengan langkah yang tepat. Yakni dengan cara menghormati kebutuhan anak. Contoh kasus : Saat acara jalan-jalan ke mall, anak tiba-tiba rewel/ emosinya meledak. Anak minta ini itu dll.
  2. Kita sebagai orang tua harus tetap tenang dan tidak tersulut emosi. Kita harus bisa mengenali emosi yang ditunjukkan anak saat itu. Ketika anak  mendadak rewel, di situ ada kebutuhan anak yang belum terpenuhi. Dalam kasus ini jangan pernah menyelesaikan dengan kekerasan. Misalnya : memukul, menjewer, membentaknya agar diam, mengancamnya agar diam dll. Hal itu adalah sebuah kekeliruan.
  3. Solusinya adalah bicarakan baik-baik apa kemauan anak, ajak dia ke tempat yang jauh dari keramaian. Ciptakan public safety untuk anak. Misal duduk di tempat duduk yang ada di mall yang jauh dari keramaian. Bicaralah dari hati ke hati tentang apa kemauan anak.
  4. Saat anak marah/ emosi, kita sebagai orang tua harus bisa menempatkan diri kita pada posisi si anak. Pahami apa yang ia mau.
  5. Ketika emosi anak mulai mereda, langkah berikutnya adalah ajari anak bagaimana cara mengendalikan emosinya, caranya :
  6. Terangkan apa yang sedang dialami anak saat ini. Beri nama emosi yang sedang ia rasakan. Sebab anak usia 3 hingga 5 tahun masih belum memahami emosinya sendiri. Kita sebagai orang tua perlu mengajarinya untuk mengenali emosi yang ia rasakan.
  7. Ambil napas dalam-dalam agar suasana hati sedikit lebih tenang.
  8. Jelaskan situasi yang sedang dialami si anak dalam sebuah kata atau kalimat agar anak mengerti apa yang terjadi.

Emosi atau temperamen anak terbagi ke dalam 4 tipe, diantaranya :

1. Temperamen yang mudah dikendalikan.

Anak dengan tipe ini cenderung penurut, tidak mudah tersulut amarah, mudah diatur dan tidak menimbulkan masalah bagi orangtua.

2. Temperamen Aktif.

Anak dengan tipe seperti ini memiliki ciri mudah tersinggung. Tidak mampu mengendalikan emosinya ketika bersosialisasi dengan teman. Marah ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginannya. Kesulitan bekerja dalam tim. Tidak memiliki empati terhadap teman dan cenderung memikirkan diri sendiri

Kita sebagai orangtua bisa mengatasinya dengan cara membantunya untuk belajar menerima perubahan. Bahwa segala sesuatu bisa berjalan di luar keinginan kita. Beri perintah yang jelas kepada anak tentang apa yang harus ia lakukan agar ia tidak mengalami kebingungan. Terapkan konsekuensi tertentu kepada anak jika anak tidak menjalankan perintah kita.  Temani anak ketika mengalami masalah. Bicarakan masalah itu secara baik-baik. Jika dianggap perlu, kita bisa membawa anak ke ahli terapi untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

3. Temperamen Agresif.

Anak dengan tipe seperti ini memiliki ciri senang bertengkar dengan temannya, melanggar peraturan di kelas/ di rumah, suka menyalahkan orang lain, membuat masalah dengan orang tua/ guru dan berkata jorok/ tidak pantas ketika kesal.

Anak yang agresif dapat diatasi dengan cara memberikan batasan dan peraturan yang jelas. Peraturan yang membatasi sikap anak agar tidak terpancing emosi dan melukai orang lain. Temani dan ajak dia bicara ketika menghadapi masalah.

4. Temperamen Pemalu/ mudah gugup.

Anak dengan tipe ini memiliki ciri suka menyembunyikan perasaannya, tidak terbuka kepada orang lain. Menjauh dari teman dan suka menyendiri. Parahnya adalah anak ini selalu merasa gagal dan tidak berguna bagi orang lain.

Meskipun pendiam dan tidak terbuka, anak tipe ini bisa marah / emosi. Hal-hal yang bisa memicu emosinya adalah tekanan hidup yang berlebihan dan harapan orang tua yang terlalu tinggi kepadanya. Di satu sisi ia sudah merasa tertekan karena perasaannya yang merasa tidak berguna, di sisi lain ia merasa ditekan.

Solusi untuk mengatasi anak tipe ini adalah ajari anak bagaimana cara menumbuhkan kepercayaan dirinya. Tunjukkan kemampuan yang dimiliki anak dan kembangkan kemampuan itu semaksimal mungkin. Dengan demikian akan tumbuh sikap percaya diri dan anak menjadi tidak minder. 

Selain itu, kita bisa memberikan waktu untuk bersantai kepada anak agar tekanan dalam hatinya bisa mereda/ longgar, mengajaknya berbicara dari hati ke hati agar tidak terlalu memikirkan kekurangan yang ia miliki dan juga agar tidak minder. Mengurangi tekanan dalam diri anak dengan tidak terlalu mengharapkan hal-hal yang tinggi kepadanya.

Hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mengendalikan emosi anak adalah :

  1. Terapkan cara mendidik anak sesuai cara dalam keluarga kita.
  2. Jangan terlalu banyak mengatur dan mendikte anak setiap waktu. Ada kalanya anak butuh ketenangan. Kita harus tahu kapan untuk berhenti mendikte anak.
  3. Jangan pernah mengancam anak dengan cara "menarik" pemeberian kita. Misal : saat anak juara kelas kita belikan ponsel baru. Namun saat anak membuat kita marah, kita menarik/ menyita ponsel tersebut. Hal ini tidak dibenarkan. Karena dengan menyita ponsel itu, kita sama saja menyita hak anak kita. Jadi lebih baik gunakan cara yang lain untuk membuat anak jera.
  4. Beri anak waktu tidur yang cukup. Karena terbukti jika anak kurang tidur, emosinya cenderung meledak-ledak dan tidak bisa tenang. Oleh sebab itu mereka harus memiliki waktu tidur yang cukup setiap hari agar suasana hatinya bisa tenang sepanjang hari.
  5. Ketika menghukum anak, ketika mengajak bicara baik-baik tentang masalah yang dihadapi anak, gunakan nada suara yang normal. Jangan menggunakan nada suara yang menyiratkan kemarahan/ kejengkelan. Dengan bersikap tenang, anak akan lebih memahami apa yang kita sampaikan kepadanya.
  6. Berikan hukuman yang mendidik. Jangan membuat anak menjadi trauma.
  7. Ketika anak menjalani hukuman yang kita berikan, jangan kita membantunya. Jangan kita melonggarkan hukuman kita kepadanya. Agar anak bisa berpikir dan merenungkan kesalahannya sendiri. Sehingga di lain waktu ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Emosi / amarah bukan untuk dilawan. Tapi untuk dimengerti, dipahami dan dicarikan solusinya agar emosi itu bisa terkendali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun