4. Temperamen Pemalu/ mudah gugup.
Anak dengan tipe ini memiliki ciri suka menyembunyikan perasaannya, tidak terbuka kepada orang lain. Menjauh dari teman dan suka menyendiri. Parahnya adalah anak ini selalu merasa gagal dan tidak berguna bagi orang lain.
Meskipun pendiam dan tidak terbuka, anak tipe ini bisa marah / emosi. Hal-hal yang bisa memicu emosinya adalah tekanan hidup yang berlebihan dan harapan orang tua yang terlalu tinggi kepadanya. Di satu sisi ia sudah merasa tertekan karena perasaannya yang merasa tidak berguna, di sisi lain ia merasa ditekan.
Solusi untuk mengatasi anak tipe ini adalah ajari anak bagaimana cara menumbuhkan kepercayaan dirinya. Tunjukkan kemampuan yang dimiliki anak dan kembangkan kemampuan itu semaksimal mungkin. Dengan demikian akan tumbuh sikap percaya diri dan anak menjadi tidak minder.
Selain itu, kita bisa memberikan waktu untuk bersantai kepada anak agar tekanan dalam hatinya bisa mereda/ longgar, mengajaknya berbicara dari hati ke hati agar tidak terlalu memikirkan kekurangan yang ia miliki dan juga agar tidak minder. Mengurangi tekanan dalam diri anak dengan tidak terlalu mengharapkan hal-hal yang tinggi kepadanya.
Hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mengendalikan emosi anak adalah :
- Terapkan cara mendidik anak sesuai cara dalam keluarga kita.
- Jangan terlalu banyak mengatur dan mendikte anak setiap waktu. Ada kalanya anak butuh ketenangan. Kita harus tahu kapan untuk berhenti mendikte anak.
- Jangan pernah mengancam anak dengan cara "menarik" pemeberian kita. Misal : saat anak juara kelas kita belikan ponsel baru. Namun saat anak membuat kita marah, kita menarik/ menyita ponsel tersebut. Hal ini tidak dibenarkan. Karena dengan menyita ponsel itu, kita sama saja menyita hak anak kita. Jadi lebih baik gunakan cara yang lain untuk membuat anak jera.
- Beri anak waktu tidur yang cukup. Karena terbukti jika anak kurang tidur, emosinya cenderung meledak-ledak dan tidak bisa tenang. Oleh sebab itu mereka harus memiliki waktu tidur yang cukup setiap hari agar suasana hatinya bisa tenang sepanjang hari.
- Ketika menghukum anak, ketika mengajak bicara baik-baik tentang masalah yang dihadapi anak, gunakan nada suara yang normal. Jangan menggunakan nada suara yang menyiratkan kemarahan/ kejengkelan. Dengan bersikap tenang, anak akan lebih memahami apa yang kita sampaikan kepadanya.
- Berikan hukuman yang mendidik. Jangan membuat anak menjadi trauma.
- Ketika anak menjalani hukuman yang kita berikan, jangan kita membantunya. Jangan kita melonggarkan hukuman kita kepadanya. Agar anak bisa berpikir dan merenungkan kesalahannya sendiri. Sehingga di lain waktu ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Emosi / amarah bukan untuk dilawan. Tapi untuk dimengerti, dipahami dan dicarikan solusinya agar emosi itu bisa terkendali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H