"Mau pergi kemana kau?" tanya Galata sambil mengarahkan jambia miliknya ke leher pendeta.
"Lepaskan aku, atau aku akan memanggil anak buahku kemari." ancam pendeta itu.
"Lakukan saja. Atau kau sudah tidak sayang rohmu?" ucap Galata sambil memainkan jambia miliknya didepan pendeta kuil. Tubuh kasar pendeta itu mulai melemah. Kekuatan Ebra milik Galata membuat energinya terkuras.
"Hentikan Galata, jangan kau bunuh pendeta itu." perintah Teana dengan wajah serius.
"Tapi Teana, jika kita membiarkannya lolos maka ia akan melapor kepada Yodh."
"Aku tahu, serahkan ia padaku. Biar aku yang mengurusnya." ucap Teana.
Kini didalam lubang dimensi waktu ada dua orang manusia dan seorang Bangsa Bawah. Teana sengaja menahan pendeta Kuil Pygmalion bersamanya agar ia bisa masuk kedalam pintu gerbang dimensi waktu. Sebab hanya makhluk dari Bangsa Bawah saja yang mengetahui mantra untuk membuka pintu itu. Tidak berapa lama, mereka bertiga akhirnya sampai di Kota Hegra. Sebuah lubang putih telah nampak didepan mereka.
"Lepaskan pendeta itu." perintah Teana.
"Tapi Teana, dia..."
"Lepaskan saja Galata. Biarkan dia kembali ke kerajaannya. Biar Yodh tahu bahwa kita telah berhasil merebut patung milik kita."
Yodh mengangguk. Ia melepaskan cengkeraman tangannya dan melemparkan manusia ular itu kedalam lubang hitam. Sambil menunggu pintu gerbang dimensi waktu menutup sempurna, Galata berdiri didepan lubang sambil mengibas-ibaskan Ebra miliknya. Sedangkan pendeta Kuil Pygmalion bergegas lari menjauh kedalam lubang. Kembali ke Kota Paphos. Mengabarkan kekalahan mereka kepada Yodh.