Pernah mendengar Stoisme? Bagi yang pernah membaca literatur tentang Stoisme pasti mengerti. Dalam tulisan ini penulis tidak membahas tentang esensi Stoisme itu sendiri, namun mencoba berbagi pengalaman tentang praktik Stoisme dalam kehidupan sehari -- hari.
Stoisme -- seperti yang sudah penulis pahami lewat buku, adalah sebuah ajaran filsafat dalam mengendalikan perilaku kognitif kita. Terutama pengendalian emosi diri.
Sumber kebahagiaan dan kesedihan kita tergantung dari emosi kita dalam menerima rangsangan dari luar. Seperti yang kita tahu, dalam hidup ini ada hal yang bisa kita kendalikan dan hal yang tidak bisa kita kendalikan. Kita ambil contoh sederhana, ketika kita bepergian naik motor dan tiba -- tiba hujan.
Kita kadang mengeluhkan hujan tersebut. Bahkan mengumpatnya mengapa turun di saat yang kurang tepat ( karena kita tidak membawa jas hujan ). Sehingga saat itu juga kita merasa kesal karena perjalanan kita terganggu.
Ujungnya adalah perasaan / emosi kita berubah menjadi murung. Dari yang semula senang karena akan bepergian, berubah menjadi kesal.
Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi jika kita sudah membaca dan memahami buku tentang Filsafat Stoisme. Ketika kita dihadapkan pada suatu masalah dalam hidup kita -- apapun itu, kita tidak perlu semerta -- merta merespons masalah tersebut dengan meluapkan emosi kita saat itu juga.
Namun hal yang pertama kali yang harus kita lakukan adalah menghentikan respon kita sejenak ( Stop ), berpikir tentang masalah tersebut ( Think ), memberi penilaian ( Assess ) dan meresponnya ( Response ). Jika disingkat menjadi STAR.
Contoh mudahnya begini : ketika hujan tiba -- tiba datang, janganlah langsung mengumpat / mengeluh ( Stop ), namun berpikirlah bahwa hujan itu turun karena sudah kehendak alam. ada tanda -- tanda langit gelap dan petir ( Think ).
Setelah kita memahaminya dan menerima kenyataan tersebut, barulah kita menilai bahwa hujan deras itu sebenarnya tidak perlu menjadi masalah besar. Kita tidak perlu mengumpatnya karena kejadian turunnya hujan adalah diluar kendali kita ( Assess ).
Setelah assessment muncul dari pikiran kita, barulah kita merespons masalah turunnya hujan deras itu dengan respon positif. Menerimanya tanpa mengumpatnya. Sehingga pada akhirnya emosi kita akan tetap stabil dan perasaan kita akan tetap tenang sepanjang perjalanan.
Filsafat Stoisme ini bisa kita praktikkan dalam segala aspek kehidupan kita. Di lingkungan kerja, di lingkungan sosial ataupun kehidupan pribadi kita. Penulis telah mempraktikkan ajaran filsafat ini sudah hampir beberapa bulan.
Dan hasilnya adalah penulis mampu mengendalikan emosi serta pikiran menjadi lebih sehat dan bebas dari emosi -- emosi yang negatif / merusak.
Dengan memahami aturan -- aturan yang dijelaskan dalam filsafat ini, kita akan lebih mudah menekan kecemasan dan depresi dalam pikiran kita.
Mengapa? Karena filsafat ini mengajarkan tentang pengendalian pikiran kita dalam menghadapi semua permasalahan kita. Intinya, dalam segala masalah yang kita hadapi, kita harus mengendalikan emosi didalam diri kita terlebih dulu sebelum merespon masalah tersebut.
Bagaimana? Masihkah anda menyalahkan masalah yang menimpa anda?
Salam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H