Teana berlari sekencang mungkin. Begitu juga Almeera. Langkah kaki mereka seakan melaju secepat angin berhembus.
"Almeera... Cepatlah ! Jangan sampai makhluk -- makhluk itu menangkap kita!" teriak Teana sambil terus berlari.
"Makhluk apa Tuan?" balas Almeera.
"Sudahlah. Jangan banyak bertanya. Cepat kita tinggalkan tempat ini sebelum mereka berhasil keluar dari lingkaran setan itu!" jawab Teana sambil terus berlari meninggalkan Kompleks Al Djinn.
Cukup lama Yodh bisa melepaskan diri dari ikatan sihir yang mereka buat. Butuh energi yang besar untuk bisa mengembalikan lubang hitam agar menutup dengan sempurna. Hingga akhirnya lubang hitam itu mulai menutup pelan -- pelan diiringi suara teriakan pilu makhluk -- makhluk penghuni dunia bawah. Yodh merasa gagal menjalankan tugasnya untuk membebaskan mereka.
***
Sementara itu di Kerajaan Jin terjadi huru -- hara. Panglima kerajaan mendapat laporan dari penjaga gerbang bahwa telah terjadi sesuatu. Mereka merasakan getaran yang cukup hebat di sekitar pintu gerbang Kerajaan Jin. Pintu itu mulai berderit dan terbuka pelan -- pelan.
"Tahan gerbangnya prajurit...!" teriak seorang penjaga diikuti oleh prajurit lain yang segera datang untuk menahan pintu gerbang kerajaan. "Cepat kau tutup pintu itu, jangan biarkan energi manusia masuk!" teriak mereka
Getaran itu makin kuat, membuat pintu gerbang Kerajaan Jin tersingkap. Beberapa prajurit jin berlarian menuju pintu gerbang untuk menahannya agar tidak terbuka semakin lebar.
Kilatan cahaya energi yang berasal dari dimensi Bangsa Manusia mulai menembus pintu gerbang Kerajaan Jin. Kekuatan lubang hitam yang dibuat oleh Yodh telah membuat pintu gerbang Kerajaan Jin tersingkap. Sebuah cahaya kebiruan memancar terang diantara celah pintu. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Para prajurit jin akhirnya berhasil menutup pintu itu. Sesaat setelah pintu gerbang tertutup, beberapa prajurit jin mengerang kesakitan. Mereka terluka oleh kilatan cahaya kebiruan yang menembus pintu gerbang dan mengenai tubuh mereka.
"Ada apa Prajurit? Mengapa para penduduk berkumpul di halaman Kerajaan?" tanya Ratu Mehnaz.
"Maaf Yang Mulia, baru saja terjadi sesuatu di kerajaan kita." jawab seorang pembesar Kerajaan Jin.
"Terjadi sesuatu katamu?" tanya Ratu Mehnaz penasaran.
"Benar Yang Mulia. Beberapa prajurit jin terluka. Namun semuanya telah berhasil hamba atasi. Sebaiknya sekarang Yang Mulia memanggil Usranat kemari." ucap pembesar kerajaan sambil menunduk dihadapan Ratu Mehnaz.
Mendengar penjelasan panglimanya, Ratu Mehnaz semakin tak mengerti. Nampak kebingungan di wajahnya. Sehingga ia memanggil Usranat untuk menghadap. Dengan tiga tepukan tangannya, kepulan asap putih muncul di tengah -- tengah ruangan utama kerajaan. Pelan -- pelan asap putih itu mulai menipis lalu menghilang. Jin wanita bernama Usranat itu kini berdiri di depan Ratu Mehnaz.
"Salam Yang Mulia...."
"Salam...."
"Yang Mulia, adakah yang bisa hamba bantu?"ucap Usranat sambil bersimpuh dihadapan Ratu Mehnaz yang sedang duduk di kursi singgasananya.
"Aku perintahkan kau untuk melihat kejadian beberapa saat yang lalu. Aku ingin tahu apa penyebab getaran yang melanda kerajaan kita."
"Baik Yang Mulia."
Usranat mulai menjalankan perintah Ratu Mehnaz. Dengan kekuatan yang ia miliki, ia menerawang kejadian beberapa saat yang lalu. Ia duduk bersila. Matanya terpejam. Kedua tangannya mengepal diatas kakinya. Lalu ia membuka telapak tangannya keatas. Asap putih mengepul pelan dari kedua telapak tangan Usranat. Sesekali mulutnya berkomat -- kamit merapalkan mantra. Tiba -- tiba kepulan asap putih itu berubah menjadi hitam pekat. Seketika itu juga mata Usranat terbuka membelalak lebar. Mulutnya bergetar. Mantra yang dirapalkannya berhenti.
"Ada apa Usranat? Apa yang terjadi denganmu? tanya Ratu Mehnaz. Wajahnya terlihat tegang.
Rasa panik merasuki pikiran Ratu Mehnaz. Penglihatan Usranat tentang masa lalu maupun masa mendatang tidak pernah meleset sedikitpun. Bahkan boleh dikata, nasib Kerajaan Jin bergantung pada ramalan jin wanita suci itu.
"Ia kembali lagi Yang Mulia." ucap Usranat dengan nada bergetar.
"Siapa yang kau maksud Usranat?"
Seisi ruangan menjadi diam. Hanya keheningan yang ada. Serta desiran angin dingin menyebar ke seluruh ruangan menerpa wajah -- wajah para jin yang hadir di ruangan itu.
***
- Teana dan Almeera telah sampai di Penginapan Al Anbath. Mereka bergegas menuju kamar mereka tanpa berbicara kepada siapapun. Termasuk kepada Shahed yang menyambut kedatangan mereka di penginapan.
"Maafkanlah Tuan Shahed, Tuan sedang ada masalah." ucap Almeera ketika melihat Teana mengacuhkan sambutan Shahed. Shahed mengangguk. Lalu Almeera pergi.
Teana menyuruh Almeera untuk segera menutup pintu kamarnya. Didalam kamar, ia merebahkan diri diatas ranjang. Ia masih tidak percaya dengan penglihatannya. Baru kali ini ia menemui makhluk aneh seperti itu. Laba -- laba sebesar telapak tangan, manusia berbadan ular dan manusia singa berekor kalajengking . Semuanya terasa aneh baginya. Keanehan itu seperti yang ia rasakan ketika pertama kali ia bertemu Dalath.
Teana masih ingat ketika ia melompat kedalam lingkaran pentagram yang dibuat oleh Yodh. Tubuhnya seperti terbakar dalam bara api. Rasa panasnya berlipat -- lipat dari rasa panas yang biasa ia rasakan.
"Jangan -- jangan rasa panas yang sering aku alami akhir -- akhir ini ada hubungannya dengan mereka." gumam Teana dengan mata terpejam.
Belum juga Teana berhenti memikirkan hal itu, tiba -- tiba sebuah suara menggema dalam kepalanya.
"Tuan benar, rasa panas itu berasal dari makhluk yang Tuan temui di Kompleks Al Djinn. Makhluk Bangsa Bawah yang hendak melenyapkan peradaban Bangsa Nabataea. Tuan harus berhati -- hati dengan mereka."
"Dalaaaaath... Tunggu...." teriak Teana. Detak jantungnya berdegup kencang. Peluh membasahi keningnya.
Mata Teana tiba -- tiba terbuka. Tanpa disadarinya, Almeera mengguncang -- guncang tubuhnya yang terbaring diatas ranjang. "Tuan... Tuan... Ada apa Tuan?" tanya Almeera cemas.
Lalu Almeera memberikan secangkir air putih kepada Teana. Perlahan -- lahan kesadaran Teana mulai pulih. Ia menyuruh Almeera untuk menyimpan rahasia ini. Menyuruhnya untuk diam. Almeera mengangguk.
"Almeera... Kita harus segera menuju Kuil Qasr Al Binth." ucap Teana pelan.
"Baik Tuan. Akan hamba persiapkan keperluan Tuan."
Sementara itu, di sebuah gubuk kecil di suatu tempat di lorong Pasar Sabra, seorang peramal mengamati sebuah kepala tengkorak didepannya yang mengepulkan asap putih pekat ke udara. Asap sisa pembakaran dupa.
"Dia telah kembali..." ucap Peramal Simkath lirih.
***
Yodh telah berhasil menutup lubang hitam itu dengan sempurna. Dengan sisa kekuatan yang ada, mereka berenam kembali ke Kerajaan Yodh yang ada di Kota Paphos. Kali ini Taw yang membuka pintu dimensi waktu. Sebab kekuatan Yodh telah habis terkuras untuk menutup lubang hitam dan membebaskan mereka berenam dari ikatan sihirnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H