Malam itu selepas pulang dari kebun anggur, Teana memeriksa kandang unta miliknya. Sebab unta -- untanya terlihat gelisah dan mengeluarkan suara aneh. Teana mencoba masuk kedalam kandang untanya. Ternyata didalam kandang itu terdapat seekor ular hitam meringkuk di salah satu sudut kandang.
Ular itu tidak memberikan reaksi apapun ketika Teana membuka pintu kandang, namun demi mejaga keselamatan untanya, Teana keluar mencari tongkat untuk mengusirnya. Setelah ia mendapatkan sebuah pelepah pohon kurma tak jauh dari kandangnya, ia kembali masuk. Namun sayangnya, ular itu telah lenyap. Teana pun kembali masuk ke dalam rumahnya.
***
Cukup lama Yodh berdiam diri di kandang unta milik Teana. Ketika Teana keluar mencari tongkat, Yodh meninggalkan kandang menuju rimbunan pohon kurma tanpa sepengetahuan Teana. Ia berusaha mencari patung Dewa Dhushara yang ia tinggalkan disana beberapa hari yang lalu. Ia masih ingat benar ketika tubuhnya mendadak lemah saat membawa patung itu bersamanya.
Energi dalam tubuhnya telah habis terserap oleh kekuatan patung itu. Sehingga ia terpaksa meninggalkan patung itu tergeletak dibawah rimbunan semak dibawah pohon kurma.
Dan ketika ia mendatangi tempat itu lagi, patung Dewa Dhushara sudah tidak ada disana. Yodh marah. Matanya menyala merah. Ia telah gagal mendapatkan apa yang ia incar selama ini. Dalam kegelapan malam, perlahan tubuhnya menghilang seperti debu yang ditiup angin.
***
Keesokan paginya, Taw dan anak buahnya berangkat menuju Qasr Al Fareed. Mereka memakai jubah berwarna gelap dan kerudung untuk menutupi wajah mereka yang terlihat tidak seperti wajah orang pada umumnya. Sebab kekuatan mereka belum pulih sempurna.
Mereka kesulitan mendapatkan daging kambing yang mereka inginkan. Mereka mencari seekor kambing yang baru saja disembelih dengan darah segar masih menetes dari leher kambing. Karena merasa putus asa dan tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, akhirnya Taw dan beberapa pengikutnya meninggalkan Qasr Al Fareed. Mereka berjalan beriringan menuruni bukit -- bukit batu terjal berkerikil tajam.
Tiba -- tiba, muncullah dua ekor kambing liar dari balik batu besar. Taw menyeringai senang.
"Tangkap kambing itu." perintahnya.
Rasa lapar telah berhasil mereka usir dari perut mereka. Taw dan anak buahnya menikmati kambing hasil tangkapannya. Darah segar menetes lewat taring mereka yang tajam.
Setelah puas menikmati kambing liar itu, mereka mencari sumber air untuk membersihkan sisa darah yang terdapat di sekujur tubuh dan wajah mereka. Mereka tidak ingin identitas mereka yang sebenarnya terbongkar. Perlahan namun pasti, wujud mereka telah berubah menjadi seperti manusia pada umumnya. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan menuju Qasr Al Binth untuk mendapatkan air segar disana.
Mereka kini telah berani membuka kerudung penutup kepala mereka. Sebab wujud mereka telah kembali seutuhnya menjadi wujud manusia. mereka lalu berjalan menuju pintu gerbang Kuil Qasr Al Binth. Seorang pendeta kuil menyambut kedatangan mereka tanpa rasa curiga sedikitpun.
"Silakan masuk Tuan -- tuan, nampaknya Tuan -- tuan sangat kehausan. Silakan ambil air segar disana Tuan." jawab pendeta itu ramah.
Taw dan pengikutnya berjalan menuju pancuran air berbentuk patung wanita membawa sebuah kendi yang mengeluarkan air. Sepasang patung Dewi Aphrodite di kiri kanan pintu masuk gerbang. Kedua patung itu adalah simbol dewi penjaga Kuil Qasr Al Binth. Dimana didalamnya terdapat patung Dewi Allat. Dewi kesuburan Bangsa Nabataea.
Ketika memasuki pelataran Kuil, Taw merasakan sebuah energi yang cukup besar. Pancaran energi itu membuatnya merasa lemah. Hal ini dirasakan juga oleh para pengikut Taw. Dengan kekuatan mereka, akhirnya mereka berhasil menemukan patung Dewa Dhushara. Patung itu berada diatas meja persembahan didalam kuil. Berjejer rapi dengan patung Dewi Allat.
"Ternyata itu penyebabnya." gumam Taw.
Taw lalu memutuskan untuk mencuri patung itu. ia menyuruh ketiga pengikutnya untuk memeriksa keadaan diluar kuil. Tak lama kemudian mereka kembali kedalam kuil dan memberitahu Taw bahwa keadaan cukup aman. Namun Taw tidak percaya begitu saja. Ia menyuruh salah seorang pengikutnya untuk menidurkan seluruh orang didalam kuil dengan kekuatan sihirnya.
Tak membutuhkan waktu lama, Taw berhasil mengambil patung Dewa Dhushara dan membawanya kabur meninggalkan kuil.
***
Sore itu, ketika Teana dan Almeera hendak berangkat menuju Qasr Al Fareed untuk mengantar pesanan buah anggur, mereka mendengar orang -- orang di jalan sedang ribut membicarakan perihal hilangnya patung Dewa Dhushara dari kuil Qasr Al Binth. Tak seorangpun yang tahu hilangnya patung itu. termasuk para pendeta kuil. Tidak ada satupun petunjuk yang mengarah kepada si pelaku. Sebab tidak ada satupun barang yang hilang atau rusak didalam kuil. Hal ini membuat para prajurit Kota Hegra merasa kesulitan menangkap si pelaku.
Mendengar hal itu, Teana menyuruh Almeera untuk mengantar pesanan anggur kepada pedagang di Qasr Al Fareed. Sedangkan dirinya akan berbalik arah menuju Kuil Qasr Al Binth untuk memastikan kebenaran berita itu.
"Hati -- hati dijalan Almeera, jaga dirimu baik -- baik."
"Baik Tuan, saya akan berhati -- hati."
Setelah mereka berpisah, Teana memacu tali kendali untanya menuju kuil Qasr Al Binth. Sepanjang perjalanan, ia bertanya -- tanya mengapa patung Dewa Dhushara bisa hilang secepat itu. Padahal baru kemarin ia meletakkan patung itu disana.
"Siapa sebenarnya yang telah mencuri patung itu? Bagaimana mereka tahu keberadaannya? Untuk apa patung itu bagi mereka?" gumam Teana dalam hati.
***
Beruntung sekali Taw dan anak buahnya hari itu. Dua ekor kambing liar bertubuh gemuk cukup membuat mereka merasa kenyang malam itu. Beberapa kendi kecil berisi minuman anggur massih tersisa didalam tenda. Mereka sepakat mengadakan sebuah pesta kecil malam itu.
"Benda apa ini? Mirip sekali dengan patung Dewa Dhushara yang ada di Kuil Qasr Al Binth." gumam Taw sambil memandangi batu berbentuk persegi di tangannya.
"Mungkin itu memang benar patung Dewa Dhushara Tuan. Sebab hamba pernah melihat para penduduk Kota Hegra menyembah patung itu ketika ritual pembersihan patung Dewi Allat berlangsung. Saat itu hamba melintas di depan kuil dan melihat pendeta kuil membersihkan patung Dewi Allat dan Dewa Dhushara disana." ucap anak buah Taw.
"Begitukah?" balas Taw dengan mata menyipit memandangi patung di tangannya.
Tanpa mereka sadari, salah seorang pengikut Taw mulai berubah wujud. Tubuhnya mulai ditumbuhi bulu, ekor panjang seperti ekor kalajengking mulai tumbuh, begitu pula sepasang tanduk di kepalanya. Lama kelamaan makin membesar. Mula -- mula hanya seorang, namun tiba -- tiba pengikut Taw yang lain mengalami hal serupa. Tubuh mereka mulai berubah menjadi wujud asli mereka. Taw mengamati perubahan wujud pengikutnya itu dengan pandangan heran.
"Apa yang terjadi dengan kalian berdua?" ujar Taw yang kemudian bangkit dari tempat duduknya dan meletakkan patung Dewa Dhushara diatas meja.
Bersamaan dengan itu, muncullah kepulan asap hitam didalam tenda Taw. Perlahan -- lahan asap itu mulai menipis dan kemudian hilang. Yodh muncul dihadapan Taw. Kemunculan Yodh membuat Taw merasa kaget. Yodh hampir terjatuh. Ia lemas dan tidak kuat berdiri. Dengan cekatan Taw menangkap tubuh majikannya itu.
"Tuan... Apa yang terjadi padamu?" tanya Taw sambil memeluk tubuh Yodh agar tidak terjatuh.
Lalu Taw menyuruh Yodh duduk di ranjang milik Taw. Ia menawarkan sisa minuman anggur miliknya. Yodh meminumnya seteguk demi seteguk. Dalam keadaan lemas, Yodh berusaha untuk duduk tegak. Matanya tak henti -- hentinya mengamati ruangan didalam tenda. Hingga akhirnya matanya tertuju pada benda persegi diatas meja.
"Singkirkan benda itu sebentar. Jauhkan dari ruangan ini. benda itulah yang membuat kekuatan sihir kita melemah. Cepat...!" perintah Yodh kepada Taw.
Taw memberi isyarat kepada pengikutnya untuk membawa benda itu keluar. Setelah patung Dewa Dhushara tidak ada didalam tenda, kekuatan Yodh berangsur -- sngsur pulih. Yodh menceritakan segalanya kepada Taw. Taw mendengarkannya dengan penuh perhatian. Setelah Yodh selesai bercerita, Taw telah mengerti semuanya. Ia berjanji akan membantu mewujudkan tujuan besar majikannya itu. Melenyapkan Bangsa Nabataea dari Kota Petra dan Kota Hegra.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H