"Almeera.... Pelankan suaramu." bisik Teana pelan. Aku tidak ingin ada yang mengetahui ini semua. Kau paham?"
"Iya Tuan. Maaf."
"Baiklah, saranmu cukup bagus. Besok pagi kita akan pergi ke Kuil Ad Deir. Dan aku akan membuktikannya sendiri."
"Baik Tuan. Sebaiknya Tuan segera tidur. Tuan harus istirahat. Hari sudah larut malam. Biar hamba yang menyuruh Shahed untuk mempersiapkan unta kita besok pagi."
"Iya Almeera, terimakasih. Kau juga harus istirahat. Selamat malam Almeera." balas Teana sambil tersenyum kepada Almeera.
"Selamat malam Tuan."
***
Pagi itu udara cukup dingin dan berkabut. Matahari belum muncul sempurna. Suasana Penginapan Al Anbath masih sepi.
Setelah memeriksa kembali sekeranjang buah -- buahan dan beberapa ikat dupa Myrrh, Teana dan Almeera bersiap berangkat menuju Kuil Ad Deir. Buah -- buahan dan dupa Myrrh itu nantinya akan mereka gunakan sebagai persembahan kepada Dewa Dhushara disana.
Kemal dan Shahed berdiri menunggu di depan pintu penginapan . Mereka telah mempersiapkan dua ekor unta sejak semalam. Lalu Teana dan Almeera berjalan menuju unta yang diikat dibawah pohon kurma tak jauh dari pintu masuk penginapan. Dengan sigap Teana menaiki unta miliknya. Namun tidak halnya dengan Almeera, ia nampak kesulitan, sebab jubah yang ia kenakan membelit kakinya. Melihat hal itu, Shahed bergegas menolong Almeera.
"Peganglah tanganku." ucap Shahed sambil memegang tali kendali unta dan mengulurkan tangannya.