Pagi itu Kota Petra nampak sepi. Beberapa prajurit nampak berlalu lalang di sepanjang jalan utama kota. Melakukan pengawasan keliling kota. Hanya satu dua penduduk yang mulai beraktivitas.
"Ada apa Tuan memanggil hamba?"
Teana sedikit kaget ketika Almeera memanggil namanya. Lamunannya seketika itu buyar. Pikiran Almeera masih terbayang pada peristiwa beberapa hari lalu saat memasuki Al Siq.
Angin dingin berhembus pelan menerpa wajahnya. Udara di pelataran penginapan Al Anbath terasa menyejukkan. Membuat Teana sedikit tenang.
"Duduklah disampingku." ucap Teana.
"Terimakasih Tuan." balas Almeera.
Teana diam. Ia mengambil napas dalam -- dalam lalu menghembuskannya keluar dengan pelan.
"Sepertinya kita harus kembali ke Hegra secepatnya. Dan aku rasa itulah yang lebih baik bagi kita."
"Tapi... Mengapa Tuan berkata seperti itu? Bukankah pelanggan Myrrh dan dupa kita cukup banyak disini?" tanya Almeera heran.
"Aku melihat kondisi Kota Petra akhir -- akhir ini mulai tidak aman. Penjarahan merajalela di penjuru kota. Itu semua akan berakibat pada menurunnya jumlah pelanggan kita." ucap Teana lirih.
"Dan itu artinya adalah sebuah kerugian besar bagi kita Tuan." balas Almeera.