“Kau telah memukul anakku, hingga anakku terluka akibat pukulanmu. Kau harus membayarnya” ucap Harimau yang segera menerkam Burung Hantu yang sudah tua itu dan menyeretnya keluar tanpa ampun. Seluruh hewan di dalam ruangan menjadi ketakutan. Tak kuasa melawan kemarahan Harimau. Meskipun mereka mengeroyoknya bersama – sama. Mereka hanya bisa terdiam dalam ketakutan melihat tubuh Burung Hantu mulai tak berdaya dan diseret keluar. Entah mau dibawa kemana.
“Kasihan…” ucap Angsa lirih sambil meneteskan airmata.
Sesaat setelah keadaan aman. Semua mata tertuju kepada Angsa. Seakan – akan meminta jawaban atas kejadian yang baru saja terjadi.
“Inilah akibatnya jika kita tak mempunyai etika dalam hidup. Tak memiliki kebijaksanaan dalam bersikap. Menilai masalah tanpa mendengarkan nasehat dari orang lain terlebih dulu” ucap Angsa dengan mata nanar seraya meletakkan surat diatas mejanya. Seakan mengutuk kejadian yang terjadi baru saja di depan matanya. Tak terasa air matanya menetes menangisi kepergian Burung Hantu. Semua hewan menjadi ikut sedih melihat sikap Angsa yang dikenal baik budinya. Mereka terlarut dalam kesedihan di pagi itu. Namun tidak bagi kucing, dia memikirkan sesuatu. Matanya berputar – putar keatas dan kebawah. Kekiri dan kekanan. Berharap mendapatkan jawaban atas semua yang telah terjadi tadi. Mendadak matanya melihat kertas yang jatuh dilantai. Secepat kilat Kucing memungut dan membuka kertas itu…
“Anakku kau lukai, kau akan mati”
=Harimau=
Kucingpun akhirnya mengerti…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H