[caption caption="Loneliness http://www.highlandhosp.com"][/caption]
Katanya pergi sebentar ternyata lama…
Tahukah kau, aku sendiri menunggu kamu…
Sudah hampir satu jam aku berdiri dibalik jendela kamarku. Angin diluar cukup kencang. Dedaunan jatuh berserakan diterpa angin malam. Udara diluar dingin seperti es yang membeku didalam hatiku.
Satu jam yang lalu…
“Aku pergi dulu ya… ada berkas yang harus aku ambil di kantor” jawabmu.
“Tapi sebentar ya…?” balasku.
“Iya sayang…”jawabmu singkat seraya menciumku.
Sejak kau menduduki posisi penting di perusahaan barumu. Kau selalu begitu. Pergi pagi pulang malam. Aku disini sendiri. Didalam kamarku ini.
“Temani aku tuk sebentar saja agar aku tak kesepian” pintaku.
“Nanti ya sayang… Aku janji akan menemanimu sepuasmu. Tapi setelah pekerjaan kantorku selesai” jawabmu sambil tersenyum manis kepadaku. Seolah – olah aku merasa itu senyuman terakhirmu untukku. Sesaat kemudian kulihat kau melambaikan tanganmu dari balik kaca mobilmu.
“Jangan janji – janji terus, aku tak mau kau bohong” bisikku sebelum kau pergi.
Malam makin kelam. Namun aku disini selalu menunggu dan menunggumu. Jangan pergi – pergi lagi. Temani aku tuk sebentar saja. Agar aku tak kesepian. Gumamku dalam hati.
Malam ini temanku hanyalah puluhan anai – anai yang beterbangan mengelilingi lampu diluar jendela kamarku. Sementara itu tanganku sibuk mengutak – atik tombol di handphoneku. Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk membunuh kesepian ini.
Satu jam telah berlalu. Tepatnya satu jam lewat dua puluh menit setelah kepergianmu. Namun tetap tak ada kabar darimu. Handphoneku tetap mati. Mati seperti hatiku saat ini. Mati karena terlalu lama menunggumu.
“Kemana… Kamu kemana… Disini bukan?” aku mulai gelisah.
Aku bersandar di jendela kamarku sambil membolak – balik handphoneku. Berharap kamu ada disini. Namun yang kutemui hanya potretmu dilayar handphoneku yang tersenyum manis kepadaku.
“Aaah… kamu selalu begitu padaku” gerutuku dalam kesepian.
Sementara itu lampu jalanan mulai terang. Menandakan malam semakin kelam. Namun aku disini tetap menunggumu dibalik jendela kamarku yang gelap. Anai – anai yang berputar menari – nari mengelilingi lampu mulai pergi satu persatu. Menandakan pesta telah usai malam ini.
“Jangan pergi – pergi lagi, aku tak mau sendiri” pintaku dalam hati.
Aku tahu dengan posisimu sekarang ini tidak mungkin kamu punya banyak waktu untukku. Seluruh waktumu hanya untuk pekerjaanmu. Tapi setidaknya aku mohon kau luangkan sedikit waktumu untuk membunuh kesepianku ini.
Mendadak layar handphoneku menyala. Kesepianku telah terbunuh. Aku tersenyum dan aku buka pesan darimu…
Bu… Pak Andik kecelakaan. Beliau meninggal ditempat… (Polisi)
Aku tercengang. Pikiranku kosong.
Katanya pergi sebentar…
Ternyata lama…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H