Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perempuan di Balik Bedak

7 April 2016   19:20 Diperbarui: 7 April 2016   21:50 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="lady doing make up klik thinkstockphotos.ca"][/caption]“Waaah cantik ya SPG itu”.

“Iya dong. Kalau gak cantik jadi SPB aja”.

“Apa itu SPB ?”.

“Stasiun Pengisian Bensin. hahahaha”.

“Ah sialan kamu”.

Ketertarikan Rini pada dunia glamour mulai sejak dia diajak teman barunya di Kota Surabaya. Awal mulanya Rini kenal temannya itu lewat media sosial. Berlanjut chatting WhatsApp hingga akhirnya mereka berdua akrab satu sama lain. Rini sangat nyaman dengannya. Sebut saja Winda.

“Nanti malam jalan yuk”.

“Kemana”.

“Grand City Mall”.

“Tapi Win, aku sedang banyak pekerjaan nih”.

“Aaaah… lupakan saja. Pokoknya malam ini kita senang – senang. Ada launching Galleries Lafayette Paris lho, produk kosmetik dan parfum dari Paris. Dia akan buka gerai di Grand City Mall. Pasti ramai” bujuk Winda.

“Eeem… oke deh aku ikut” jawab Rini singkat setelah ia mendengar kata “kosmetik”. Seakan – akan kata itu telah membius akal sehatnya.

Malam itu mereka berdua menembus pekat malam. Memecah kemacetan. Dan akhirnya mobil Winda sudah terparkir di lantai paling atas gedung. Segera mereka menuju lift. Dan menekan angka 2.

Tiiiiiing….

“Dimana tempatnya Win?”.

“Tuh….” sambil menunjuk sebuah gerai kosmetik bertuliskan Galeries Lafayette.

Azzura Gronchi. Aigner. Belle Amie. Calvin Klein. DKNY. Hugo Boss. Dan berbagai merek parfume lainnya. Aromanya semerbak memenuhi seluruh ruangan. Menusuk – nusuk tulang hidung Rini. Berteriak – teriak “bawa aku pulang… bawa akuuuuu”.

Namun Rini tak kuasa. Barang bermerek seperti itu tak mungkin terjangkau olehnya.

“Aaah.. andai saja semua barang ini bisa kumiliki” gumam Rini dalam hati.

Michael Kors. Yves Saint Laurent. Swarovski. Semua nama – nama brand terkenal itu menari – nari didalam otak Rini. Keluar terucap di bibir merahnya yang pucat.

“Andai…….” Lamun Rini.

Sontak lamunan Rini buyar. Dari belakang muncul Winda yang menggandeng seorang teman prianya.

“Rin… ada yang ingin berkenalan nih”.

“Siapa Win?”.

“Tanya saja sendiri”.

“Hai… aku James”.

“Aku Rini”.

“Kalau begitu aku tinggal dulu ya?” ucap Winda sambil berbisik pelan di telinga Rini.

“Kita ngobrol disana saja yuk” ajak James.

***

Bagaimana Rin yang kemarin malam?.

Seru Win.

Gimana maksudmu?.

Si James memberiku uang. Uang lelah. Hahahaha.

Jadi kamu sama si James……

Iya Win, aku terbius rayuannya.

Teruuusss…

Bayangin aja sendiri. Hahahaha…

Asik dong. Hahahaha…

Iyalah. Nanti malam ke Lafayette yuk?.

Ayuk.

Udah dulu ya… aku harus berangkat nih Win.

Oke.

Obrolan WA merekapun berakhir. Karena jam sudah menunjukkan pukul 6.45 pagi.

Malam datang seperti biasa. Dingin dengan sedikit angin. Namun semua itu tidak berarti bagi Rini. Dengan ditemani Winda. Mereka berangkat menuju Galeries Lafayette.

“Mau memborong ya?” tanya Winda penasaran.

“Iya nih. Ada yang ingin aku beli Win” jawab Rini.

Tak kurang dari dua jam. Azzura Gronchi dan Belle Amie keluar dari ruang kaca yang mengurung mereka. Berpindah kedalam Michael Kors yang baru terbeli oleh Rini 20 menit lalu.

“Gila kamu Rin. Berapa ribu uang yang sudah kamu habiskan?”

“Tenang saja. Ini dari si James. Dia memberiku dua juta kemarin”.

“Banyak amat. Kemarin kamu…..”

“Iya. Kemarin aku dan James menghabiskan malam bersama di sebuah hotel” ucap Rini singkat.

Rini mengeluarkan kotak bedak miliknya. Kecil keemasan. Sambil berkaca dia membetulkan riasan di wajahnya. Lipstik terpoles cantik di bibirnya, pipinya yang mulai memucat tak luput dari sapuan bedaknya. Tebal. Seolah – olah ada sesuatu yang harus ditutup rapat – rapat oleh Rini dengan bedak itu.

“Aku sudah cantik kan Win?”.

“Cantik sekali kamu. Apalagi dengan bedak Paris itu” Winda berdecak kagum.

“Bohong yaaaaa….”.

“Tidak kok… hahahahaha”.

Tawa mereka berdua sangat renyah. Lepas terbang terbawa partikel udara malam itu.

***

Lagi dimana?.

Dirumah.

Ada waktu?.

Kemana mas?.

Temani aku malam ini.

Oke.

Begitulah. Setiap kali Rini membuka WA, selalu berujung dengan ajakan keluar rumah. Malam ini Anton. Besok Om Rudi. Empat hari lagi Pak John. Bergantian dari pria muda hingga pria lanjut usia.

Kebiasaan ini berawal dari perkenalannya dengan James. Setelah dia berkencan dengan James. WA Rini tak pernah sepi sapaan. Semuanya para lelaki. Dari berbagai kalangan dan berbagai usia. Entah karena kecantikan Rini atau karena mudanya usia Rini. Didukung penampilan Rini yang memikat hati. Wajahnya yang selalu merona indah karena sapuan bedak Paris. Semua itu seakan menjadi magnet bagi para lelaki yang menatapnya. Menarik mereka untuk mendekat kepadanya.

Kencan yuk.

Maaf mas. Saya sibuk besok. Ada pekerjaan.

Begitu bunyi WA Rini setiap kali menolak lelaki yang mengajaknya kencan.

Hubungan Winda dan Rini semakin akrab. Walau mereka berkenalan lewat WA, namun itu tak membuat jarak yang berarti. Setiap kali Winda ingin curhat, Rini bisa memberinya nasehat. Begitu juga sebaliknya. Tentang selera, keduanya hampir sama. Barang serba mahal dan bermerek. Terutama kosmetik. Rini lebih suka kosmetik buatan Paris yang natural. Sedangkan Winda memilih kosmetik yang berkesan elegan.

“Make up ku sudah pas belum?”

“Pipimu kurang tebal Rin. Nanti kamu ketahuan lhoooo?”jawab Winda.

“Hahahahaha. Kamu bisa saja Win”.

***

“Rin… kamu dipanggil Pak Wanto tuh. Ditunggu di ruangannya”.

“Ada apa Yul?”.

“Aku tidak tahu Rin” jawab Yulia singkat.

Di ruangan Pak Wanto…

“Maaf… ada apa bapak memanggil saya?”.

“Silakan duduk Rin. Begini… sebenarnya bapak memanggilmu karena akhir – akhir ini kamu sering terlambat”.

“Maaf pak, saya banyak pekerjaan dirumah pak”.

“Pekerjaan apa?”.

“Membantu ibu Pak”.

Setelah cukup lama perbincangan antara Rini dan Pak Wanto, akhirnya Rini keluar ruangan juga. Sedangkan teman – temannya diluar menatapnya penuh tanda tanya. Ada apa gerangan yang terjadi dengan Rini. Namun Rini seolah tak peduli. Ia terus melangkahkan kakinya menjauh pergi dari mereka.

Malam harinya ketika hendak tidur, Rini membuka kertas yang diberikan oleh Pak Wanto.

“Aaaah Pak Wanto keterlaluan. Masak cuma ngasih segini? Dasar pelit” gerutu Rini malam itu sambil menyelipkan kertas yang baru dibukanya kedalam tas diatas meja disamping tempat tidurnya.

“Bodo amat, tidur aaah” Rini memejamkan matanya yang mulai mengantuk.

Klik.

Kamarpun gelap.

***

Tiga hari kemudian…

Criiiing…. WA Rini berbunyi.

dengan mata masih mengantuk, Rini membaca WA nya. Lalu dia mengetik…

“OK”.

Setelah meletakkan HP nya, dia bergegas mandi. Lalu berganti baju. Dan berdiri di depan cermin. Dia meraih kotak riasan miliknya. Membukanya. Mengambil kotak bedaknya. Dan mulai merias wajah ayu nya.

Perfect !

Jam di handphone nya sudah hampir pukul 5 sore. Dengan tergesa – gesa dia meraih tas yang ada disamping tempat tidurnya.

Di sebuah restoran…

“Gimana Rin ?”

“Jadi dong Om” balas Rini singkat sambil menyeruput coffee latte panas di tangannya.

“Cantik sekali kamu malam ini Rin” jawab pria itu.

“Terimakasih Om. Emm… Om aku permisi mau ke kamar kecil sebentar” pinta Rini kepada si Om.

“Iya Rin, aku tunggu disini”

Saat Rini hendak berdiri, tak sengaja tangannya menyenggol tas Michael Kors miliknya. Hingga semua isi tas nya berhamburan keluar. Handphone, lipstik, bedak Paris dan secarik kertas. Rini buru – buru memunguti barang – barangnya.

“Maaf Om, jadi kacau begini kencan kita”

“Tidak apa – apa Rin, sini Om bantu”

“Aaah tidak usah om”

Setelah Rini memasukkan handphone, lipstik dan bedak Paris miliknya, si Om tadi berjongkok kebawah meja. Memungut selembar kertas. Membukanya. Dan membaca tulisan didalam kotak yang ada di pojok atas kanan kertas itu…

Rini Astuti

X IPS 2

Ulangan Harian Matematika ke-2

Lalu om itu berkata

“Jadi kamu masih…..”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun