Bahkan, selidik punya selidik, kasus pembakaran pemukiman di Mempawah juga diawali dengan isu-isu miring amoral yang dilakukan oleh warga eks-gafatar. Isu bertujuan untuk membakar emosi dan amarah warga. Sehingga sipembuat isu tak perlu susah bekerja. Cukup membenturkan antara warga setempat dengan para warga eks-gafatar.Â
Semakin jelas, saat beberapa warga setempat yang tidak tega dengan perlakuan warga kepada eks-gafatar, kemudian membuat kesaksian bahwa mereka menolak ajakan untuk membuat aksi pengusiran warga eks-gafatar. Tidak hanya itu, banyak warga desa yang menolak. Itu sebabnya yang melakukan pembakaran di dapati warga yang bukan berasal dari desa setempat.
Fitnah Sebagai Ujian
Fitnah itu memang sejatinya lebih kejam dari pembunuhan. Karena yang dibunuh itu bukan fisiknya melainkan juga jiwanya atau karakternya. Orang yang difitnah terbunuh karakternya tanpa bisa berbuat apa-apa. Itu sebabnya kala kita difitnah melakukan perbuatan yang tidak kita lakukan, itu adalah tindakan yang paling kejam lebih kejam dari pembunuhan fisik. Dampak fitnah bahkan bisa meluas hingga ke anak cucu.
Meskipun fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan (fisik) namun fitnah itu sudah biasa dalam kehidupan manusia. Orang yang tak mampu dan tak memiliki iman biasanya menjadikan fitnah sebagai senjatanya. Menebar fitnah demi memprovokasi masyarakat agar menimbulkan kebencian kepada kelompok tertentu sudah selalu dilakukan dalam berbagai operasi.Â
Saat Amerika menyerang Irak, kampanye keburukan rezim Saddam Husein sudah berlangsung berbulan-bulan sebelumnya. Setelah provokasi kedunia internasional dirasa cukup matang, baru serangan udara dilakukan dan kemudian ditutup dengan serangan darat hingga melakukan persidangan penjahat perang. Itulah operasi yang tergolong sempurna. Irak luluh lantak, cadangan minyaknya dapat dikontrol, dan Saddam Husein diseret ke depan pengadilan serta dijatuhi hukuman mati sebagai penjahat perang.
Fitnah tumbuh subur tidak hanya jaman modern saja, pada jaman nabi dan rasul pun fitnah justru lebih luar biasa lagi. Para penguasa Arab saat itu dari mulai Abu Jahal, Abu Sofyan dan Abu Lahab sudah menebar fitnah yang bertubi-tubi sejak Muhammad mendakwa dirinya sebagai nabi.Â
Setelah menjadi nabi Muhammad tidak lagi menjadi manusia terpuji seperti yang mereka gelari selama ini. Kini Muhammad mereka beri gelar orang gila, orang mabuk, tak tau malu, merongrong kewibawaan pemerintah, menista agama bangsa Arab, pembawa aliran sesat hingga pembuat makar.Â
Pada abad informasi saat ini pun fitnah-fitnah sungguh luar biasa tumbuh subur bak cendawan di musim hujan. Fitnah-fitnah tak berdasar terutama muncul pada media sosial. Berita fitnah, hoax bertebaran, mengaburkan kebenaran dan membenarkan kebathilan. Tanpa filter, banyak orang memakan hidangan yang disajikan oleh syetan. Tanpa kita sadari, pemahaman dan doktrin kebenaran yang kita yakini bersemayam dalam diri, hanyalah sampah melulu.
Penutup
Tidak ada yang perlu kita lakukan dalam dunia kegelapan ini kecuali sabar. Sabar adalah senjata sekaligus perisai yang diberikan Allah Tuhan Semesta Alam kepada hambanya yang konsis. Orang yang sabar adalah orang yang apabila ditimpa musibah ia selalu mengatakan, sesungguhnya semua adalah kehendak Tuhan, karena itu kami kembalikan kepada Tuhan.